Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#CC0033>Otomotif</font><br />Menunggu Bank Agresif

Penjualan sepeda motor naik tipis. Belum bisa melampaui pencapaian tahun lalu.

15 Juni 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULUHAN pria berseragam biru muda itu sigap merakit komponen mesin sepeda motor di lintasan ban berjalan. Tak jauh dari situ, sebagian pekerja lagi memasang dan mengecat bodi. Sejak beroperasi awal tahun lalu, pabrik PT TVS Motor Company Indonesia menggenjot produksinya.

Terhampar di atas lahan 40 hektare di kawasan industri Karawang, Jawa Barat, produsen otomotif asal India ini sebetulnya memiliki kapasitas produksi 300 ribu unit sepeda motor per tahun. Tapi, saat ini, produksinya cuma 12 ribu unit. Untuk menggaet konsumen baru, mereka meluncurkan motor bebek 125 cc berlabel TVS RockZ, Rabu pekan lalu.

Produk ini berpenampilan futuristik, punya kunci ganda antimaling, dan ”full music”. Mau mendengarkan radio gelombang FM, atau musik format MP3, tinggal mencolokkan USB. Bisa juga men-charge telepon seluler. Harganya Rp 12,7-13,7 juta, bisa dibilang agak ”miring”.

Pangsa pasar motor bebek, 65 persen, dinilai Direktur Pemasaran TVS Vijaya Kumar sangat layak digenjot. Targetnya, 40 ribu unit motor terjual tahun ini, lebih tinggi dibanding tahun lalu, yang hanya 16 ribu. Rinciannya: 10 ribu unit motor TVS RockZ, sisanya dari dua varian yang dirilis sebelumnya.

Ia yakin target itu tercapai karena daya beli masyarakat tidak seburuk yang dibayangkan. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia menunjukkan per Mei lalu terjual 457.650 unit, tumbuh 18,6 persen dibanding bulan sebelumnya. Selama lima bulan pertama, sudah terjual hampir 2,1 juta unit (lihat tabel).

Penjualan bulan lalu memang lebih rendah dibanding Mei 2008. Tapi, menurut Ketua Asosiasi, Gunadi Sindhuwinata, ini sinyal positif di semester kedua. ”Tadinya kami prediksi penjualan turun 20 persen,” katanya. ”Tapi kelihatannya hanya turun 15-an persen karena ada Lebaran dan akhir tahun.”

Produsen kawakan, PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, juga optimistis. Manajer Pemasaran Yamaha Bambang Asmarabudhi menilai moncernya harga komoditas ikut mendorong penjualan. Sumatera dan Kalimantan—daerah penghasil komoditas—menyumbangkan kenaikan penjualan hingga 15 persen dari total pasar.

Yamaha tidak berharap terlalu banyak. Bisa menjual 2,4 juta unit tahun ini—sama dengan tahun lalu—menurut Bambang, sudah bagus. Optimisme juga dirasakan perusahaan pembiayaan yang selama ini melayani 80 persen pembelian kendaraan.

Presiden Direktur PT Wahana Ottomitra Multiartha Finance Suwandi Wiratno menyebutkan, selama kuartal pertama tahun ini, sudah menyalurkan kredit Rp 363,3 miliar, naik dari kuartal yang sama tahun lalu, Rp 352,7 miliar. ”Kami malah menaikkan uang muka dari 10 menjadi 12,5 persen mulai tahun lalu,” kata Suwandi.

Suku bunga pun dipatok 32-33 persen per tahun. Soalnya, bank masih seret menyalurkan kredit ke perusahaan pembiayaan, kendati Bank Indonesia mencatat kinerja perusahaan pembiayaan empat bulan pertama tahun ini justru lebih baik ketimbang tahun lalu. Selama Januari-April 2009 sudah tersalurkan kredit Rp 325 triliun, melampaui periode yang sama tahun lalu, Rp 281 triliun.

”Target pertumbuhan kredit 25 persen dari posisi tahun lalu, Rp 933 triliun, kelihatannya on track,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Wiwie Kurnia. Jika selama ini kredit motor mencapai 40 persen dari total kredit konsumsi, berarti target tahun ini sekitar Rp 1.116 triliun.

Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman menilai kenaikan penjualan motor mencerminkan aktivitas ekonomi. ”Daya beli masyarakat membaik, dan industri kecil bergeliat,” katanya. Pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini juga menunjukkan konsumsi domestik lebih kuat menggerakkan perekonomian. Ia memprediksi hal ini berlanjut di semester kedua.

Industri otomotif, menurut dia, bisa bernapas jika suku bunga bank terus turun. ”Penjualan paling banter terkoreksi 10-12 persen tahun ini,” kata Norico. Tinggal bagaimana perbankan lebih agresif menurunkan suku bunga kredit. Sebab, menurut Gunadi, dengan BI Rate 7 persen saat ini, mestinya bunga kredit motor bisa 12 persen per tahun.

R.R. Ariyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus