Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Suara Laut Malam

Pelukis nashar memamerkan lukisannya di ruang pameran tim. pelukis pariaman berusia 49 tahun, melukis pada malam hari. sebagai seorang penyair ia menterjemahkan suara-suara larut malam.

22 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASHAR, orang Pariaman yang kini berusia 49 tahun, melejit lagi dari arah Balai Budaya - di mana ia tinggal. 40 buah lukisannya dengan ukuran besar-besar menyengat-nyengat di Ruang Pameran TIM 10 s/d 15 Oktober. Sejak pameran Kesan Dalam beberapa waktu berselang, motif figuratif pelukis ini berubah menjadi non figuratif. Kesan ilustratif yang pernah muncul dalam pameran tunggalnya yang didominir sosok-sosok perempuan, sudah terkikis. Salah satu lukisannya yang bermaterial akrilik berjudul: Tercabut Dari Akar. Agak pucak, timbang lukisan-lukisan yang lain. Sesuatu melayang dalam kanvas itu. Sesuatu lepas dari kaitan, memulai pengembaraan baru dengan kemungkinan-kemungkinan baru. Mungkin bukan itu benar yang dimaksud sang pelukis, tapi paling sedikit ada idiom baru yang kini sedang mengamuk dalam diri Nashar. Nashar bekerja malam hari, sambil duduk di tikar. Ia seperti penyair menterjemahkan suara-suara larut malam. Sendirian, hidup dengan cara-caranya sendiri, dalam dunia yang bagi orang lain mungkin kersang dan edan. Tapi ia dengan rajin menyusun fikiran-fikirannya terhadap segala sesuatu, terutama konsep estetiknya. Jadi jelaslah ia tidak bekerja membabi buta tanpa pandangan dan sikap. Sebagaimana ditulisnya dalam katalogus, ia mengaku dengan sadar tidak lagi melukis konsep seperti pernah dikerjakannya dahulu. Nashar sekarang adalah garis-garis lengkung, patah, gapai-menggapai. Ia merentang meliuk pada bidang-bidang yang kadangkala berwarna amat berani. Suasana primitif, kepercayaan pada alam, masih lekat pada kanvasnya. Warna-warnanya mengepul dari lubang yang pedih, tetapi tidak menyerang siapa-siapa. Ia hanya menuturkan kekerasan hidup. Pada lukisan Kuning Lembab, Alam Dua dan Larut Malam Tiga, tercium bau apak seorang pengembara yang terpental ke sana ke mari. Kemudian menemukan tempa pada alam, mencintainya dengan bebas. Citarasa Nashar bukanlah usaha membuat lebih indah, bukan usaha untuk mendramatisir. Ia seorang yang lugu. Nashar juga bergelora seperti muncul dari A1am Merah yang merah menyala. Hidupnya meluapluap untuk bekerja-apalagi sedan menemukan perbendaharaan baru. Ia bisa manis dan lembut dalam lukisan Alam Enam, Dunia Binatang Lima. Manis akibat ada perhitungan lebih cermat pada komposisi, seperti muncul pada Ketidakbulatan Merah dan Biru. Lukisan yang disebut terakhir ini jauh dari rasa pedih, rasa terpencil dan pribumi yang meruap dari kanvas-kanvasnya yang lalu. Watak akrilik yang cepat kering, banyak mempengaruhi jiwa lukisan Nashar kali ini. Ia tak sempat menekuni bidangbidangnya njelimet. Tetapi sebagai imbalan, muncul variasi yang kaya. Nashar membuka tangan lebih lebar untuk lingkungan penyaksi yang lebih luas. Sesuatu yang atraktif sekarang menempel tidak begitu misterius lagi seperti dahulu. Mungkin pembebasannya pada ikatan bentuk, membuat ia berjalan lebih garang dan bebas. Ia tidak berjalan menyeruduk lagi. Tapi yakin dan gagah. PW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus