TENTU ada tokoh-tokoh swasta lain yang bisa ditampilkan di sini.
Tapi karena kesibukan atau masih berada di luar negeri, mereka
tak begitu mudah untuk ditemui. Agaknya yang juga menarik
dikemukakan adalah Dr Suparman, 51 tahun, yang mulai
mempopulerkan istilah wiraswasta. Pernah 10 tahun jadi tentara
(terakhir kapten), tahun 1955 berhasil mencapai gelar sarjana
ilmu pajak di negeri Belanda, lalu melanjutkan studi perpajakan
di AS. Ia juga dikukuhkan sebagai doktor ilmu akuntansi oleh
UNPAD. Berbeda dengan tokoh swasta lainnya, Suparman yang sudah
ubanan ini memang memulai karirnya sebagai guru. Sekalipun kini
aktif sebagai konsultan, memimpin sebuah perusahaan asuransi dan
beberapa perusahaan lainnya, sikap gurunya masih tebal.
Akhir-akhir ini dia sering berceramah memperkenalkan: Apa itu
yang disebut Wiraswasta. Tahun lalu dia mendirikan Lembaga Bina
Wiraswasta dengan Bung Hatta sebagai pelindungnya.
Usahawan pribumi yang ulet itu percaya bahwa setiap orang pasti
bisa berhasil menjadi wiraswasta, asal saja menjalani dengan
tekun semua persyaratannya. Mungkin tertarik akan istilah padi
unggul, dia mendambakan lahirnya manusia-manusia "unggul" di
Indonesia. "Yang perlu adalah menjadi manusia unggul dulu",
katanya. "Nah sesudah itu baru memperdalam ilmu dengan sekolah".
Dan mendidik manusia wiraswasta itulah yang diajarkan
lembaganya. Bagi Suparman, seorang wiraswasta itu tak terbatas
pada usahawan saja. Tapi bisa juga menyelam di bidang seni
sampai olahraga. Rudi Hartono dan dramawan Rendra menurut
Suparman adalah wiraswasta. "Asalkan orang itu punya karakter,
ulet, berdikari, pandai memilih risiko, inovatif -- nah itulah
wiraswasta", katanya.
Suparman terjun ke bidang usaha baru belakangan ini -- dibanding
dengan tokoh-tokoh swasta lainnya. Mungkin suasana bisnis yang
banyak menggantungkan diri pada kredit bank, fasilitas ini-itu
dan rasa puas diri kalau sudah bisa menemukan partner asing
--itulah yang membuat akuntan ini merasa perlu menumbuhkan sikap
yang berdikari pada para pengusaha jaman sekarang. "Cari kredit
bank itu perlu untuk meluaskan usaha", katanya. "Tapi itu bukan
merupakan syarat utama bagi seseorang yang ingin berusaha".
Tanya: Apa sudah banyak usahawan kita yang bisa disebut
wiraswasta?
Jawab: Belum. Ini memang butuh suatu proses yang panjang, butuh
kesabaran. Tapi kalau suatu waktu sudah bisa dibina
manusia-manusia unggul di Indonesia, saya yakin mereka akan bisa
merubah watak bangsa agar percaya pada diri sendiri.
Lalu dia mengemukakan contoh ekstrim dari manusia unggul yang
pernah lahir di dunia ini: Hellen Keller yang buta-tuli dan bisu
itu, yang berhasil menjadi jutawan yang amat dermawan. Beberapa
buku Suparman yang berjudul Waktu, Watak, Wiraswasta dan
Menggali, Menempa dan Mengembangkan Kepribadian Unggul
Kewiraswastaan, menurut beberapa orang mirip dengan buah fikiran
Dale Carnegie, orang Amerika yang terkenal dengan buku-buku
'sukses' itu.
T: Soal pribumi dan non-pribumi itu sering dipakai untuk
membedakan antara kaum modal lemah dan mereka yang bermodal
kuat. Bagaimana pendapat bapak?
J: Saya keberatan menggunakan istilah itu. Apalagi kalau disebut
pribumi lemah. Sesudah 5 tahun isyu tersebut ditiup-tiupkan,
saya khawatir akan timbul keyakinan dalam masyarakat bahwa
pribumi itu memang lemah. Padahal kalau dikaji, kemerdekaan yang
berhasil kita rebut ini adalah semata-mata karena pribumi kuat.
Isyu semacam itu tak patut diterus-teruskan. Kita justru sedang
menjadi bibit pribumi yang unggul. Sekalipun diakui banyak
bibit-bibit kemalasan, bermental lemah, priyayi mana dan benih
kecurangan. Yah, kaum aji mumpung yang tak setia pada tanah air
....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini