DI bawah naungan glasnost dan perestroika, Uni Soviet, yang dulu tampak angker, belakangan dilirik banyak negara -- kalau tidak sebagai lahan investasi, ya sebagai pasar ekspor. Tidak terkecuali PT Skifa Ananta Dharma (SAD), anak perusahaan PT Kimia Farma yang memproduksi alat suntik. Mulai bulan ini, SAD mengekspor produknya ke Soviet dengan target 100 juta alat suntik, senilai 5,6 juta dolar. Kalau dihitung berdasarkan kurs saat ini, jatuhnya sekitar Rp 10 milyar lebih. Dan transaksi itu seluruhnya dibayar dengan uang hijau alias dolar. Sangat lumayan. Apalagi, seperti dikatakan oleh salah seorang direkturnya, bisnis SAD di dalam negeri, yang dimulai awal 1986, sangat kurang berkembang. Selain bersaing melawan tiga produsen lokal lainnya -- dan tak lama lagi akan muncul sebuah PMA yang juga memproduksi jarum suntik sekali pakai -- SAD juga harus menangkis jarum suntik yang entah diimpor oleh siapa. "Pasar lokal benar-benar sudah jenuh," kata sang direktur. Nah, kebetulan pasar ekspor masih terbuka lebar. Mulai tahun lalu, sedikit demi sedikit SAD mulai melempar produknya ke Pakistan, Singapura, dan Turki. Lebih dari itu, SAD berniat membina kerja sama dengan pengusaha Soviet. Persisnya, mendirikan pabrik jarum suntik yang berkapasitas 300 juta buat setahun di negara Gorbachev itu. Dan kalau jadi, 100 juta di antaranya akan diekspor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini