Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Alasan NTT Bakal Larang Pengusaha Buka Hotel di Kampung Adat

Wakil Gubernur NTT Josep A. Nae Soi mengatakan pemerintah provinsi akan melarang pengusaha membangun hotel di kawasan kampung adat.

30 Juni 2020 | 07.58 WIB

Rumah adat Mbaru di Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. TEMPO
Perbesar
Rumah adat Mbaru di Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur. TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josep A. Nae Soi mengatakan pemerintah provinsi setempat akan melarang pengusaha membangun hotel atau tempat menginap lainnya di kawasan kampung adat. Pernyataan itu ia ungkapkan dalam rapat Panja Pemulihan Pariwisata bersama Komisi X DPR, Senin, 29 Juni 2020.

"Homestay tidak akan diberikan ke swasta, pelaku usaha. Tapi untuk rakyat," ujar Josep melalui saluran virtual.

Dia menjelaskan, pemerintah akan mendorong masyarakat di kawasan kampung-kampung adat memanfaatkan rumahnya sebagai tempat singgah untuk wisatawan. Dengan begitu, perekonomian warga daerah setempat akan bergerak lebih cepat setelah sektor wisata memasuki era pemulihan akibat adanya pandemi.

Saat ini, terdapat sejumlah kampung adat populer di NTT. Manggarai Barat, misalnya, memiliki destinasi unggulan Kampung Wae Rebo. Kemudian, Bajawa di Kabupaten Ngada memiliki kampung adat megalitikum bernama Kampung Bena. Sedangkan Sumba Barat mempunyai Kampung Rotenggaro yang terkenal dengan kuburan batunya.

Adapun seluruh destinasi wisata di NTT telah dibuka pada 15 Juni 2020 kecuali Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo. Josep menerangkan, pembukaan kompleks wisata Komodo masih menanti arahan dari pemerintah pusat.

Seiring dengan pengaktifan kembali objek wisata, ia mengatakan masyarakat telah dilatih untuk meningkatkan nilai tambahnya. Selain menyiapkan akomodasi, masyarakat memperoleh pelatihan dari sisi amenitas untuk pembuatan cenderamata sebagai oleh-oleh. Dia berharap, setelah pariwisata NTT bergeliat kembali, minat pelancong untuk membeli buah tangan semakin tinggi.

Sembari menyiapkan sumber daya manusia, kata Josep, pemerintah terus mengejar target penyelesaian proyek-proyek infrastruktur di titik yang menjadi fokus prioritas pembangunan nasional. “Kami harus lakukan pembangunan aksesibilitas untuk menunjang pariwisata,” tuturnya.

Pemerintah pusat telah mengalokasikan dana Rp 6,4 triliun untuk pengembangan lima destinasi superprioritas yang masuk kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN). Dari total anggaran itu, Labuan Bajo memperoleh jatah sebesar Rp 1,31 triliun.

Dukungan tersebut akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur di bidang sumber daya air, jalan dan jembatan, permukiman, serta perumahan. Adapun posisi proyek-proyek pengembangan infrastruktur Labuan Bajo saat ini sudah terkontrak.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus