Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Zaini diminta nashar zaini dimata anshar

Wawancara tempo dengan pelukis nashar di balai budaya jakarta. meninggalnya pelukis zaini, mengakibatkan nashar menderita, akhirnya menulis kenang- kenangan tentang zaini.

22 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAKTU pelukis Zaini (lahir di Pariaman 1924) tiba-tiba meninggal tanggal 25 September yang lalu, salah seorang yang menderita adalah sahabatnya Nashar. Pelukis ini mengatakan ia telah kehilangan seorang kawan karib dan lebih penting lagi kawan bertengkar. Di bawah ini wawancara TEMPO dengan Nashar di Balai Budaya, lakarta, sementara ia sedang menulis sebuah kenang-kenangan tentang aini yang telah menyita waktunya selama 2 hari. Kenapa anda merasa dekat dengu Zaini? Prinsipnya dalam memilih lukisan atau pelukis yang pantas untuk dipamerkan, sejalan dengan saya. Ia memilih seseorang kalau orang itu telah sarnpai pada kekuatannya sendiri sebagai individu. Bila orang itu telah menemukan kepribadiannya sebagai individu. Misalnya pelukis Popo Iskandar, Srihadi. Bagaimana pendapat anda tentang karya Zaini sendiri? Lukisannya termasuk yang paling kuat dan tegas di antara kawan-kawan. Sebagaimana umumnya, ia juga banyak menerima pengaruh pelukis lain, tetapi tetap kelihatan Zaininya. Ia paling menguasai soal jenis alat yang ia pakai. Memang, setelah bertempur untuk menguasai alat-alat, kadangkala ada pelukis yang hanya memamerkan keahlialmya mempergunakan alat-alat tersebut. Tapi Zaini setelah bisa menguasai alat, energinya dicurahkan pada ekspresi. Seluruh karya Zaini dari dahulu sampai sekarang tetap punya kekuatan ekspresi. Memang ada grafik turun-naik, tetap1 turunnya tidak pernah sedemikian rupa sehingga mencapai apa yang dinamakan macet atau mundur. Ia meninggal pada saat masih banyak punya kemungkinan. Ia seorang yang kreatif. Perbedaan apa yang ada antara anda dengan Zaini? Zaini orang yang paling bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dia punya sikap, cuma Jarang menyatakan sikap yang sebenarnya kecuali kalau ditanya. Dalam garis kebijaksanaan (catatan: Nashar dan Zaini pernah sama-sarna duduk dalam Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta) saya lebih mendekatkannya pada adanya gerakan pelukis muda. Sedang Zaini tetap kokoh mempertahankan, melaksanakan, mengutamakan karya-karya puncak saja. Dia kurang membuka diri pada kemungkinan baru. Kami memang bertengkar waktu itu, tapi terus bekerja sama. Di LPKJ (catatan: mereka berdua juga sama-sama dosen Seni Lukis), Zaini cenderung pada sistim akademis. Teknik didahulukan, baru isi. Kalau saya, tergantung pada orangnya. Tergantung kesanggupan individu. Saya mengikuti dasar-dasar pesantren: membimbing menurut kodrat mahasiswa masing-masing. Zaini sering bertindak sendjri menjual lukisannya. Anda menganggap ia komersiil? Dalam ekonomi dia memang disiplin dan betul-betul teratur. Memang ia sering tidak ketat terhadap harga lukisannya, tetapi saya tidak menganggapnya komersiil. Tahun 1976 harga lukisannya pernah sampai Rp 350 ribu. Biasanya bergerak di sekitar Rp IS0 - Rp 250 ribu. Apakah penghargaan kepada Zaini cukup? Cukup, terutama dari para kolektor. Hanya saja saya khawatir nasib lukisan-lukisannya akan sama dengan lukisan Almarhum Solichin, Trisno Sumardjo dan Kartono Yudokusumo. Artinya tidak ada pengumpulan dan pemeliharaan secara khusus sehingga dapat menggambarkan perkembangannya secara jelas. Padahal tokoh-tokoh tersebut, sebagai bahan dokumentasi, cukup dapat mewakili zaman mereka dan generasi di mana mereka hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus