Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua rangkaian pertama kereta mass rapid transit atau MRT akan tiba di Jakarta pada akhir Maret 2018. Rangkaian kereta itu kini sedang diperiksa di pabrik milik Nippon Sharyo di Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Untuk memastikan komponen kereta bekerja dengan baik,” kataDirektur Utama PT Mass Rapid Transit Jakarta, William Sabandar pada Selasa 20 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koran Tempo edisi Rabu, 21 Februari 2018 menuliskan tentang rencana kedatangan kereta MRT tersebut.
Menurut William, tim MRT Jakarta sudah mengunjungi pabrik Nippon Sharyo, pekan lalu. Kedatangan tim bertujuan menyaksikan langsung uji coba kereta di pabrik yang juga memproduksi kereta Shinkansen itu. Dua rangkaian kereta akan dikirim menggunakan kapal laut dari pelabuhan di Kota Toyohashi, Prefektur Aichi, Jepang.
William menjelaskan, MRT Jakarta memesan total 16 rangkaian kereta. Satu rangkaian berisi enam gerbong. Sisa rangkaian akan tiba di Ibu Kota melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, secara bertahap.
Setelah diantar ke depo di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, kereta akan diperiksa lagi dan diuji instalasi listriknya sekitar Agustus 2018. Mulai Desember mendatang, kata William, kereta akan menjalani tes uji coba operasional. Selama uji coba, masinis, petugas di stasiun, dan teknisi pemeliharaan juga sudah mulai bertugas.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim, mengatakan kontraktor sedang menyelesaikan pemasangan rel dan persinyalan. Mulai April mendatang, instalasi listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara sudah mulai berfungsi. “Power on mulai April,” kata dia.
Silvia menambahkan, pekerja yang memasang rel berjumlah 1.200 orang mulai Februari 2018. Sebelumnya, ada 700 orang yang bekerja di rute fase I Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 16 kilometer. Pemasangan instalasi persinyalan kereta berlangsung paralel dengan pemasangan rel.
Hingga akhir Januari lalu, menurut Silvia, kemajuan pekerjaan fisik dan sipil MRT mencapai 90,96 persen. Rinciannya, 80-90 persen untuk stasiun bawah tanah dan 40-50 persen untuk stasiun layang. Ia menargetkan seluruh pekerjaan fisik proyek MRT Jakarta rampung pada akhir tahun ini.
Sebelum beroperasi, MRT Jakarta akan menggelar simulasi antisipasi dan evakuasi saat bencana, seperti kebakaran, gempa, atau terorisme. Simulasi itu, kata Silvia, akan melibatkan Dinas Penanggulangan Kebakaran, kepolisian, dan TNI. MRT Jakarta juga bakal terdaftar sebagai obyek vital negara.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono, mengatakan fokus perusahaannya beralih dari konstruksi ke persiapan operasional menjelang Maret 2019.
MRT Jakarta akan menggandeng mitra periklanan dan telekomunikasi untuk menyediakan jaringan telekomunikasi di stasiun MRT, terutama untuk stasiun bawah tanah.
Agung menambahkan, PT Tower Bersama memenangi tender yang digelar MRT Jakarta sebagai penyedia konektivitas seluler dan jaringan Internet nirkabel.
Dalam perjanjian kerja sama selama 10 tahun itu, Tower Bersama bertugas membangun infrastruktur jaringan yang bisa digunakan oleh perusahaan telekomunikasi. Kerja sama itu diperlukan lantaran MRT berada di ketinggian hingga lebih dari 25 meter di atas tanah dan mencapai 25 meter di bawah tanah.
Melihat perkembangan sejauh ini, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal optimistis proyek MRT Jakarta bisa beroperasi sesuai dengan target.
Pengerjaan proyek MRT, menurut dia, tak terpengaruh oleh keputusan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menghentikan sementara (moratorium) pengerjaan seluruh proyek infrastruktur layang di Indonesia. “Pengerjaan konstruksi MRT segmen layang sudah selesai,” kata dia.