Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MATAHARI memancarkan sinar hangatnya, Jumat pagi dua pekan lalu. Dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Rudiantara terbang ke Cina. Di Negeri Panda itu, petinggi China Export Impor Bank telah menanti. Rudiantara, yang didampingi dua pejabat PLN yang lain, mengutarakan maksud kedatangannya.
Di salah satu kantor di sudut Kota Beijing, mereka membicarakan perkembangan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu megawatt. Proyek ini sedang lesu darah. Sindikat perbankan Cina yang semula menyanggupi untuk mengongkosi sebagian proyek tiba-tiba merengek agar kontrak yang telah diteken ditinjau ulang. Salah satunya, mereka ingin suku bunga dinaikkan. Krisis keuangan global dijadikan alasan permintaan eskalasi.
Negosiasi berjalan alot. Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu, lembaga-lembaga keuangan Cina juga berdalih terkena batas jumlah uang bank yang bisa dipinjamkan ke suatu negara (country limit). ”Itu masalah besar. Tidak hanya antarmenteri keuangan, tapi juga seluruh pinjaman pembangunan,” kata Anggito. Alasan yang cukup aneh karena baru diutarakan saat ini, bukan pada saat awal ketika Cina memenangkan proyek.
Sumber Tempo mengatakan, kasus pembatalan pembelian pesawat MA-60 buatan Xian Aircraft Industry oleh PT Merpati Nusantara Airlines juga menjadi bola panas perundingan. Cina ingin transaksi pesawat diselesaikan terlebih dulu. Sebaliknya, Indonesia meminta hal itu dibereskan secara terpisah. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro sempat mengadukan hal itu kepada Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Senin dua pekan lalu. Dalam rapat dengar pendapat itu, ia melaporkan bahwa proyek listrik tersandera kasus Merpati (lihat boks).
Toh, setelah panjang-lebar adu mulut seharian, Rudiantara pulang membawa kabar gembira: Cina bersedia kembali pada perjanjian tanpa perubahan secuil pun. ”Kami memenangkan tanpa ngasorake (mempermalukan),” kata Rudiantara. Menurut dia, kesepakatan yang dicapai menguntungkan dua pihak. Sayang, ia enggan mengungkap soal bunga yang diminta Cina.
Pertemuan Beijing tadi memang membuka kembali peluang aliran dana segar. Namun itu baru menyangkut proyek pembangkit listrik tenaga uap Paiton 2 (660 megawatt), Probolinggo, Jawa Timur, dan Suralaya (600 MW), Jawa Barat, senilai US$ 330 juta dan US$ 284 juta. Untuk dua sumber listrik itu, Cina baru menggelontorkan US$ 180 juta dari yang dijanjikannya.
Padahal proyek 10 ribu megawatt secara keseluruhan membutuhkan tak kurang dari US$ 4,9 miliar dan Rp 19,3 triliun. Itu belum menghitung pengembangan transmisi yang mencapai US$ 900 juta dan Rp 13 triliun. Perbankan Cina seperti China Exim Bank dan Bank of China mengambil porsi US$ 3,5 miliar. Sebanyak US$ 1,9 miliar tertuang dalam pernyataan hitam di atas putih dan US$ 1,6 miliar masih proses negosiasi. Konsorsium perbank
an nasional ambil bagian memenuhi kebutuhan rupiah hingga Rp 15 triliun untuk membangun pembangkit. ”Sisanya cari lagi ke pasar,” kata Rudiantara.
Hasil negosiasi tingkat korporasi itu ditindaklanjuti oleh Menteri Ke
uangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam pertemuan menteri-menteri keuangan ASEAN plus Cina, Jepang, dan Korea Selatan di Phuket, Thailand, akhir bulan lalu, Sri Mulyani tak lupa menyapa Xie Xuren. Kepada Sri Mulyani, Menteri Keuangan Cina itu meyakinkan bahwa PLN akan mendapat pinjaman sesuai dengan kesepakatan.
Gelagat Cina menahan kucuran dana tercium sejak tahun lalu. Sekitar November 2008, staf khusus wakil presiden Muhammad Abduh mendapat laporan bahwa proyek infrastruktur sektor energi itu tengah seret duit. Cerita tersebut sampai ke bosnya, Jusuf Kalla. Atas perintah Kalla, Abduh diminta membereskan masalah ini. Dalam satu rapat di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara akhir tahun lalu, petinggi PLN ”ditatar”. ”Saya sampai pukul meja. Saya bilang, kalau Cina banyak bicara, tinggalkan saja,” kata Abduh.
Atas pesan Kalla, Abduh meminta PLN kembali giat mencari dana segar dari dalam negeri. Ia berharap ratus
an triliun uang yang parkir di Sertifikat Bank Indonesia bisa digunakan. Selain itu, perusahaan pelat merah itu juga diminta lebih aktif mencari investor asing selain Cina.
Mendapat dorongan itu, Rudiantara berjanji akan tampil lebih prima dan makin kreatif mencari dana. ”Tidak harus dari Cina,” katanya. Kuncinya, dia melanjutkan, jangan menggunakan cara konvensional. Ia pun tak menyia-nyiakan World Islamic Econo
mics Forum yang digelar pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, ia kembali mempererat lobi dengan organisasi bisnis dari Timur Tengah yang sudah dide
kati setahun lalu.
Pengamat listrik Fabby Tumiwa menyesalkan kelakuan investor Cina yang memble di tengah jalan. Walau pemerintah sudah memberikan jamin
an penuh akan kelangsungan proyek melalui Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2007, ternyata mereka masih banyak ulah. Sebagai pemegang mayoritas struktur pembiayaan, juga dalam konstruksi (engineering, procurement, and construction), seharusnya kontraktor Cina memikul risiko yang lebih besar, termasuk bila ada kesulitan keuangan, bukan malah membebankan semuanya ke PLN.
Menurut Direktur Institute for Essential Service Reform itu, tertunda
nya pembiayaan bisa berbuntut panjang. Jadwal operasi pembangkit bakal mo
lor. Akibatnya, pasokan listrik tahun ini bisa-bisa tak bertambah. Padahal permintaan terus meningkat. Dari total kapasitas listrik terpasang seluruh Indonesia sekitar 30 ribu megawatt, cadangan sistem listriknya hanya 15 persen. ”Ini berbahaya. Bila satu dua pembangkit bermasalah, akan defisit. Ancamannya, terjadi pema
daman,” kata
Fabby.
Murtaqi Syamsuddin, Direktur PLN Jawa Madura Bali, meyakinkan bahwa cadangan listrik yang rata-rata 2.000 megawatt masih aman untuk Jawa-Bali. Kapasitas terpasang yang mencapai 22.482 megawatt kuat menopang permintaan. Selain itu, pemakaian listrik dua bulan terakhir cenderung berkurang. Ini diperlihatkan dengan turunnya konsumsi listrik pada pukul 17.00-22.00. Tahun lalu, penggunaan listrik mencapai 16.300 megawatt pada waktu beban puncak itu, kini paling tinggi hanya 15.400.
Sampai akhir tahun, Murtaqi memperkirakan, kondisi
ini terus berlanjut. Hal itu disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi. Banyak industri mengurangi kegiatan produksi. Kenaikan permintaan listrik yang ditargetkan 7 persen pun diperkirakan turun hingga dua poin. Karena itu, ia tak begitu khawatir jika tahun ini belum ada pasokan listrik baru. ”Masih aman meskipun proyek pembangkit baru belum ber
operasi,” kata Murtaqi.
Ketua Tim Percepatan 10 Ribu Megawatt Yogo Pratomo mengatakan, pada 2009 tiga pembangkit rencananya mulai beroperasi, yaitu PLTU Indramayu, PLTU 2 Labuhan, dan PLTU Rembang. Dari tiga pembangkit itu, akan ada tambahan pasokan sekitar 2.200 megawatt mulai akhir semester perta
ma. Namun, dengan tersendatnya uang dari Cina, Yogo tak bisa memastikan tiga pembangkit itu beroperasi tepat waktu. ”Paling lambat awal tahun depan,” kata Yogo.
Fabby sepakat bahwa dalam satu sampai dua kuartal ke depan PLN masih mampu memenuhi kebutuhan listrik. Faktornya, ya, ekonomi yang melemah itu. Tapi ia mewanti-wanti pemerintah jangan terlena dengan angka satu-dua bulan ini. Belajar dari sejarah, setelah krisis 1998 dan merosotnya daya beli masyarakat pada 2005, permintaan sumber energi ini langsung melonjak seiring dengan lompatan ekonomi. Akibatnya, terjadi defisit dan pema
daman makin sering terjadi.
Keadaan lebih parah akan terjadi di luar Jawa-Bali. Di Sumatera, Kalimantan, dan bagian Indonesia lainnya, intensitas byar-pet lebih sering. Menurut Fabby, selain karena kapasitas terpasang yang lebih kecil, sejumlah pembangkit banyak yang telah uzur sehingga kemampuan produksinya tidak penuh. Untuk segera menyelesaikan 25 pembangkit baru bagian proyek 10 ribu megawatt, dana kembali menjadi momok.
Muchamad Nafi
Akankah Sesuai Rencana?
PLTU 2 Labuan, Banten
Kapasitas: 2x300 megawatt
Target operasi: Semester I 2009
PLTU 1 Rembang, Jawa Tengah
Kapasitas: 2x300 megawatt
Target beroperasi: Semester I 2009
PLTU 1 Indramayu, Jawa Barat
Kapasitas: 3x300 megawatt
Target operasi: Semester II 2009
PLTU 1 Suralaya, Banten
Kapasitas: 1x600 megawatt
Target beroperasi: 2010
PLTU 2 Paiton, Jawa Timur
Kapasitas: 1x600 megawatt
Target operasi: 2010
PLTU 3 Teluk Naga, Banten,
Kapasitas: 3x300 megawatt
Target operasi: 2010
PLTU 1 Pacitan, Jawa Timur
Kapasitas: 2x300 megawatt
Target operasi: 2010
PLTU 2 Pelabuhan Ratu, Jawa Barat
Kapasitas: 3x300 megawatt
Target operasi: 2010
PLTU 3 Tanjung Awar-awar, Tuban, Jawa Timur
Kapasitas: 2x300 megawatt
Target operasi: 2011
PLTU 2 Cilacap, Jawa Tengah
Kapasitas: 1x600 megawatt
Target operasi: 2011
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo