Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI langit-langit kaca pintu masuk Hotel Grand Kemang, warna-warna cerah itu menyentak perhatian. Warna biru muda, merah jambu, dan kuning cerah yang membentuk bidang geometris dengan garis-garis tegas itu menyuguhkan sentuhan dekoratif yang memikat pada bangunan hotel di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, tersebut.
Narrative and the Divided Self. Begitulah perupa Sinta Tantra memberi judul karya instalasinya itu. Karya perupa 33 tahun ini satu di antara puluhan karya seni yang ditampilkan dalam pameran Indonesian Contemporary Art and Design (ICAD). Ini sebuah pameran lintas batas yang menggabungkan seni lukisan, patung, interior, fotografi, dan instalasi. ICAD, yang berlangsung pada 30 Agustus-27 September 2013, menggunakan hampir semua sudut Hotel Grand Kemang sebagai ruang pameran.
Kehadiran perupa bernama lengkap Ni Wayan Sintasari Tantra dalam pameran ICAD yang digelar untuk keempat kalinya ini boleh dibilang cukup istimewa. Perupa berdarah Bali yang bermukim di Inggris itu hampir tak pernah berpameran di Indonesia. Dia hanya pernah sekali memamerkan karyanya bertajuk Arsenic Fantasy di galeri Gaya Fusion, Bali, pada 2009.
Menurut Sinta, Narrative terinspirasi dari Paviliun Kertha Gosa di Klungkung, Bali, kampung halaman orang tuanya. Di paviliun itu terdapat langit-langit yang dilukis dengan adegan perjalanan Bima ke alam baka, yang diambil dari penggalan cerita Mahabharata. Lewat pendekatan seni trimatra pada warna, Sinta menuangkannya ke dalam karya instalasinya.
Dalam seni rupa trimatra, setiap bagian seperti "terpotong" bukan "terisi", "dilapiskan" bukan "dicampur", dan "dibangun" bukan "muncul". Efek yang ditimbulkannya: batasan-batasan geometris terbentuk dengan tegas. Ilusi ketinggian akan dengan mudah tercipta ketika seseorang berjalan di sekitar karya tersebut. "Saya suka permainan warna. Dan warna menjadi bagian dari karya-karya saya," kata Sinta, yang ditemui Tempo di rumah kakaknya di perumahan Bintaro Sektor 3, Tangerang Selatan.
Sinta memang suka bereksperimen dengan warna, bentuk, dan medium yang akan dipakainya. Idenya berasal dari kesukaan putri bungsu dari lima bersaudara keluarga bankir I Wayan Tantra dan Partini ini pada film-film lawas dan budaya pop.
Perempuan kelahiran New York, Amerika Serikat, 11 November 1979, ini tumbuh dan besar di London. Dalam berkarya, Sinta mencoba memadukan tradisi Bali dan lingkungan dia tumbuh, London. Bali, yang dinamis, penuh tradisi dengan warna cerah; sedangkan London, yang modern dan maju, cenderung berwarna gelap. "Jadi subyeknya warna itu sendiri," ujar lulusan program master di Royal Academy of Arts, London, ini.
Dengan konsep itu, Sinta ingin menggebrak London dan kota-kota lain di Eropa lewat karya-karyanya di ruang publik. Tahun lalu ia mengejutkan dengan karya muralnya di jembatan yang membentang di atas Sungai Thames di Distrik Canary Wharf, kawasan bisnis terkenal di London. Mural bertajuk A Beautiful Sunset Mistaken for a Dawn itu menghiasi jembatan sepanjang sekitar 300 meter tersebut dengan warna-warna cerah, biru muda, merah jambu, dan putih.
Sinta menuturkan penggarapan karyanya di Canary Wharf itu cukup menantang. Butuh biaya besar dan waktu lebih dari dua bulan terutama untuk pembangunan steiger di bawah jembatan. "Ini untuk menjamin keamanan tim dan warga yang melewati tempat itu," ucapnya.
Tantangan lain, tutur Sinta, dia harus berpikir keras agar kreasi warnanya bisa terlihat menonjol di antara gedung-gedung kuno yang menjulang di kawasan tersebut. Untuk itu, dia kemudian memadukan warna dan bentuk khas Barat dan Timur, London-Bali. "Abu-abu dan hijau adalah warna padu padan jas untuk Inggris. Lalu garis-garis diinterpretasikan untuk Barat, merah muda dan bergelombang untuk Bali, Timur."
Bukan hanya jembatan yang menjadi sasaran ide kreatifnya. Pada 2006, Sinta membuat mural berjudul Party Surprise di Christ Church University, Canterbury, London. Setelah itu, dia membuat kreasi di Piccadilly Tube Station, London, pada 2007. Sekitar dua tahun kemudian, dia membuat mural di Regents Park Bridge, London, berjudul Isokon Dreams.
Terakhir Sinta menggarap karya kreatif di Napoleon Garden, yang berada di dalam Holland Park, London. Dalam menggarap karya berjudul The Eccentricity of Zero itu, dia berkolaborasi dengan seorang insinyur. Menurut Sinta, itu sebuah karya eksperimen baru, membuat paduan warna di kaca berbentuk bulat yang berdiri tegak di taman tersebut.
Atas sederet karyanya yang menyentak publik itu, Sinta diganjar beragam penghargaan, di antaranya The Deutsche Bank Pyramid Award (2006), Westminster Civic Award (2007), Courvoisier The Future 500 (2009), dan Shortlisted for the Jerwood Contemporary Painting Prize (2010).
Sinta juga kebanjiran tawaran membuat karya kreatif lainnya. Setelah mengurus keikutsertaan karyanya dalam pameran di Hotel Grand Kemang, ia harus bergegas terbang kembali ke London. Sinta telah ditunggu untuk menggarap proyek seni berikutnya. Ia diminta membuat kreasi di taman sebuah rumah sakit khusus anak-anak yang berhubungan dengan saraf di Kota Bristol. Taman ini harus dibuat sedemikian rupa agar bisa ikut memberi terapi saraf anak-anak yang sakit.
Nurdin Kalim, Dian Yuliastuti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo