Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Banjarmasin - Nelayan ikan di Sungai Satui, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Arbani, mengatakan para nelayan ikan kesal atas pencemaran limbah yang terus berulang di Sungai Satui. Menurut Arbani, satu orang nelayan atas nama Muhamad Zaki, warga Desa Berakat Mufakat, bahkan membakar perahu dan mesinnya akibat tak bisa mencari ikan dan udang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zaki membakar beberapa baju dan celana, lalu ditaruh di atas perahunya pada Kamis, 16 November lalu. Alhasil, perahu kayu itu pun pelan-pelan terbakar. “Membakar perahu dan mesinnya alasannya kesal tidak ada kejelasan penyelesaian masalah limbah,” tutur Arbani kepada Tempo, Jumat 17 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nelayan di Satui yang tergabung dalam kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) mengeluhkan atas kematian ikan-ikan dan udang di sepanjang Sungai Satui. Arbani menerima laporan pencemaran sungai dan kematian ikan-ikan dari warga yang berada di bantaran sungai Jombang, Kecamatan Satui pada 12 November lalu.
“Kami dari kelompok Pokmaswas atau nelayan Satui langsung ke TKP, menelusuri keluarnya limbah yang diduga mematikan ikan dan udang,” kata Arbani.
Kelompok nelayan menemukan titik keluarnya limbah di muara Sungai Pambilahan. Arbani menduga pertambangan batu bara memicu pencemaran Sungai Satui. “Berarti sumbernya itu-itu saja, sudah beberapa kejadian limbah yang mengakibatkan ikan dan udang mati,” lanjut Arbani.
Selain itu, kata dia, pencemaran Sungai Satui memicu gatal-gatal dan sakit perut bagi warga bantaran sungai. Menurut Arbani, sekalipun air sungai tampak jernih, masyarakat khawatir saat mengkonsumsi air Sungai Satui karena kematian ikan dan udang akibat kandungan bahan berbahaya.
Pihaknya sudah melaporkan kejadian ini ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu. Akibat sungai tercemar, Arbani mengaku kelompok nelayan tidak bisa mencari nafkah. Ia berharap tidak ada lagi pencemaran limbah karena berdampak buruk terhadap sumber ekonomi nelayan di Kecamatan Satui.
“Lumpuh total, entah berapa hari, berapa minggu, berapa bulan. Harapan kami masalah yang sudah sering terjadi ini, ini yang terakhir kalinya. Kenapa harus berulang-ulang?” tutur Arbani.