Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Buddhist Bug. Itulah judul karya perupa perempuan dari Kamboja, Anida Yoeu Ali. Perupa ini membuat sesosok makhluk seperti ulat raksasa yang inflatable, dapat melar sepanjang 30 meter. Makhluk itu berwarna kunyit (kuning keoranye-oranyean). Tatkala ia mengenakan kostum bagian atas "ulat" itu, muncul wajahnya seperti mengenakan jilbab.
Dengan pakaian ulat oranye itu, Anida mengembara ke pelosok-pelosok Kamboja. Dari perdesaan, sungai, sampai restoran-restoran, ia melakukan performance. Hasil perjalanan itulah yang dipamerkan di Art Stage dalam bentuk digital C-print. Lewat karya ini, Anida mengetengahkan pergumulan batinnya sebagai orang Khmer yang muslim di tengah mayoritas umat yang beragama Buddha. Warna saffron—warna kunyit—kita tahu adalah warna khas jubah para rahib.
Art Stage Singapore, pameran komersial yang digagas Lorenzo Rudolf, tahun ini memasuki tahun keempat. Diadakan di Marina Bay Sands Expo and Convention Centre, Singapura, sepanjang pertengahan Januari lalu, Art Stage kali ini mengusung tema "We Are Asia". Yang menarik adalah format baru yang ditampilkan Lorenzo Rudolf. Tata letak pameran yang diikuti 158 peserta itu menyerupai museum. Karya-karya yang dipamerkan mudah ditelusuri. Display juga memungkinkan para pengunjung mengamati karya-karya dengan lebih leluasa.
Platform Asia Tenggara, ruang paling besar, memamerkan 31 karya Asia Tenggara yang dipilih Tim Art Stage bekerja sama dengan penasihat ternama dari setiap negara, termasuk Jim Supangkat dari Indonesia. Platform ini kebanyakan memajang karya perupa muda.
Dari Singapura, misalnya, ada Lee (dibawa Sundaram Tagore Gallery, yang berada di Singapura, New York, dan Hong Kong). Lalu ada Ong dan Zhao Renhui—dua-duanya dibawa Primo Marella Gallery dari MiÂlan, Italia. Dari Indonesia, tampil perupa senior Harsono (instalasi The Raining Bed) dan Wiharso (instalasi Crush Me #2). Dua-duanya dibawa Arndt, galeri dari Berlin, Jerman, yang punya cabang di Singapura. Ada pula Mahendra Yasa (dibawa ROH Projects, yang dulu dikenal dengan nama Galeri Rachel) dan Dwi Avianto (yang notabene merupakan artis yang diundang untuk membuat site-specific gapura dari bambu di dalam ruangan).
Filipina juga menghadirkan sederet seniman muda. Boleh dibilang, Justiniani (The Drawing Room, Manila) peserta dari Filipina yang paling menonjol. Justiniani menyuguhkan karya yang menakjubkan. Tampil di tempat tersendiri, karya ini berupa tunnel. Di dalamnya kita melihat citraan-citraan manusia dan alam yang mengaplikasikan ilmu pengetahuan, filsafat, dan teknologi. Kita dibawa ke sebuah permainan ruang dan waktu. Walaupun letaknya agak di sudut dan tidak menguntungkan, karya ini tetap menarik perhatian banyak pengunjung.
Kehadiran karya dari Myanmar dan Laos menunjukkan perkembangan seni rupa kontemporer yang cukup menawan di negara-negara tersebut. Karya Soe Naing, Intermission, menjadi salah satu atraksi menarik di Art Stage tahun ini. Naing, yang disebut sebagai perupa abstract expressionism, selama kekuasaan militer di Myanmar, secara diam-diam dan dalam kesendirian telah membuat sekitar 10 ribu sketsa. Di Art Stage ini, Naing melakukan performance masuk ke boks raksasa dan membuat sketsa di dalamnya dengan ditonton para pengunjung lewat dinding kaca. Yang unik, sketsa yang dibuatnya itu tampil terbalik.
Dari Laos, Phothyzan tampil dengan instalasi bola besar yang bercahaya dari dalam. Ternyata bola itu terdiri atas figur-figur tipis dan superkecil yang terbuat dari irisan buah-buahan tertentu (yang disebut miracle fruit) yang sudah dikeringkan. Dalam kepercayaan Laos, buah-buahan ini membawa keberuntungan bagi yang memilikinya. Instalasi yang dinamai Controlled Desire itu konon menggarap tema lingkungan yang termanipulasi oleh keserakahan manusia.
Carla Bianpoen, pemerhati seni
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo