Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Babak Lain Perang Dunia II di Angkasa

Masters of the Air mengisahkan pilot bomber AS dalam Perang Dunia II. Diangkat dari kisah 100th Bomb Group yang melegenda.

16 Februari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Film Masters of the Air. Apple TV+

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Tayang sejak akhir Januari lalu, serial Masters of the Air menyajikan kisah para pilot pesawat pengebom AS di Perang Dunia II.

  • Adegan pertempuran udara dengan pesawat pengebom terasa lebih menegangkan karena bomber tidak bisa banyak bermanuver dan kerap menjadi bulan-bulanan pesawat tempur.

  • Diangkat dari kisah nyata 100th Bomb Group yang tertulis dalam Masters of the Air: America's Bomber Boys Who Fought the Air War Against Nazi Germany terbitan 2007.

John "Bucky" Egan dalam masa rehatnya di luar markas. Saat itu, 1943, Amerika Serikat berada di tengah Perang Dunia II.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mayor penerbang pesawat bomber Angkatan Udara AS itu mendengar kabar sedih. Tiga puluh kawannya gugur dalam misi penyerangan markas Nazi Jerman di Dresden, Jerman. Mereka adalah anggota 100th Bomb Group, unit pesawat pengebom Boeing B-17 Flying Fortress, dalam kesatuan ke-8, Eighth Air Force, di Angkatan Udara AS. Setelah mendapat konfirmasi kematian para sahabatnya, Bucky meminta izin atasannya untuk memimpin operasi berikutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demikian gambaran akhir episode ke-4 film Masters of the Air. Serial yang ditayangkan di Apple TV ini sedang hit di Amerika Serikat karena dianggap sebagai penerus serial perang legendaris, Band of Brothers (2001) dan The Pacific (2010). Sama seperti pendahulunya, serial ini digarap Steven Spielberg dan Tom Hanks.

Film Masters of the Air. Apple TV+

Seperti judulnya, Masters of the Air membahas Perang Dunia II dari sudut pandang angkasa. Hampir di setiap episode, dengan durasi masing-masing 40-60 menit, penonton disuguhi ketegangan dari ruang kokpit. Lain dari kebanyakan film tentang perang udara yang menggunakan pesawat tempur yang dinamis, bomber tidak dirancang untuk bermanuver. Fungsinya adalah serangan udara ke darat dan sangat rentan dalam pertarungan udara ke udara. Jadi gambaran para anggota 100th Bomb Group menghadapi serangan di daerah musuh menghadirkan ketegangan yang berbeda.

Sama dengan Band of Brothers dan The Pacific, Masters of the Air diadaptasi dari kisah nyata. Referensi yang digunakan oleh Spielberg dan Hanks adalah buku karya Donald Miller, guru besar sejarah di Lafayette College, Pennsylvania, AS. Judulnya, Masters of the Air: America's Bomber Boys Who Fought the Air War Against Nazi Germany terbitan 2007.

Film Masters of the Air. Apple TV+

Masters of the Air tayang di Apple TV sejak 26 Januari 2024, streaming episode baru tiap Jumat, dan kini menantikan episode ke-5. Dari empat episode yang telah tayang, episode ketiga yang paling seru.

Di babak ini, 100th Bomb Group mendapat tugas penting untuk melumpuhkan angkatan perang Jerman dengan menghancurkan pabrik peralatan tempur mereka di Schweinfurt dan Regensburg, kota di bagian tengah dan tenggara Jerman. Karena jaraknya di luar jangkauan pesawat tempur, ratusan bomber itu mengudara tanpa pengawalan. 

Walhasil, barisan pesawat pengebom yang bongsor itu menjadi bulan-bulanan pesawat tempur Jerman. Drama demi drama pun bermunculan. Dari kemudi pesawat yang macet, kru yang mabuk udara, kerusakan mesin di tengah pertempuran, hingga aksi terjun payung.

Operasi yang dikenal dengan Schweinfurt–Regensburg Mission ini juga merupakan misi bolak-balik pertama dalam Angkatan Udara AS, yakni pesawat mendarat di lokasi yang berbeda dengan titik keberangkatan, lalu mengebom sasaran lain sebelum kembali ke pangkalan. Dalam misi ini, 100th Bomb Group mendarat di Afrika Utara.

Film Masters of the Air. Apple TV+

Museum Perang Dunia II AS menjuluki 100th Bomb Group sebagai The Bloody Hundredth. Mengudara perdana pada Juni 1943, mereka dianggap sebagai darah baru yang memperkuat Angkatan Udara AS yang saat itu tengah lesu.

Pengamat militer Chappy Hakim mengatakan nama Eighth Air Force AS sangat harum di kalangan penerbang. Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002-2005 itu mengatakan 100th Bomb Group melegenda karena kesuksesan dalam berbagai misi di Perang Dunia II, juga karena para anggotanya banyak penerbang muda. Meski demikian, Kepala Pusat Studi Air Power Indonesia ini mengajak penonton tidak serta-merta menjadikan serial Masters of the Air sebagai rujukan sejarah. “Meski film ini diangkat dari kisah nyata, pasti ada hal-hal yang dipoles,” kata Chappy.

JIHAN RISTIYANTI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Jihan Ristiyanti

Jihan Ristiyanti

Lulusan Universitas Islam Negeri Surabaya pada 2021 dan bergabung dengan Tempo pada 2022. Kini meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus