Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi generasi saya, semua peperangan besar di dunia fantasi selalu mengingatkan pada Bharatayudha, apakah itu dunia Harry Potter, yang pada babak akhir menampilkan peperangan terbesar di dunia penyihir dahsyat, atau dunia Star Wars pada episode Revenge of the Sith, yang akhirnya membuat kita mengetahui asal-muasal Darth Vader dan peperangan para sepuh sakti seperti Yoda yang spektakuler. Dan tentu saja, ketika jagat Marvel merasa sudah harus "menyelesaikan" satu fase dari kelompok Avengers, kita juga harus siap dengan rumus-rumus Bharatayudha: si Jahat akan luar biasa keji dan sangat sakti, sedangkan si Baik akan mengalami kekalahan sesaat yang memakan banyak korban orang yang kita sayangi, yang kemudian akan membangkitkan kawanan Baik itu untuk menggempur si Jahat. Itu rumus yang selalu berlaku pada kisah Bharatayudha dalam berbagai versi. Seberapa pun kita siap, tetap saja kita berduka ketika Dumbledore tewas di dunia Hogwart Harry Potter, seperti halnya kita harus menguatkan diri dan mempersiapkan perpisahan pada (sebagian) superhero anggota Avengers.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi tunggu dulu. Rupanya duo sutradara Russo ingin menunda kepedihan itu. Film ini terbagi dua. Jadi para penonton seperti tertegun mencoba menata perasaan: apakah mereka harus bersedih, berduka, sengsara karena baru saja menyaksikan adegan akhir yang spektakuler sekaligus kelam, atau harus bersabar hingga menanti "takdir" Avengers pada belahan film berikutnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasnya begini (tanpa menguraikan spoiler): Si Jahat adalah Thanos yang sakti berkulit ungu, berdagu lebar, dan bersuara murung. Thanos (diperankan dengan baik oleh Josh Brolin) bercita-cita mengumpulkan enam batu permata sakti yang akan membuatnya menjelma menjadi makhluk paling sakti dan berkuasa di seluruh jagat (bukan hanya bumi). Sedangkan si Baik adalah semua anggota Avengers lengkap dengan para pendukung, sahabat, bahkan anak-anak angkat Thanos, Gamora (Zoe Zaldana) dan Nebula (Karen Gillan), yang sudah lama membenci sang Bapak.
Plotnya sependek itu, tapi film superhero memang bukan tentang "apa", melainkan tentang "bagaimana". Ditambah embel-embel bahwa film ini adalah akhir sebuah era, maka jauh sebelum beredar, sudah dipastikan film ini akan heboh menghadapi beludakan penonton.
Tentu saja sejak awal kita sudah harus siap beberapa hal. Untuk tema ini, duo Russo harus memasukkan sekitar 30 pemain (superhero dan para sahabatnya) dalam waktu 2 jam 29 menit. Artinya, tidak setiap superhero mendapatkan porsi yang sama. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok, bercampur-baur dengan anggota Guardians of the Galaxy dan beberapa tambahan tokoh baru yang akan menyenangkan bagi para penggemar Game of Thrones. Pengelompokan ini tentu saja salah satu strategi pengadeganan karena meletakkan 30 nama besar dalam satu layar akan menjadi seperti konferensi kepala negara G-20 yang isinya perang ego antar-superhero.
Bahwa Iron Man (Robert Downey Jr.) dikelompokkan dengan Dr Strange (Benedict Cumberbatch) saja sudah bisa dibayangkan bagaimana kedua superhero yang luar biasa sakti dan jenius ini saling mengejek, adu arogan, sekaligus akhirnya sama-sama berkorban ketika menghadapi sebuah makhluk yang kesaktiannya setara dengan perpaduan antara Voldermort dan Darth Vader. Pokoknya Thanos nyaris tak akan bisa tewas. Di belahan jagat lain, Thor, yang sedang berupaya memperoleh kapak baru, bertemu dengan kelompok Guardians of the Galaxy. Di bagian ini, kita disuguhi humor ala Marvel. Maklum, Thor yang tubuhnya semakin gempal dan cuma terdiri atas otot itu diusap-usap oleh si cantik Gamora hingga menimbulkan kecemburuan Peter Quill/Star Lord (Chris Pratt). Humor-humor macam begini muncul hampir setiap 15 menit mencoba mengoyak kesan kekelaman yang dimuntahkan kehadiran Thanos yang dominan.
Pada babak ketiga, akhirnya kita bertemu dengan bintang favorit baru King T'Challa/Black Panther (Chadwick Boseman) dan cewek Okoye (Danai Gurira) sehingga hati yang berdebar lumayan terhibur karena Wakanda selama ini selalu menjadi suaka paling aman.
Tapi benarkah masih ada yang aman di jagat ini? Thanos bahkan bisa tahu letak tiga permata yang belum diperolehnya. Salah satunya ada di dahi Vision (Paul Bettany) yang dijaga oleh Scarlett Witch (Elizabeth Olsen). Apa sulitnya dia dan pasukannya menembus Wakanda?
Jika kita berpatokan pada plot sederhana tadi, siapa pun bisa memahami film ini. Jadi Anda tak perlu merasa berutang untuk menyaksikan beberapa pendahulu film ini. Tapi para penggemar jagat Marvel jelas akan memahami lebih mendalam, terutama karena kekuatan setiap superhero memiliki latar belakang masing-masing. Duo Russo berhasil menjahitnya dengan telaten hingga menjadi satu rangkaian yang pas sehingga akhirnya semua bertemu pada akhir film (yang sebetulnya akan bersambung, damn you Marvel!).
Pada akhirnya, Avengers: Infinity War adalah film untuk Thanos karena ternyata dialah yang berhasil menyatukan semua superhero Marvel yang biasanya bertengkar, saling ejek, bahkan ada yang mencapai tahap "tidak bertegur sapa". Maklum, ego para bintang sukar digoyang. Ternyata hanya Thanos yang menghancurleburkan ego itu. Para superhero menyadari jejak kekejian Thanosyang begitu saja melakukan pembunuhan massal dengan gaya yang ringanbisa memusnahkan jagat ini.
Thanos dengan koleksi permata sakti sudah dalam genggaman sarung tangannya duduk menatap ke seluruh penjuru jagat yang dikuasainya. Betapa adegan yang mengerikan. Lantas apa yang bisa dilakukan para anggota Avengers yang sudah babak belur itu? Sungguh lama kita harus menanti jawaban (kemenangan).
Leila S.chudori
Avengers: Infinity War
Sutradara: Anthony dan Joe Russo
Skenario: Christopher Markus dan Stephen McFeely
Pemain: Robert Downey Jr., Chris Hemsworth, Mark Ruffalo, Chris Evans, Scarlett Johansson, Benedict Cumberbatch, Tom Holland, Chadwick Boseman, Zoe Saldana, Tom Hiddleston, Paul Bettany, Elizabeth Olsen, Benedict Wong, Gwyneth Paltrow, Josh Brolin, Chris Pratt.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo