Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

21 Desember 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ibarat siang dan malam yang datang silih berganti, pergantian pemimpin pun mestinya merupakan hal yang biasa. Namun, bila menyangkut figur sekelas EvaRiyanti Hutapea, ihwalnya menjadi agak berbeda. Terlebihbanyak kabar beredar di balik mundurnya wanita eksekutifyang namanya begitu melekat dengan Indofood itu. Agartak simpang-siur, wartawan TEMPO dan KoranTempo menemui Eva, Jumat pekan lalu, untuk memperoleh kejelasan.Berikut petikan wawancara di kantornya, yang terletak diGedung Ario Bimo Sentral, Kuningan, Jakarta.

Mengapa Anda mundur?

Target saya bukan cuma Indofood. Target sayaIndonesia, bahkan dunia. Indofood sudahtake-off dan stabil, sementara di luar barangkali masih banyak perusahaan yang perlusaya tangani.

Apakah sudah ada tawaran pekerjaan dari luar?

Sampai sekarang belum ada. Mungkin orang pikirmau menggaji berapa, ha-ha-ha. Tapi, kalau saya tak keluar,mana ada yang mau menawarkan pekerjaan.

Tapi, pengunduran diri ini bukankah terasa mendadak?

Sebetulnya tidak. Dulu berita itu pernah sayabantah. Kenapa? Karena belum waktunya diumumkan.

Sejak kapan persisnya ingin mundur?

Sudah lama. Kadang-kadang, kalau lagi kesal samaorang, ingin mundur, ha-ha-ha. Waktu muncul isu mi beracunpada tahun 1996 atau ketika menderita kerugian hingga Rp1,2 triliun tahun 1997, saya sudah berpikir untuk mundur.

Bagaimana perasaan Anda sewaktu memutuskan mundur?

Orang tahu, Indofood adalah jiwa saya. Untuk itu,Anda harus mengambil keputusan secara spontan danemosional. Persis seperti waktu Anda mau menikah. Tak bisaterlalu rasional, nanti milih-milih lagi yang lain. Jadi, harusemosional. Tak bisa tidak.

Apakah pemilik tak menahan kepergian Anda?

Terus terang, Pak Anthony Salim sangat menahansaya. Dia kaget mendengar keputusan saya. Tapi saya harusnekat. Kalau tidak, tak jadi keluar.

Benarkah ada konflik dengan keluarga Salim tentangpengembangan perusahaan? Contohnya, mereka kurangmenyetujui konsep warung barokah?

Warung barokah memang bukan konsep yang mudah.Saya ingin warung ini ada di tiap pelosok agar mudahdijangkau pembeli. Tapi ini tak gampang. Distributor tak maumembawa barang ke sana. Dalam konsep ini, tetap harusada keuntungan yang konsisten dan berkesinambungan.Investor di pasar modal umumnya ingin keuntungan dalamjangka pendek, sedangkan ini keuntungannya baru terasadalam jangka panjang.

Warung barokah memang menjadi pemicu konflik?

Kalau warung barokah jadi persoalan, menurut sayawajar. Tapi bukan dengan Pak Anthony Salim. Investor yangperlu memperoleh penjelasan lebih dalam dan banyak.Mereka bertanya kenapa harga saham Indofood tak naik-naik.Ada target laba 30 persen. Kalau ingin keuntungan sebesaritu, program warung barokah akan tertunda. Padahal,kalau program ini jalan, jelaslah ini investasi, kendati hasilnyatak kembali dalam waktu satu tahun. Dalam konteks ini,ada unsur nasionalisme dan pengabdian pada masyarakat.

Bukan pilihan yang mudah, ya?

CEO yang baik harus bisa menjaga kestabilanharga saham. Bahkan, kalau mungkin, harganya naik. Tapisekarang orang complain harga saham Indofood taknaik-naik dan keuntungan terus menurun. Padahal, penurunankeuntungan itu tak seberapa dibanding manfaat yangdiperoleh masyarakat. Kalau mau mengembangkan masyarakat,keuntungan pasti menurun, karena saya harus memberiterlebih dahulu, baru menerima di belakang hari. Kalaumasyarakat berkembang, mereka akan belanja mi lebihbanyak, kan?

Mengapa Anda begitu bersemangat denganwarung barokah?

Terus terang, warung barokah merupakan mimpisaya sejak lama. Kalau sudah mimpi, memang maunya cepatterwujud. Jadi kurang sabar. Padahal, kalau sabar sedikit,orang lain mungkin tak akan ngomel.

Kalau Anda keluar, apakah program warung barokahakan tetap jalan?

Program ini akan tetap jalan. Lagi pula sudah kerjasama dengan BRI. Saya yakin semua yang di sini punakhirnya akan sepaham. Cuma, mungkin tak akan seagresifseperti keinginan saya.

Mengapa sulit menjual ide warung barokah?

Di Indonesia, banyak orang belum mengerti bahwa corporate social responsibility itu bisa dikonversi menjadi strategi marketing. Ini terjadi hampir di semua perusahaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus