Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang lelaki bertelanjang dada, mengenakan ikat kepala putih khas Bali. Jari telunjuknya menempel di kening, seolah sedang merenung, tapi sorot matanya kosong. Lukisan Kekuatan dan Pikiran karya I Nyoman Adiana ini adalah satu dari 55 karya seniman Sanggar Dewata Indonesia (SDI) yang dipamerkan di Sangkring Art Space, Yogyakarta, 29 Maret hingga 12 April. Karya Adiana ini pas dengan tema pameran: Reinventing Bali.
Ya, pameran yang menghilangkan elemen eksotisme Bali yang biasanya sangat kental. Mereka bicara tentang wajah buruk Bali. Hanya satu-dua karya lukis yang menampilkan elemen rupa khas Bali, seperti barongan atau kain berpola kotak hitam-putih. ”Ini cermin kegelisahan seniman Bali,” kata Wahyudin, kurator pameran. Karya lukis dalam pameran ini refleksi untuk menemukan kembali Bali. Bagi mereka, pariwisata telah membenamkan Bali.
Tengoklah karya lukis Ngurah Tri bercorak realis, sosok wanita dengan bibir merekah dan T-shirt tersingkap memamerkan buah dadanya. Dulu kala, perempuan Bali bertelanjang dada, tapi jauh dari niat menjualnya sebagai komoditas pariwisata. Karya lukis I Putu Padma Sumardiana menampilkan citraan celana pendek, celana dalam, hingga bikini tergantung pada tali jemuran.
Kelompok SDI yang didirikan pada 15 Desember 1970 di Yogyakarta ini lama pingsan. Kini Wahyudin berupaya membangkitkan lagi SDI lewat pameran ini. Perupa yang berasal dari generasi 1970-an hingga 1990-an diajak merenungkan kembali semangat kultural yang pernah dibangun SDI. Maklum, SDI pernah dicap sebagai kelompok ”perupa komersial” dan ”antiwacana”.
Heru CN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo