Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-james r. lapian

Petaling jaya : pelanduk publication, 1985. (bk)

8 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAYSIA TODAY Oleh: Tan Chee Khon Penerbit: Pelanduk Publications, Petaling Jaya, 1985, 321 halaman TERSEBUTLAH seorang anggota Parlemen Malaysia, yang mewakili daerah pemilihan Penang. Tokoh ini pernah dijadikan sebagai bahan tertawaan seluruh anggota sidang oleh Tunku Abdul Rahman. Kisah itu diungkapkan Tunku, yang dikenal sebagai Bapak Malaysia, dalam sebuah tulisannya di harian The Star, dua tahun lalu -- yang kemudian dibukukannya bersama tulisan-tulisannya yang lain. Tokoh yang diolok-olok Tunku itu adalah Tan Chee Khoon, selain bergelar Tan Sri juga dijuluki "Bapak Oposisi". Meski tak jarang bertengkar mulut di persidangan, toh Tan sangat menghormati Tunku. Tan juga sangat menghargai upaya Tunku menjadikan "Malaysia sebagai negara sekuler" di tengah-tengah kuatnya desakan untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara. Cerita Tan ini muncul di harian The Star dalam rangka menyambut HUT Tunku ke-81. Sejak semula Tan memang dianggap sebagai pembangkang. Hampir-hampir tak satu pun kebijaksanaan pemerintah yang lolos dari serangannya. Perdana Menteri Mahathir Mohammad maupun wakilnya, Musa Hitam, berang dibuatnya. Sebagian kritik itu dirangkumnya dalam kolom-kolom halaman di harian The Star dan koran Nannyang Siang Pao. Tidak bisa dipungkiri bahwa sikap oposannya sermg muncul dari kepentingan membela keturunan Cina dan, terutama, kaum miskin. Karenanya ia merasa bimbang ketika Musa Hitam mensinyalir adanya disloyalitas di antara kaum Cina. "Saya harus mengatakan bahwa mereka tidak usah di ragukan lagi kesetiaannya," tulis Tan. Tan memang mencoba mengartikulasikan suara-suara dari bawah. Untuk itulah agaknya penyunting buku ini merasa perlu menampilkan sebuah bagian berjudul: Para Pemimpin. Dimaksudkan untuk menampilkan pemikiran tokoh-tokoh yang dianggap boleh dijadikan panutan. Tan juga teringat masa lalu, ketika PM Tunku Abdul Rahman mengemukakan niatnya membangun Stadion Merdeka di Kuala Lumpur. Bangunan itu hanya menghamburkan uang rakyat belaka. Setelah lebih dari seperempat abad stadion itu berdiri, "Saya mengakui bahwa sebenarnya kecaman kami itu tidak pada tempatnya. Apa yang diperbuat Tunku benar adanya," tulis Tan. Mungkin kejujuran inilah yang membuat suaranya masih didengar orang. James R. Lapian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus