Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=1 color=#FF9900>PERTANIAN</font><br />Adu Cepat Menghadang El Nino

Petani kewalahan menghadapi kemarau berkepanjangan. Pemerintah harus bergerak cepat.

3 Agustus 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SITUASI memanas di salah satu pintu air di Desa Kebon Danas, Kamis siang pekan lalu. Ratusan petani dari Desa Pusakaratu, Kebon Danas, Kalen Tambo, dan Gempol yang berkerumun sejak pagi sudah siap adu jotos memperebutkan suplai air dari pintu air di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat itu.

Semua petani ingin air dialirkan ke daerahnya, padahal sudah ada jadwal suplai air yang disepakati bersama. Dan hari itu mestinya giliran Desa Kalen Tambo mendapat air. Untunglah Camat Pusakajaya Ika Sefudin, Camat Pusakanagara Ella Nurlela, dan beberapa polisi cepat datang ke lokasi. Tawuran antarpetani pun dapat dicegah.

Sistem gilir air ini dilakukan untuk menghadapi kekeringan berkepanjangan yang disebut-sebut sebagai dampak El Nino. Tak hanya Subang yang menderita. Sejumlah daerah dilaporkan menghadapi masalah yang sama, antara lain Tegal dan hampir seluruh daerah di pantai utara Jawa. Dikhawatirkan, produksi padi bakal terganggu.

Duriat, pengawas seksi pengairan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur di Pusakanagara, mengatakan luas area sawah yang kekeringan mencapai 11.380 hektare. Tersebar di Kecamatan Pusakajaya, Pusakanagara, Legonkulon, Pamanukan, dan Compreng, semua wilayah ini tidak mendapat suplai air yang cukup dari saluran induk irigasi Tarum Utara. Air sudah menyusut hingga 50 persen.

Tapi Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Subang Agus Taruna menyatakan luas daerah kekeringan hanya 2.200 hektare, meliputi Desa Rancadaka, Patimban, Kebon Danas, Kalen Tambo, Pangarengan, Karangmulya, dan Bobos. Bila dibandingkan dengan total persawahan di Kabupaten Subang seluas 84.162 hektare dan target tanam seluas 180 ribu hektare, menurut Agus, target produksi satu juta ton gabah kering panen masih oke.

Entah data mana yang akurat. Yang pasti, Cartam, 55 tahun, apes betul. Pompa air seharga Rp 1,5 juta yang dibeli petani asal Desa Kedungjati ini tak sanggup menyedot air dari sumber sungai Cigenteng yang mulai kerontang. Kalaupun ada, airnya asin karena terintrusi air laut pantai Patimban yang berjarak satu kilometer dari sawahnya.

Ia berharap hasil panen dari satu hektare lahannya bisa memproduksi lima ton padi. Dengan harga jual Rp 270 ribu per kuintal, sebetulnya penghasilan Rp 13,5 juta bisa diraup. Tapi masih ada biaya sewa lahan dan biaya produksi. Jadi yang masuk ke kantongnya hanya Rp 7,5 juta untuk menghidupi keluarganya tahun depan.

Di Desa Penujah, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sahwi pasrah. Petani ini membiarkan lahan setengah hektarenya mangkrak karena tidak ada biaya lagi. Boro-boro meminjam pompa air, anjloknya produksi menjadi satu kuintal padi awal Juli lalu—dari panen pertama 1,8 ton—karena kekeringan membuat ekonomi keluarganya terpukul.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Tegal Karwadi mengatakan tiga kecamatan di Tegal mengalami krisis air, yakni Jatinegara, Kedung Banteng, dan Surodadi. Namun ini dapat disiasati dengan air buangan dari sungai dengan pompa air. Ia pun yakin produksi padi di area kurang-lebih 20 ribu hektare di Kabupaten Tegal ini minimal 200 ribu ton.

l l l

KEKERINGAN sejak pertengahan tahun ini sudah diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebagai salah satu dampak El Nino. Tapi kepala lembaga itu, Sri Woro Budiati Harijono, meramalkan kondisi abnormal tahun ini masih di skala lemah, karena indeksnya hanya 0,8 derajat.

Tidak seluruh wilayah Indonesia yang terimbas, tapi efek terkuat di wilayah timur dan semakin melemah ke wilayah barat. El Nino moderat berlangsung pada September, Oktober, dan Desember, sedangkan yang moderat ke kuat terjadi pada November dan Januari 2010.

Indonesia pun beruntung karena suhu permukaan air lautnya tergolong hangat, sehingga udara tidak berpindah dan dampak El Nino makin minim ke pertanian. Ini tidak seperti pada 1997-1998. Suhu permukaan laut saat itu dingin, sehingga tekanannya kuat dan mendorong uap air laut menjadi hujan ke Lautan Pasifik. Akibatnya, terjadi kekeringan panjang dan petani tekor.

Karena itu, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bayu Krisnamurthi yakin El Nino tak mengancam ketahanan pangan nasional. Selain El Nino kali ini moderat, pemerintah telah menaikkan cadangan beras untuk keperluan beras subsidi (dulunya raskin atau beras untuk orang miskin) bagi 17,5 juta keluarga miskin dan sebagai antisipasi jika ada bencana dari 3,8 menjadi 4 juta ton.

Dari hitungannya, luas lahan kekeringan 80-150 ribu hektare. Ini jauh lebih kecil ketimbang 7 juta hektare lahan sawah yang produktif. Dalam perkembangannya pun, meski luas area yang kekeringan berfluktuasi tiap tahun, produksi padi tetap tumbuh (lihat tabel).

Sebagai ilustrasi, pada 1997, produksi padi mencapai 49,38 juta ton dengan luas tanam 11,14 hektare, sedangkan konsumsi mencapai 50,99 juta ton padi. Defisit pun membuncit dan memaksa pemerintah mengimpor pada tahun berikutnya. Saat itu impor beras mencapai rekor tertinggi: 5,78 juta ton.

Sedangkan tahun ini Badan Pusat Statistik memprediksi produksi padi mencapai 62,56 juta ton, naik 3,71 persen dibanding tahun lalu, karena penambahan 1,48 persen luas panen. Tahun lalu, produksi padi 60,33 juta ton. Stok beras saat ini 1,5 juta ton, dan diperkirakan naik menjadi 1,6 juta ton pada akhir tahun. ”Artinya, Bulog penguasa stok terbesar, dan menghilangkan kemungkinan spekulasi di pasar,” kata Bayu.

Karena itu, ia memastikan tidak perlu impor beras untuk mengantisipasi fenomena alam ini. Rencana ekspor pun diyakini tak akan mengganggu stok beras dalam negeri. ”Yang diekspor kan beras premium yang harganya Rp 40-45 ribu per kilogram. Dari alokasi ekspor 100 ribu ton dibanding produksi puluhan juta ton, ini angka yang sangat kecil,” kata Bayu.

Optimisme juga datang dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian Soetarto Ali Moesa. Menurut dia, sejak Oktober 2008 hingga sekarang, sebetulnya iklim sangat membantu musim tanam. Hasilnya: 89 persen target luas tanam padi sebesar 12,5 juta hektare sudah tercapai awal Juli lalu. Artinya, produksi beras sangat aman.

Dengan perkiraan surplus beras khusus tahun ini 2,5 juta ton, plus surplus tahun lalu 2,3 juta ton dan surplus tahun sebelumnya 1 juta ton, total surplus tahun ini mencapai 5-6 juta ton. Artinya setara dengan produksi tiga bulan. Jika seperti biasanya pada Januari dan Februari produksi turun, dan parah-parahnya sampai Maret, surplus ini bisa menutupi defisit akibat berkurangnya produksi padi tahun depan, yang diprediksi Menteri Pertanian Anton Apriyantono 1,6 juta ton.

Namun dana siaga untuk mengantisipasi dampak El Nino tetap disiapkan. Awalnya sebesar Rp 2-3 triliun, tapi belakangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan dana siaga itu hanya Rp 1 triliun dan diambil dari anggaran pemerintah 2010.

Selain untuk subsidi benih dan pupuk serta operasi pasar ke sasaran tertentu, dana itu diperuntukkan buat membiayai Bantuan Langsung Tunai yang digelontorkan bagi masyarakat miskin yang terpukul lonjakan harga akibat dampak El Nino. Dalam rapat kabinet dengan pemerintah daerah melalui konferensi video Kamis pekan lalu, Yudhoyono menyebutkan 14 langkah antisipasi dampak El Nino terhadap pertanian (lihat boks).

Bantuan Langsung Tunai juga menyasar para petani yang kesulitan akibat fenomena alam itu. Dengan prediksi maksimal luas kekeringan sawah tahun ini 100 ribu hektare, dan penguasaan lahan oleh petani rata-rata hanya 0,3 hektare sawah, diprediksi sekitar 300 ribu petani terpukul.

Kepala Bulog Mustafa Abubakar siap menyalurkan beras bersubsidi. Program selama tiga tahun belakangan itu dinilainya lebih efektif ketimbang operasi pasar. Masyarakat senang karena subsidi tepat sasaran, dan pedagang happy karena mekanisme di lapangan makin transparan. ”Spekulan enggak berani main dan harga bisa terus stabil,” katanya.

Ekonom Indef, Fadhil Hasan, mengingatkan pemerintah daerah agar bergerak cepat mengantisipasi kekeringan ini, khususnya dalam menjamin ketersediaan air bagi petani. ”Air adalah nyawa. Jangan sampai berhenti di amanat presiden saja,” katanya. Karena itu, konflik sosial seperti perebutan air mestinya tidak terjadi. Pemajuan musim tanam juga harus dibarengi pemberian benih dan pupuk sesuai dengan sasaran kalau tidak ingin dihadang dahsyatnya El Nino lebih dulu.

R.R. Ariyani, Nanang Sutisna (Subang), Edi Faisol (Tegal)


14 Langkah Antisipasi

  • Menjaga cadangan beras (prioritas Bulog).
  • Program ”beras miskin” untuk 17,5 juta rumah tangga sasaran @ 15 kilogram selama 2010.
  • Stabilisasi harga beras.
  • Alokasi dana siaga Rp 1 triliun untuk mengantisipasi El Nino dan ketahanan pangan pada 2010.
  • Memastikan embung, dam, bendungan, dan fasilitas irigasi berfungsi baik.
  • Menyediakan pompa dan irigasi.
  • Mendorong PNPM 2009 dan 2010 di daerah sulit air bersih.
  • Mempertimbangkan hujan buatan. Khusus Gubernur Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur harus bersiap karena langganan kebakaran hutan dan asap.
  • Jika El Nino sangat mengganggu, lahan gambut dan rawa diupayakan untuk keperluan pangan.
  • Mengkaji kemungkinan pengajuan musim tanam.
  • Mengembangkan varietas tanaman pangan tak ”haus” air.
  • Menjelaskan petani agar tenang dan berpengetahuan cukup menghadapi fenomena itu.
  • Menjaga dan memelihara surplus cadangan pangan.
  • Kepala daerah memimpin langsung semua langkah.

Dinamika Produksi dan Kekeringan

Produksi Padi (ton)
200352.137.604
200454.088.468
200554.151.097
200654.454.937
200757.048.558
200860.330.000
200962.560.000*

Luas Lahan Kekeringan
(Hektare)
2003263.086
2004311.246
2005181.102
2006338.261
2007210.070
2008187.226
2009150.000**

SUMBER: BPS, KANTOR MENKO PEREKONOMIAN
*ANGKA RAMALAN II **PERKIRAAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus