Lara Croft: Tomb Raider
Sutradara : Simon West
Skenario : John Zinman, Michael Werb, Patrick MassettMichael Colleary
Pemain : Angelina Jolie, Jon Voight, Iain Glen
Produksi : Paramount Pictures, 2001
LIHATLAH lekuk bibir, kerling mata, serta gaya berjalan Lara Croft. Semuanya mencerminkan satu kata: seksi. Tak percaya? Tengoklah saat ia berjumpalitan, menendang, ataupun memberondongkan peluru. Semuanya hanya mewakili kata itu. Padahal, Lara hanya tokoh animasi dalam permainan video. Kaum wanita mengidolakannya. Laki-laki? Aduh, pilihan apa lagi yang tersisa bagi kaum ini--terutama yang masih remaja tanggung--selain kesengsem?
Sejak diperkenalkan pada 1996, Lara dan seri Tomb Raider langsung lahir sebagai fenomena. Permainan ini menjadi lambang pelbagai revolusi, mulai teknik sampai pilihan menghadirkan wanita sebagai jagoan. Kepopuleran Lara bisa dilihat dari tampilnya tokoh ini sebagai sampul 200 majalah, termasuk Time. Tak kurang pula situs internet yang menampilkan sosok animasi ini sebagai selebriti terseksi. Yang paling istimewa adalah pemasukan sebanyak US$ 500 juta yang diraup sang perancang, Core Design, perusahaan Inggris, dari penjualan game dan aneka merchandise lainnya.
Bagaimana kiprah Lara di layar lebar? Dari segi komersial, hasilnya tak kalah cantik. Sampai pekan kedelapan peredarannya, film yang digarap Simon West (Con Air) ini telah menghasilkan lebih dari US$ 128 juta. Efek visual khusus dalam film ini memanjakan mata, sementara soundtrack-nya diisi lagu asyik seperti Elevation dari grup legendaris U2. Namun, faktor terpenting penggaet penonton adalah Angelina Jolie sebagai Lara. Peraih Oscar lewat Girl, Interrupted ini bisa mewujudkan sosok nyata Lara yang sudah lama melekat di benak penggemar. Bahkan lebih seksi.
Tanpa Jolie, film ini akan terasa kurang gereget. Soalnya, skenario film ini jauh dari meyakinkan dan kisahnya cukup membosankan pula. Alkisah, Lara menemukan kepingan teka-teki yang diwariskan mendiang ayahnya, Lord Croft (Jon Voight, ayah Jolie dalam kehidupan nyata). Penemuan ini menggiringnya pada petualangan mencari Segitiga Cahaya di Kamboja, Siberia, dan tempat eksotis lainnya. Artefak istimewa tersebut memungkinkan pemegangnya menjelajahi dimensi waktu. Seru, tapi lagi-lagi tak cukup menggerakkan emosi. Dibandingkan dengan versi permainan video, film ini kalah mendebarkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini