Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sekarang darna yang terbang

Sutradara: l. sudjio cerita & skenario: sofyan sarna bintang utama: lydia kandou, dian aristya, doni. (fl).

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Sekarang darna yang terbang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DARNA AJAIB Cerita & Skenario: Sofyan Sarna Sutradara: L. Sudjio Bintang Utama: Lydia Kandou, Dian Ariestya, Doni. SEORANG bayi lahir terbungkus selaput, ketika sebuah bintang biru jatuh. Dan bunga-bunga pun mekar semua. Yang lahir memang bukan sembarang bayi. Bayi yang dinamai orang tuanya Darna itu, tumbuh menjadi remaja yang cantik, baik hati dan sakti. Bekas bungkus ketika ia lahir dijadikannya kalung --dan itulah sumber kesaktiannya. Bila Darna memutar tubuhnya, sambil memegang itu kalung ajaib -- berubahlah ia menjadi seorang dewi bermahkota, bercelana pendek, bersepatu lars dan bermantel merah berkibar-kibar dibawa terbang. Dan kekuatannya, oh, di luar normal. Kereta api yang sedang meluncur dengan cepat bisa ia hentikan dan tarik mundur kembali. Sementara itu, seorang ibu yang lain di pinggiran Jakarta pun melahirkan - hasil hubungannya dengan siluman ular yang menyamar sebagai suaminya. Malang, yang dilahirkannya (di malam gelap, ketika hujan mengguyur bumi disertai petir sambar menyambar) tak lain seorang manusia bertubuh ular. Si ibu kaget dan meninggal. Suaminya, yang tak lama kemudian pulang, juga tersentak. Ia mencoba membunuh bayi itu tapi si siluman -- entah dari mana datangnya -- menendangnya. Suami itu pun mati. Dan entah bagaimana, anak bertubuh ular ternyata menjelma menjadi cewek cakep, yang oleh bibinya yang kemudian memeliharanya dinamai Maria. Hanya Hollywood Dua cewek itulah, Darna dan Maria, yang menjadi tokoh kisah Darna Ajaib. Yang satu mewakili kekuatan baik, yang lain dilahirkan memang untuk dibasmi. Ide Cancer Mas Film, yang memproduksi film ini, memang dari Superman. "Masak kita nggak berani mencoba film macam Superman itu," kata Tanujaya, produsernya. Dan dari Rp 250 juta biaya yang dikeluarkan, Rp 100 juta lebih memang hanya untuk membiayai pembuatan Darna terbang plus tipuan kamera yang lain. Tapi pembuatan adegan-adegan yang memerlukan proses laboratorium memang tak sebagaimana Superman dibuat -- langsung dengan film 35 mm. Mengingat biaya, adegan Darna terbang terlebih dahulu dibuat dalam video-tape. Pengambilan lokasi dilakukan di Jakarta, tapi terbangnya itu sendiri dibuat di Amsterdam Studio, Negeri Belanda. Kemudian keduanya disatukan -- di Amsterdam itu pula, dan masih ukuran video-tape. Baru dikirim ke Los Angeles untuk dipositifkan dan dibesarkan seukuran film biasa, 35 mm, tutur Tanu pula. Cara begini menurutnya memang bisa menekan biaya. Mungkin karena sudah ada contohnya, Lidya Kandou tak susah-susah belajar terbang. Dalam filmnya, kemudian, terbangnya memang kayak beneran. Bagaimana ia melayang mengelilingi Tugu Monas. Meluncur lewat di bawah jembatan penyeberangan. Dan betapa asyik terbang mengejar dua penjambret yang lari dengan sepeda motor. Disambarnya kedua bedebah itu, diceburkannya ke sungai. Yang menegangkan ialah perihal Maria. Bila ia marah, takdir Allah mengubah cewek cakep ini menjadi ular kobra. Korban pertamanya, ketika ia masih duduk di SD, seorang ibu di kampungnya -- yang marah kepadanya karena menabrak jemuran. Padahal Maria mengaku bersalah. Matanya pun menjadi merah, perlahan sekitar bulatannya menghitam dan wajahnya berubah buruk sekali. Dan kemudian ular itu meluncur dan mematuk leher si ibu. Teknik perubahan Maria menjadi ular memang tak kalah meyakinkan. Yang menarik, untuk film anak-anak 13 tahun ke atas ini, tokoh Maria yang jahat itu tak sepenuhnya menimbulkan kebencian. Justru menerbitkan belas. Sebab kejahatannya terjadi di luar kemauannya -- bila ia sedang "emosi". Tapi memang, kemudian, ketika ia berebut pacar dengan Darna (o, ya, sejak SD sampai SMA mereka sekelas), ia memang sengaja membunuh. Orang tua Dodi, cowok yang dijadikan rebutan, menelepon Maria agar tak lagi berhubungan dengan Dodi karena ia "tak jelas asal usulnya". Dan marahlah Maria. Darna akhirnya membunuh Maria-setelah ia ragu. Itu dilakukannya juga atas permintaan Maria sendiri, agar ia tak terlalu lama "tersiksa di dunia". Cerita film ini memang sederhana. Bahkan di sana-sini terasa janggal. Misalnya, mengapa si Dodi yang menyaksikan Darna menolong sopir truk yang menabrak tiang listrik dengan meluruskan tiang itu kembali -- cuma bengong dan tak mengusut mengapa ceweknya punya kekuatan luar biasa. Juga, sampai film habis, orang tua Darna tak tahu kesaktian anaknya. Beberapa adegan yang membuka peluang tersebut dilewatkan begitu saja. Agaknya film ini dibuat memang hendak menampilkan sensasi manusia terbang -- dengan pertolongan laboratorium luar negeri. Prosesnya hanya makan waktu 4 bulan - selesai Februari yang lalu. Dan anak-anak perempuan tentunya senang: kini mereka pun punya tokoh jagoan -- untuk menandingi Superman, kebanggaan anak lelaki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus