KETIKA ia diresmikan sebegai perdana menteri India namanya begitu populer. Memang, dialah cucu Jawaharlal Nehru, dan anak leleki Indira Gandhi. Waktu itu, sehabis ibunya ditembak, 1984, Rajiv Gandi terkesan sebagai pemimpin ideal. Kini orang bilang, Gandhi tak suka membicaraka kemiskinan rakyatnya. Ia lebih suka berlibur di pulau dengan kaca mata dan sepatu buatan Italia, sambil menikmati caviar kegemarannya. Ia memang punya gaya sendiri dibandingkan kake dan ibunya. Padahal, negeri yang diujung abad ini diduga bakal dihuni 1 milyar manusia itu adalah, "Negeri yang digenangi air mata dan bersimbah darah," kata S.S. Ray Gubernur Negara Bagia Punjab. Di sini banjir dan kekeringan silih berganti sementara masalah kesempatan kerja dan permukiman jauh dari cukup. Lebih dari itu, perang saudara antara Tamil dan Sikh, misalnya, dua bulan terakhir makan korban 200 orang mati di negara bagian ini. Tentu saja Gandhi, yang kadang kala melakukan semadi di halaman rumahnya, punya jawaban. "Kami sedang membangun dengan teknologi mutakhir. Upaya kami berhasil baik. Tapi memang rakyat kami belum lagi mengenyam buahnya," kata lelaki tampan yang kini 40 tahun itu. India, dengan 25 negara bagian dan 826 bahasa, kini memang diperhitungkan sebagai calon superkuat ke-4 di dunia. Sekitar 40 ribu pakar berbagai bidang teknologi mutakhir bekerja bagai bergegas, membangun 30 proyek betenaga nuklir. Dan itu memang mungkin. Sebab, negara yang mengibarkan panji Nonblok itu banyak dibantu Rusia. Hampir 70% persenjataannya buatan Rusia, termasuk yang baru, sebuah kapal selam nuklir. Karena itulah di negeri yang rakyatnya terpecah dalam beberapa agama ini patung Lenin bisa berdiri tenang di Taman Nehru, New Delhi, sebagai lambang persahabatan. Memang, perihal pembuatan bom atom India hanya terungkap di kalangan para pengamat saja. Kepada rakyat pemerintah bilang bahwa tenaga nuklir India hanya digunakan untuk kemaslahatan umum, seperti bidang pertanian dan kedokteran. Toh dalam hal itu pun pernah seorang intelektual India berkata. Seumpama semua biaya yang digunakan untuk membuat bom dan senjata dipakai memerangi kemiskinan, sebagian orang India akan tetap menggelandang, lapar, dan berpenyakitan. Mungkin itu sikap yang realistis. Masalahnya, atas hak apakah sebagian orang hidup menghamburkan harta. India, sebuah warna kuning yang luas dan tandus, lalu sosok-sosok kesengsaraan yang panjang. Burhan Piliang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini