Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERPULUH-puluh pelumas produk Pertamina itu tersusun rapi di rak-rak bengkel OliMart di kawasan Enmore, Sydney. Ada merek Fastron, Meditran, dan Prima XP, merek yang populer di Tanah Air. Sabtu dua pekan lalu, ke sanalah Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Achmad Faisal dan sejumlah anggota stafnya berkunjung. Hari itu, Faisal meresmikan bengkel tersebut sebagai salah satu agen oli Pertamina di Negeri Kanguru.
Di bengkel ini, Fastron dibanderol dengan harga sekitar 60 dolar Australia (sekitar Rp 480 ribu) per empat liter. Di Indonesia, harga Fastron sekitar Rp 200 ribu. ”Harganya lebih murah dibanding oli sejenisnya,” kata George, pemilik bengkel tersebut. Kendati lebih murah, Fastron tetap disejajarkan untuk bersaing dengan Shell dan Castrol sebagai pelumas untuk mobil kelas atas semacam Mercedes.
Sehari sebelumnya, seremonial peresmian itu digelar di kediaman Konsul Jenderal Republik Indonesia Sudaryomo Hartosudarmo. Hadir dalam acara itu, antara lain, sejumlah pengusaha otomotif Australia, termasuk Rick Damelian, agen resmi Toyota dan Suzuki di Sydney. ”Saya akan merekomendasi pelanggan kami memakai oli Pertamina itu,” kata Rick.
Pertamina memang mengincar pasar pelumas di Australia. Setiap tahun sekitar 2,5 juta kendaraan di Australia menyerap 550 ribu kiloliter pelumas. Castrol menjadi pemimpin pasar pelumas di negara itu. Pertamina berharap setidaknya bisa mengambil sepuluh persen dari jumlah itu. ”Saya yakin akan tercapai lima tahun mendatang,” kata Faisal. Ia optimistis karena publik Australia tidak fanatik terhadap merek. ”Yang mereka pentingkan kualitas.”
Kendati resminya baru pekan lalu, sebenarnya pelumas produk Pertamina sudah masuk pasar Australia sejak tiga tahun silam. Pelumas itu diimpor Offshore Lubricants Ltd. ”Setahun sekitar satu kontainer,” ujar Direktur Offshore, Sukendro Darmanto. Ternyata, ujar Sukendro, sambutan pasar positif. ”Itu yang membuat Pertamina memutuskan masuk secara resmi,” katanya.
Menurut Sudaryomo Hartosudarmo, ada tiga hal yang mesti bisa dipenuhi Pertamina jika ingin produknya diterima publik Australia, yakni kualitas bagus, harga kompetitif, dan suplai selalu tersedia. ”Yang saya khawatirkan soal ketiga itu,” ujar diplomat yang sebelumnya bertugas di Inggris ini.
Faisal menjamin stok pelumas Pertamina akan terus tersedia di Sydney. Bersama Offshore Lubricants, Pertamina telah menyewa sejumlah gudang untuk penyimpanan pelumas. Setiap bulan gudang-gudang itu akan menerima kiriman tiga hingga lima kontainer pelumas dari Indonesia. Dari kota ini pula pelumas itu akan dipasarkan ke berbagai kota di Australia, seperti Melbourne dan Canberra.
Sebelum masuk Australia, pelumas Pertamina sudah masuk ke beberapa negara Asia dan Eropa, seperti Belgia, Taiwan, Pakistan, dan Uni Emirat Arab. Namun, berbeda dengan di Australia, di negara-negara itu pelumas tersebut tidak memakai merek asli Pertamina, tapi dengan merek dagang Zipex.
Di Tanah Air, pelumas Pertamina memang masih tetap jadi jagoan. Sekitar 55 persen pasar pelumas dalam negeri dikuasai Pertamina. Kendati menguasai pasar, oli Pertamina belum bisa ”masuk” ke mobil-mobil mewah, semacam Mercedes. ”Para pemilik mobil semacam itu lebih senang memakai oli produk luar,” kata Faisal.
Mobil Mercedes yang berseliweran, terutama di Jakarta, kebanyakan memang memakai pelumas Shell. Shell sendiri, awal tahun lalu, mengukuhkan ”kerja sama” dengan PT Mercedes-Benz Indonesia untuk memasarkan produknya. Setiap pembeli Mercedes mendapat bonus oli Shell gratis selama tiga tahun. Lewat strategi pemasaran di Australia itulah Pertamina berharap para pemakai mobil mewah di Indonesia akan ”melek”. Oli Pertamina toh dipakai pemilik mobil mewah di negara-benua itu.
L.R. Baskoro (Sydney)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo