Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI antara sekian puluh film Warkop DKI yang diproduksi sepanjang 1979-1994, sutradara Anggy Umbara memilih tiga saja dari tahun-tahun awal debut trio lawak itu di layar lebar. Tiga judul tersebut adalah IQ Jongkok (1981), Setan Kredit (1982), dan CHIPS (1982). "Ini film-film mereka yang paling saya suka dan ada deeper meaning dalam ceritanya," ucap Anggy.
Setan Kredit, misalnya, berbicara tentang kritik atas konsumerisme. Begitu pula Chips, yang menyindir perilaku oknum-oknum berseragam di republik ini. Film-film ini masih mengusung nilai satire bermuatan kritik sosial yang jadi kekhasan Warkop saat berada di bawah naungan Prambors. Dalam perkembangannya, film Warkop DKI makin antusias mempertontonkan perempuan seksi berpakaian vulgar.
Anggy ingin mengembalikan kemurnian komedi Warkop dalam Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Berangkat dari tiga film yang lisensinya telah berada di tangan Falcon Pictures itu, Anggy pun mengembangkan cerita kelahiran kembali Warkop DKI. Tokohnya tetap sama: Dono, Kasino, dan Indro, walau kini diperankan oleh aktor ganteng Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro. Esensi cerita dan karakter tetap dipertahankan, tapi lelucon berkembang sesuai dengan tren humor saat ini.
Dono, Kasino, dan Indro adalah tiga petugas lembaga swasta bernama CHIPS (Cara Hebat Ikut-ikutan Penanggulangan Sosial) yang ke mana-mana mengendarai motor gede dan mengenakan seragam cokelat mirip Satuan Polisi Pamong Praja. Mereka mendapat tugas memburu begal. Alur cerita sederhana, tapi setiap adegan dipastikan memiliki punch line yang bersumber dari lawakan lama khas Warkop DKI ataupun lelucon kekinian.
Hasilnya tak bisa dibilang buruk walau niat awal Anggy terasa belum tercapai. Humor kritik sosial yang dilontarkan dalam film edisi baru ini terasa canggung. Perempuan seksi pun tetap muncul lewat tokoh Sophie (Hannah Al Rashid) dan Nikita Mirzani. Yang menarik, kekhasan karakter Dono dan Kasino dalam sosok Abimana dan Vino bisa agak mewujud. Abimana mengenakan gigi palsu yang menonjol agar rupanya mirip Dono. Dia mampu menghidupkan kembali gaya bicara dan tingkah Dono, yang selalu jadi obyek penderita.
Ketiga pemain ini tentu saja tak bisa dibandingkan dengan personel asli Warkop yang diberkahi talenta ngocol. Adalah Rudy Badil, Nanu Mulyono, dan Kasino Hadiwibowo yang menginisiasi kelahiran kelompok lawak tersebut. Tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia itu telah dikenal di seantero kampus karena banyolan mereka yang kuat nuansa satire politik.
Mereka mengisi program Obrolan Malam Jumat—disingkat Om Mamat—di Radio Prambors Rasisonia pada 1973. Setahun kemudian, sesama mahasiswa UI, Wahjoe Sardono alias Dono, dan Indrojoyo Kusumonegoro alias Indro dari Universitas Pancasila turut bergabung. Kelima pemuda ini kemudian dikenal dengan nama Warung Kopi (Warkop) Prambors.
Pada awal berdirinya, humor Warkop kuat dipengaruhi perubahan sosial-politik dari Orde Lama ke Orde Baru. Mereka adalah mahasiswa melek politik dan tak segan menyindir isu yang sensitif, meski tak benar-benar frontal. Belakangan, Rudy mundur dan memutuskan jadi wartawan. Nanu wafat tiga tahun setelah Rudy keluar. Trio Dono, Kasino, dan Indro selanjutnya dikenal dengan nama Warkop DKI. Sebanyak 34 film mereka hasilkan dalam waktu 15 tahun. Kelompok ini terus bertahan hingga kematian Kasino (1997) dan Dono (2001).
Dalam promosinya, Warkop Reborn berulang kali menyebutkan film ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan Warkop DKI, tapi melestarikan. Pada penayangan perdana, 8 September lalu, 270 ribu penonton menyaksikan film ini—mematahkan rekor 200 ribu penonton yang dipegang oleh Ada Apa dengan Cinta? 2. Warkop Reborn juga mencetak rekor penonton terbanyak dalam satu hari pertunjukan, yakni 547 ribu orang pada hari ketiga penayangannya.
Moyang Kasih Dewimerdeka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo