Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah menguat ke level 16.350 per dolar Amerika Serikat (AS) di penutupan perdagangan Jumat, 14 Maret 2025. Pada perdagangan pekan depan atau Senin, 17 Maret 2025, kurs rupiah diprediksi melemah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nilai rupiah hari ini menguat 78 poin dibanding penutupan sebelumnya yakni 16.428 per dolar AS. Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah bakal bergerak fluktuatif. “Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 16.340 - 16.400 per dolar AS.” kata dia dalam analisis rutinnya, Jumat, 14 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ada di level 16.392 per dolar AS pada pada penutupan perdagangan hari ini. Menguat dari hari sebelumnya yakni 16.428 per dolar AS.
Pelemahan rupiah seiring dengan menguatnya indeks dolar Amerika Serikat. Menurut dia sentimen global yang memengaruhi pergerakan kurs di antaranya ancaman Presiden Donald Trump yang akan mengenakan tarif 200 persen pada minuman beralkohol Eropa. Termasuk anggur dan sampanye, sebagai balasan atas keputusan Uni Eropa untuk mengenakan tarif 50 persen pada wiski Amerika.
Keputusan Uni Eropa yang akan mulai berlaku pada 1 April itu merupakan balasan terhadap tarif 25 persen yang baru diterapkan AS pada baja dan aluminium impor. “Selain itu, Trump akan memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada tanggal 2 April, yang dapat semakin memperburuk suasana hati investor,” ucap dia.
Bersamaan dengan itu, data ekonomi AS baru-baru ini mengungkapkan angka inflasi yang lebih rendah. Baik indeks harga konsumen (CPI) maupun indeks harga produsen (PPI) menunjukkan tekanan inflasi lebih lemah dari yang diharapkan. Hal ini yang memperkuat ekspektasi potensi pemotongan suku bunga oleh bank sentral Amerika atau Federal Reserve akhir tahun ini.
Federal Reserve dijadwalkan menggelar pertemuan pada 18-19 Maret 2025 untuk membahas kebijakan suku bunga. Konsensus mengantisipasi bahwa suku bunga akan tetap, karena inflasi yang terus-menerus dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung.
Sentimen lain yakni Bank sentral Tiongkok, People's Bank of China (PBoC), mengumumkan rencana menerapkan instrumen moneter tambahan yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan. Langkah-langkah ini termasuk potensi penurunan suku bunga dan menjaga stabilitas mata uangnya di tengah lingkungan ekonomi global yang menantang.