Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan, pikiran, atau pengalaman hidup melalui rangkaian kata-kata indah dan bermakna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam puisi, setiap kata dan baris dipilih dengan hati-hati agar dapat menyampaikan pesan yang mendalam, bahkan dalam jumlah kata yang terbatas. Untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu puisi, berikut adalah pengertian puisi Bahasa Indonesia, ciri-ciri, jenis dan contohnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengertian Puisi Bahasa Indonesia
Mengutip Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia karya Sutji Harijanti, puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna.
Keindahan puisi sering kali terletak pada pilihan kata, gaya bahasa yang mampu menggugah emosi atau memancing imajinasi pembaca. Selain itu, puisi juga sering ditulis sebagai medium komunikasi yang dapat menyampaikan kritik, aspirasi, atau harapan secara lebih mendalam.
Ciri-Ciri Puisi
Puisi terbagi dalam dua tipe yakni puisi lama dan puisi baru. Keduanya memiliki ciri-ciri yang berbeda. Berikut adalah ciri-ciri puisi.
Puisi Lama
Puisi Lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan, antara lain:
- Tak diketahui nama pengarangnya
- Penyampaiannya yang bersifat dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan
- Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata ataupun rima.
- Puisi Baru
Puisi Baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas daripada puisi lama. Citi-ciri puisi baru diantaranya:
- Mempunyai bentuk yang rapi, simetris
- Persajakan akhir yang teratur
- Memakai pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain
- Umumnya puisi 4 seuntai
- Setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Setiap gatranya pada umumnya terdiri dari suku kata. Namun ada juga yang terdiri dari 4-5 suku kata
Jenis-Jenis Puisi
- Puisi Naratif
Puisi naratif menyajikan cerita atau pesan yang ingin disampaikan oleh penyair. Puisi ini dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu balada dan romansa. Balada adalah puisi yang menceritakan kisah tentang orang-orang berani atau tokoh yang dihormati. Contohnya adalah "Balada Orang-orang Tercinta" dan "Blues untuk Bonnie" karya WS Rendra.
Romansa adalah jenis puisi naratif yang menggunakan bahasa romantis dan mengisahkan cinta, sering kali diselingi dengan adegan pertarungan atau petualangan.
- Puisi Lirik
Puisi lirik terdiri dari berbagai jenis, seperti elegi, ode, dan serenade. Elegi adalah puisi yang mengekspresikan rasa duka. Contohnya adalah "Elegi Jakarta" karya Asrul Sani, yang mengungkapkan kesedihan penyair tentang Kota Jakarta.
Serenada adalah sajak cinta yang dapat dinyanyikan, dengan nama yang berarti lagu yang cocok dinyanyikan di waktu senja. Contoh serenada adalah puisi karya Rendra berjudul "Serenada Biru," "Serenada Hitam," dan lainnya, di mana setiap warna mencerminkan suasana cinta yang berbeda, seperti bahagia, sedih, atau kecewa.
Ode adalah puisi yang memuja seseorang, sesuatu, atau keadaan tertentu. Contoh terkenal adalah "Teratai" oleh Sanusi Pane, "Diponegoro" karya Chairil Anwar, dan "Ode buat Proklamator" oleh Leon Agusta.
- Puisi Deskriptif
Dalam puisi deskriptif, penyair memberikan pandangan atau kesan tentang suatu keadaan, benda, atau suasana yang menarik perhatiannya. Jenis puisi ini mencakup satire dan puisi yang menyampaikan kritik sosial. Satire adalah puisi yang menyuarakan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan, namun dilakukan dengan cara menyindir atau menyatakan hal sebaliknya.
Puisi kritik sosial juga mengungkapkan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan atau individu tertentu, tetapi dengan menunjukkan ketidaksesuaian atau kelemahan dari keadaan atau orang tersebut. Kesan ini juga bisa ditemukan dalam puisi impresionistik, yang menyampaikan kesan atau pandangan penyair terhadap suatu hal.
Unsur-Unsur dalam Puisi
Unsur-unsur puisi terdiri dari dua kategori, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah elemen-elemen yang terdapat dalam puisi dan menentukan bentuk serta maknanya sebagai karya sastra. Berikut unsur intrinsik puisi
- Diksi (Pilihan Kata): Penyair harus memilih kata dengan tepat, memperhatikan makna, bunyi dalam rima dan irama, posisi kata dalam konteksnya, serta peran kata tersebut dalam keseluruhan puisi.
- Imaji: Imaji adalah penggunaan kata-kata yang spesifik dan konkret, mampu menghadirkan gambaran visual, auditori, atau sentuhan dalam benak pembaca.
- Majas (Gaya Bahasa): Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa figuratif yang memungkinkan penyair menyampaikan makna secara tidak langsung atau dengan cara kiasan.
- Bunyi: Bunyi dalam puisi berhubungan dengan penggunaan kata-kata yang menciptakan nuansa tertentu.
- Rima: Rima adalah pola bunyi berulang yang menciptakan keindahan dalam puisi.
- Ritme: Ritme adalah dinamika suara dalam puisi yang membuatnya lebih menarik dan tidak monoton.
- Tema: Tema adalah ide utama atau pesan pokok yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya.
2. Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik adalah faktor-faktor yang berada di luar puisi namun turut memengaruhi hadirnya puisi sebagai karya seni. Unsur-unsur ini meliputi aspek sejarah, psikologis, filsafat, dan religi:
- Aspek Sejarah: Merujuk pada elemen sejarah atau ide yang terkandung dalam puisi.
- Aspek Psikologis: Berkaitan dengan kondisi kejiwaan atau mental penyair yang tercermin dalam karyanya.
- Aspek Filsafat: Sebagian ahli meyakini bahwa filsafat memiliki hubungan erat dengan puisi, meskipun beberapa lainnya berpendapat bahwa filsafat dan puisi tidak selalu saling terkait.
- Aspek Religius: merujuk pada tema religius atau spiritual yang sering diangkat dalam puisi oleh penyair.
Contoh Puisi
Aku Ingin
Karya: Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Darmono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(hujan bulan juni, 1994)
- Sajadah Panjang
Karya: Taufiq Ismail
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya.