KARYA-KARYA Mustika, sejak beherapa tahun lalu sampai yang
dipamerkannya kali ini (23 sampai dengan 28 Mei 1978), punya
beragam gaya. Juga bermacam medium yang dipakai: cat minyak,
akrilik, batik, grafis, kolase, cat semprot. Tapi pameran
tunggalnya yang kesepuluh ini hanya menghadirkan karya cat
minyak.
Selalu, bila melihat karya Mustika dalam tiap pameran
tunggalnya, kesan pertama ialah kayaknya ini sebuah pameran
bersama. Ada lukisan garis-garis non-figuratif. Kemudian lukisan
bukit yang telah disederhanakan sehingga hanya bentuk segi tiga
saja yang ada. Ada pula potret diri. Tapi dibanding pameran
tunggalnya yang kesembilan (Juli 1976), kali ini memang ada
beberapa hal yang patut dikemukakan.
Antara lain: meski masih beragam gaya, sebagian besar
penyelesaian karyanya tidaklah seceroboh penyelesaian
karya-karya pameran yang lalu. Malahan dua buah, menurut hemat
saya amat berhasil: Simponi Garis-garis Lurus dan Gempa
Garis-garis. Yakni lukisan nonfiguratif yang terjaga
komposisinya tanpa harus menjadi "dingin", menyuguhkan getaran
emosi tanpa mengabaikan cara penyampaian.
Bobot Ide
Agaknya pelukis kita yang satu ini memang lebih berhasil dalam
karya yang "berbobot estetik" -- karya yang pertama-tama
mempertaruhkan diri pada unsur-unsur kesenilukisan sendiri.
Dalam karya-karya yang mengandung "bobot ide", Mustika lemah.
Ingat saja misalnya lukisan Keluarga Tikus yang dipamerkannya
dua tahun lalu. Ide menumpuk tikus di situ mustinya tampil
dengan jelas, dan efek sampingan mustinya hadir: bayangkan,
tikus yang ditumpuk-tumpuk, kalau tidak memberi kesan ngeri,
menjijikkan, ya, lucu. Tapi itu semua tidak tampil, Yang tampil:
seolah-olah Mustika kurang memperhatikan atau tidak mampu
mengatur komposisi.
Lukisan semacam itu dalam pamerannya kali ini pun ada:
Buah-buahan. Mungkin buah itu ialah apel, yang teronggok banyak,
dan Mustika mengambil sudut pandang sedemikian rupa sehingga
onggokan apel itu mengesankan banyak sekali -- berderet sampai
nun jauh di sana. Ada kesan: lukisan ini mau surealistis.
Langsung saya teringat Buah Jeruknya Rene Margritte, pelukis
Belgia. Sebuah jeruk yang sangat besar, hingga memenuhi sebuah
rumah. Gambar realistis itu digoncangkan hingga menjadi
surealistis dengan menggambarkan ukuran yang tidak wajar:
sebesar kamar.
Goncangan itulah yang tak ada dalam lukisan Mustika di atas.
Kita tetap saja tahu kalau apel itu wajar-wajar saja. Bisa jadi,
perspektif yang disuguhkan Mustika -- untuk memberi kesan apel
yang banyak dan berderet sampai jauh --kurang tampil. Toh masih
ada beberapa lagi lukisan "bobot ide" yang semacam itu:
Matematika Desa, atau Tajuk Rencana. Semuanya tak jelas apa yang
mau dilontarkan.
Absennya hasrat melukis, memang kemungkinan besar melahirkan
karya-karya yang lesu, dibuat-buat, terasa "terpaksa". Tapi
semata-mata mempertaruhkan mutu pada hasrat saja, yang tampil
mungkin sekali semacam kalimat yang terdiri dari kata-kata seru:
galak atau garang, tapi tidak komunikatif. Kita pun bingung, apa
sebetulnya maunya?
Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini