Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Hutama Karya menargetkan perolehan laba bersih sebesar Rp 2,40 triliun hingga akhir 2019. Pertumbuhan laba diakui tidak akan sepesat tahun lalu karena perseroan mulai menanggung beban pinjaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo mengatakan pada 2018, perseroan mencetak pertumbuhan laba bersih 112,50 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 2,27 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menambahkan bahwa sampai akhir 2019, pertumbuhan laba diestimasi hanya mencapai 10 persen karena perseroan mulai menanggung beban bunga pinjaman. "Proyeksi kami naik 10 persen saja karena jalan tol begitu beroperasi, beban bunga langsung dibebankan ke periode tersebut," ujarnya, Kamis, 5 September 2019.
Dia menuturkan bahwa tahun ini Hutama Karya mulai membayar bunga pinjaman sebesar Rp 1,70 triliun. Pos beban bunga pinjaman itu, menurut Bintang, secara langsung akan mengurangi pendapatan perseroan sehingga berdampak pada perolehan laba bersih.
Hingga saat ini, Hutama Karya telah mengoperasikan tiga ruas jalan tol, yaitu Medan—Binjai, Palembang—Indralaya, dan Bakauheni—Terbanggi Besar.
Pemindahan Jalur Tol PalembangTanjung Api-Api
Selanjutnya akan menyusul Terbanggi Besar—Pematang Panggang, Pematang Panggang—Kayu Agung, dan Pekanbaru—Dumai.
Hingga Juni 2019, kinerja Hutama Karya masih cemerlang. Laba perusahaan konstruksi yang didirikan pada 1961 itu tetap bertumbuh 79 persen menjadi Rp 1,10 triliun kendati pendapatan perseroan turun 16 persen menjadi Rp 8,11 triliun.
Bintang mengatakan bahwa laba bersih Hutama Karya tetap bertumbuh karena beban operasional turun sejalan dengan efisiensi yang dilakukan perseroan.
Dia menyebutkan bahwa efisiensi operasional 1 persen bakal berdampak besar pada perolehan laba. Dia menggambarkan dengan pendapatan Rp30 triliun, efisiensi 1 persen bisa mendatangkan keuntungan bersih sebesar Rp300 miliar.
Menurut Bintang, Hutama Karya bisa mencatat efisiensi yang berarti berkat perbaikan operasional di setiap lini usaha.
Salah satu upaya yang telah membuahkan hasil yaitu perbaikan pengadaan dan penerapan penerapan Building Information Management (BIM). Proses sentralisasi pengadaan, misalnya, mampu menekan beban pokok penjualan hingga 83,18 persen.
Secara umum, hingga paruh pertama 2019, Hutama Karya meraup kontrak baru sebesar Rp13,25 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 36 persen dari target kontrak baru keseluruhan sepanjang tahun ini.