Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tua tapi mantap

Lebih 450 orang menyaksikan orkes stuttgart di taman ismail marzuki. karya-karya bach yang ditampilkan dengan mantap oleh stuttgart memancing tepuk riuh penonton. mereka main dengan teknik tinggi. (ms)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANPA publikasi istimewa, publik yang datang mengunjungi pergelaran orkes kamar Stuttgart, 21 April di Teater Arena TIM. lebih dari daya tampung gedung. Kursi tambahan dipasang, sehingga jarak penonton terdepan dengan pemain sedemikian dekat. Ditaksir lebih dari 450 pasang telinga dengan tekun menerima nomor-nomor pilihan Stutgart. Meskipun mayoritas penyaksi adalah saudara-saudara kita berkulit putih, toh malam pergelaran boleh dianggap titik yang makin terang dalam hidup musik serius di bumi dangdut ini. 12 buah biola,sebuah kontra bas dan 3 buah cello berada di tangan para lelaki yang sudah separuh umur. Profesor Karl Munchinger - pendiri dan pemimpin - seorang organis dan pemain musik gereja dengan rambut putih perak, malam itu mengenakan jas hitam. Dalam formasi separuh lingkaran mereka melakukan gebrakan pertama dengan Johann Sebastian Bach. Sementara itu ruangan benar-benar panas, walaupun 2 buah kipas angin tambahan dengan giat. memompa udara. Pianis Irawati Sudiarso sudah cemas-cemas saja andaikan keadaan itu terlalu gawat bagi anggota Suttgart. Lagi pula seorang tokoh musik yang belakangan ini jarang kelihatan, dengan yakin mengatakan bahwa temperatur udara yang kelewat panas bisa memulurkan dawai biola sehingga bunyi yang dihasilkan bisa rendah: Konrad Neander, pemain double bass mengaku sendiri kepada TEMPO bahwa keadaan dalam teater memang agak menyusahkannya. Dalam usia 30 tahun Suttgart telah menjelajahi dunia, sementara di Eropa kumpulan ini terus dihormati sebagai kampiun yang berhasil untuk karya-karya Bach. Bahkan komposisi pemain-pemainnya pun tetap mengikuti komposisi zaman Barok. Sebagai diketahui Bach mempunyai karakter ganda. Pertama sebagai orang Jerman yang memancarkan semangat Jerman dalam karya-karyanya. Kemudian sebagai seorang manusia yang terpengaruh gaya Barok Itali, khususnya Vivaldi. Dalam komposisi jenis terakhir ini Bach sangat menonjol dalam melodi. Barangkali inilah salah satu musabab mengapa keplok tangan sangat seru malam itu, sesudah usai diperdengarkan,'Konserto untuk biola dan hobo serta orkes gesek D minor' yang terdiri dari Allegro. Adagio dan Allegro. "Clement peniup hobo, telah menunaikan tugasnya sebagai solois dengan baik. Dialah yang telah mengangkat suasana menjadi hangat", komentar Irawati Sudiarso. Meskipun Clement sesungguhnya bukan anggota Stuttgart, tetapi orang State Opera Munich, dengan keserasian hobo yang meningkahi suara biola malam itu memang pantas dipuji. Mendengar musik yang mantap itu hampir tak terasa lagi masa jedah tiba. Persembahan yang pertama dari Bach: komposisi Ricercare, bagian dari musikal Opfer yang kemudian disusul karya Bach yang lain,'Konserto Braudenberg No.3 C mayor', juga tak kalah mantapnya. "Ini kesempatan yang jarang dan bernilai bagi kita yang hidup pada zaman ini, untuk mendengarkan sejumlah orang tua yang memainkan musik begitu sempurna interpretasinya. begitu mantapnya", tukas Suka Harjana, yang kelihatan mabok juga karena pergelaran itu. Dalam babak kedua, Karl tua yang angguh itu memimpin kawan-kawannya membawakan Mozart. Ia memilih Divertimento No. 7 F mayor -- Nomer Kochel 334 yang terdiri dari Allegro,Andante, Menuetto, Adagio dan Rondo. Kemudian dengan ramahnya menambahkan sebuah karya Haydn bagian ke-2 untuk kwartet gesek - tatkala ia menyaksikan betapa antusiasnya minat hadirin. Mereka makhluk-makhluk tropis, sedikitpun tidak terpengaruh keadaan ruangan. "Publik di Jakarta ini sudah bagus. Hampir mirip publik di Jerman", komentar Konrad lagi sambil mengusap peluhnya yang membanjir. Sayang sekali orkes ini hanya memiliki kesempatan 1 kali tampil, karena mereka harus melanjutkan perjalanan jauhnya melintasi beberapa kota-kota Asia. Orkes yang telah memulai debutnya di Zurich dan Paris tahun-tahun 1948 dan 1949 ini, bahkan sudah menjebol Uni Soviet pada 1959. Ia membukakan hati kita untuk mengatakan bahwa musik yang bagus tak pernah basi - manakala ia dibawakan demikian meyakinkannya karena pesona yang meloncat dari kemantapan itu sendiri benar-benar luar biasa. Lebih-lebih kalau kita terlalu sering melihat musik dibawakan dengan pas-pasan. Siapapun yang hadir pada malam pergelaran itu, untuk sejenak seperti terbius dan menerima keindahan-keindahan murni seakan-akan dilemparkan dari tangan pertama. Seperti Anggur Irawati menamakan pergelaran yang apik itu nyaris spirituil lainnya. Ia mengaku jarang mendengar Bach dibawakan dengan jempolan. "Stuttgart orkes yang baik sekali. Musik kamar yang jarang ditemui. Mereka terlampau sempurna dalam teknik. Segi kemanusiaannya dalam juga, tetapi rasa musiknya sedikit terganggu sehingga agak dingin", ujar Irawati. Sementara Suka Harjana sendiri, sesudah membenarkan keunggulan teknis Stuttgart tidak merasa bahwa mereka menjadi mekanis karena keunggulan tekniknya. Baginya pergelaran tersebut justru menampilkan perpaduan bagus antara keunggulan teknis dan rasa kemanusiaan yang dalam--dari Karl yang begitu getolnya berusaha mencari lapisan pertama yang berdegup dalam diri Bach. Karl Munchinger tak ayal lagi sebuah nama yang besar. Bukan saja karena dengan rajin dan setia menyelenggarakan penampilan musik abadi dalam festival-festival internasional di Munchen Schetzingen, Edinburg, Amsterdam, Besancon, Lyon, Aixen-Provence, Menton, Athena dan Baalbeck. Tetapi karena ia dengan pemain-pemain setengah bayanya (komposisinya yang normal: 9 pemain biola, 4 biola besar, 4 celo dan obo, 3 terompet) telah memperlihatkan bahwa musik bergerak menuruti zaman. Seperti anggur yang bermutu, makin tua makin mantap rasanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus