Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGALAMI pahitnya bangkrut diterpa krisis, Aburizal "Ical" Bakrie sadar betul, bahkan bayangan sendiri pun akan "lari" ketika gelap menyergap. Apalagi sekadar kawan, yang mengerubunginya kala masih berjaya. "Masa-masa itu begitu sulit, tapi saya bisa melewatinya," kata Ical dalam wawancara khusus dengan M. Teguh dan Y. Tomi Aryanto dari TEMPO, Jumat petang pekan lalu.
Dari lantai tujuh Wisma Bakrie, didampingi manajer komunikasi korporat Grup Bakrie, Lalu Mara Satriawangsa, hampir dua jam mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia dua periode itu (1994-1994 dan 1999-2004) bercerita dengan penuh semangat.
Mengapa Anda tiba-tiba mundur?
Ah, tidak mendadak juga. Sudah dipersiapkan cukup lama.
Bukankah perusahaan ini amanah keluarga?
Amanahnya adalah membesarkan perusahaan, kalau perlu dengan memperkecil kepemilikan saham keluarga. Bukan sebaliknya, dengan mempertahankan di posisi 52 persen.
Anda pernah bercerita, kesulitan terbesar dalam hidup adalah ketika harus memberi tahu Ibunda bahwa saham keluarga di PT Bakrie & Brothers susut tinggal 2,5 persen. Mengapa sekarang malah keluar?
Memang. Tugas saya adalah menyelamatkan perusahaan. Sekarang kondisinya jauh membaik. Sudah saatnya saya berhenti untuk diganti mereka yang lebih muda di manajemen. Tapi pasti, saya mengharapkan bisa membeli kembali saham di Bakrie & Brothers. Hanya, tidak akan sampai 50 persen.
Apa karena Anda sudah memiliki PT Bumi Resources Tbk?
Bukan begitu, saham saya di sana juga tidak besar. Target kami jelas memperbesar kepemilikan agar tak hanya 2,5 persen.
Sebelum krisis, Bakrie & Brothers pernah utang hingga US$ 1,2 miliar. Benarkah ini yang menyebabkan beberapa kreditor asing menduga Anda masih menyimpan harta di luar negeri?
Bank Ekspor Impor Amerika awalnya berpikiran begitu. Saya datangi mereka dan minta agar perusahaan dan saya pribadi diaudit. Setelah diaudit, barulah mereka percaya, dan malah paling mendukung proposal restrukturisasi yang saya ajukan. Kalau tuduhan itu benar, tidak mungkin saya dipercaya utang lagi. Buktinya, saya bisa dapat kredit untuk membeli PT Kaltim Prima Coal senilai US$ 500 juta.
Setelah ini, Anda akan terjun total ke dunia politik untuk persiapan Pemilu 2009?
Kemarin kan sudah, dan gagal di konvensi Partai Golkar. Kalau soal lima tahun lagi, ya..., nanti dipikirkan. Sekarang saya cukup waktu untuk sedikit lebih tenang dan banyak olahraga. Mengisi kembali pengetahuan dengan lebih banyak membaca. Saya juga ingin menulis buku tentang pengalaman hidup agar bisa dipelajari para pengusaha yang lebih muda. Mana yang bisa dicontoh saat di bawah, dan mana yang harus dihindari ketika di puncak. Saya ingin orang lain bisa mengatakan, "Kalau Ical bisa, saya pun bisa."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo