Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari sebuah kampung di pinggir-an kota Paris, grup rock Astonvilla datang dengan gemuruh. Drum berdentam-dentam cepat ditingkah lengkingan gitar dengan efek distorsi yang melayang-layang. Di belakangnya menyusul betotan bas nan lincah menghadang suara keras vokalis. Makin lama musik meluncur kian deras ketika masuk ke bagian refrain, dan suara vokalisnya pun kian meninggi.
Di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa malam pekan lalu, grup musik cadas Prancis itu tampil atraktif. Mereka membawakan Croiser Le Fer, sebuah nomor yang dicomot dari album terakhirnya, De jour comme de nuit. Lagu itu merupakan nomor keempat dari 19 komposisi yang dibawakan grup berpersonel empat orang ini.
Astonvilla—ah, nama ini mengingat-kan pada klub sepak bola di Inggris—adalah ”juru bicara” rock dari tanah Napoleon. Kelompok ini rajin menggelar tur ke luar negeri. Menu musiknya tentu saja sama, karena di mana-mana rock bertanah air satu: tanah air rock. Bedanya, kelompok ini menyuguhkan lagu-lagu rock dengan suara sengau khas orang Prancis. Sebagian besar lagu-lagu mereka berbahasa Prancis.
Yang juga khas, seperti tampak da-lam nomor pembuka konser malam itu, Priere, Astonvilla memperdengarkan lagu balada bagai peragaan baca puisi, namun dengan musik yang berat-. Ya, ini tawaran tak biasa dalam per-kembangan musik rock di Prancis.
Lahir di Paris pada 1994, Astonvilla di-perkuat Frederic Franchitti (vokal), Emmanuel Baroux (gitar), Damien Ha-bouzit (bas), dan Gregory Baudrier (drum). Di kancah musik rock Prancis- yang menghentak sejak 1960-an, As-tonvilla termasuk generasi 1990-an. Grup ini seangkatan dengan kelompok musik cadas Prancis lainnya, seper-ti Dionysos, Eiffel, Matmatah, dan Mass Hysteria. Musik Astonvilla tercipta me-lalui perjalanan panjang yang di-mu-lai dari bar-bar di kota Paris. Debut- al-bumnya, yang bertajuk sama de-ngan- nama grup itu, dirilis pada 1996. Saat itu Astonvilla menawarkan warna- musik baru: perpaduan puisi menyayat dan ritme berat.
Sejak peluncuran album perda-na, grup yang dimotori Frederic Franchitti- (vokalis) itu menggelar konser di ber-bagai kota di Prancis. Selain konser- tung-gal, mereka juga sempat konser- ber-sama grup papan atas dunia-, se-per-ti Deep Purple (musim semi 1996) dan ZZ Top (musim panas 1996). Lalu mere-ka juga manggung bareng Bryan Adams- di Bercy Stadium, Paris, Juni 1997.
Astonvilla mulai diperhitungkan ketika mereka meluncurkan album keduanya, Extraversion, pada 1999. Se-jumlah kritikus musik di Prancis- menilai grup cadas itu mampu memainkan dan memasukkan sentuhan emo-si dalam alunan musik rock yang keras.
Nama Astonvilla kian berkibar ketika- menyabet penghargaan musik Vic-toire de la Musique—ini Grammy- Awards-nya Prancis—pada 9 Ma-ret- 2002 sebagai ”Artis Pendatang Baru Terbaik”. Sekitar tiga tahun berselang-, saat mereka meluncurkan- album ke-lima, De jour comme de nuit, terasa ada sesuatu yang baru dari grup itu. Me-reka berhasil menemukan keseimbang-an antara alunan musik balada bersyair tajam dan musik elektronik. Dan malam itu, hawa baru ini terasa begitu kental pada lagu Un million de lezards dan Coming out.
Ketika membawakan lagu Soldier, Emmanuel Baroux mengganti gitar lis-triknya dengan gitar akustik. Itu mem-beri kesempatan kepada sang gitaris mendominasi komposisi yang mengalir dalam tempo sedang. Petikan dan kocokan lincah Baroux dengan gitar kopong terasa lain—lebih manis.
Penampilan Astonvilla di gedung -ber-kapasitas 800 penonton malam itu cukup memukau, meski tak seluruhnya- sempurna. Toh, penonton abai: mereka royal menghamburkan tepuk tangan, juga histeria di sana-sini. Mungkin ha-nya syair lagu berbahasa Prancis masih terdengar asing di telinga peng-gemar rock Indonesia yang terbiasa de-ngan grup-grup cadas dari Inggris dan Amerika.
Nurdin Kalim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo