Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Antara Singapura dan Hong Kong

Pelabuhan Koja menjadi ajang perebutan Hong Kong dan Singapura. Kesempatan memanen banyak duit.

18 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH babak puncak perebutan Terminal Koja: Grup Humpuss akan menjual kepemilikannya kepada dua perusahaan Mauritius. Harganya US$ 147 juta, sebu- ah rekor tawaran tertinggi yang pernah diterima Koja selama ini. Transaksi ini memang belum final lantaran masih menunggu persetujuan pemegang saham minoritas PT Humpuss Intermoda Tbk. (HIT)—tangan Humpus dalam pengelolaan Koja—pada rapat umum luar biasa pemegang saham (RULBPS), akhir Juni ini. Rapat itu barangkali sekadar ketok palu atas transaksi, tapi mungkin juga tidak. Soalnya, tak lama setelah HIT mengumumkan rencana transaksi itu, sebuah konsorsium yang dipimpin perusahaan pelayaran Singapura, Neptune Orient Line (NOL), menaikkan tawarannya terhadap Koja dari US$ 130 juta menjadi US$ 150 juta, mengungguli harga Mauritius. Tawaran NOL ini menjadikan perebutan Koja makin seru. Pelabuhan Koja, atau dikenal dengan nama Terminal Peti Kemas Tanjungpriok III (48 persen saham dimiliki Humpuss dan 52 persen Pelindo II), sudah lama jadi ajang rebutan antara Singapura dan Hong Kong. Terminal yang kapasitasnya mendekati 400 Teu's (lebih dari seperempat kapasitas Pelabuhan Tanjungpriok I dan II) itu dianggap sebagai penentu. Hutchison Whampoa (Hong Kong), pengelola 22 pelabuhan besar seluruh dunia, sudah menguasai Priok lewat Jakarta International Container Terminal. Jika Koja juga direbut, "Hutchison akan membawa Priok menggantikan Singapura sebagai raja pelabuhan Asia," kata seorang pejabat tinggi Indonesia. Melihat ancaman itu, pantas Singapura kebakaran jenggot. Pelabuhan merupakan sumber keuangan terpenting Negeri Singa itu setelah jasa keuangan. Sekuat tenaga, Singapura menahan laju Hutchison. Maret lalu, tawaran Hutchison kepada Koja gagal karena tuduhan kolusi dan nepotisme. Kebetulan, salah satu penasihat keuangan Hutchison adalah Inghie Kwik, anak lelaki Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri, Kwik Kian Gie. Apakah Singapura berada di belakang tudingan KKN ini? Wallahualam. Yang pasti, berbarengan dengan tudingan itu, sejumlah organisasi kepelabuhan seperti INSA ikut memprotes kedatangan Hutchison di Koja. Lalu, mengapa Singapura juga ribut jika Koja jatuh ke tangan Mauritius? Itulah soalnya. Kuat dugaan, dua perusahaan Mauritius ini cuma topeng Hutchison. Keduanya bukan perusahaan pengelola pelabuhan, melainkan cuma lembaga investasi. Selain itu, kedua lembaga ini baru didirikan pada Maret 2000, bulan ketika tawaran Hutchison atas Koja "dijatuhkan" berita KKN Inghie Kwik. Dan di atas semua itu: tawaran Mauritius cuma US$ 2 juta di atas tawaran Hutchison, sebuah premium yang gampang dikejar. Bagaimanapun, jika Hutchison ingin mengembangkan Priok, Koja harus dikuasai. Tanjungpriok I dan II sulit dikembangkan karena lahannya terbatas, sedangkan Koja masih bisa diperluas dua kali lipat. Selain itu, pertumbuhan Koja mencapai 14 persen, paling cepat ketimbang Priok. Hampir-hampir tak ada alasan bagi Hutchison untuk melupakan Koja. Lepas dari keterlibatan Hutchison itu, bagaimana kans Singapura di Koja? Melihat para pendukung konsorsium, seperti Temasek Holdings milik pemerintah Singapura, dan Samudera Indonesia, perusahaan pelayaran besar nasional, harus diakui konsorsium ini memang punya nama besar. Selain itu, lobi Singapura juga lagi hebat-hebatnya di Jakarta. Lihat saja: tender saham Astra menang, keputusan pengenaan pajak di Batam juga bisa ditangguhkan. Memang tak ada bukti bahwa penundaan itu merupakan campur tangan lobi Singapura. Namun, sulit dibantah, salah satu pemetik keuntungan dalam penangguhan pajak itu adalah Singapura. Tapi, di Koja, apakah mereka juga akan sukses? Menurut Direktur Utama Grup Humpuss, Abdul Wahab, Singapura tak mungkin bisa mengambil alih Koja. Soalnya, konsorsium Singa itu ingin menjadi pengelola tunggal Koja. "Ini kan mustahil," katanya. Soalnya, yang dijual cuma milik Humpuss, saham Pelindo II sendiri tidak dikutak-katik. Selain itu, format penawaran "Mauritius" ini sangat menarik. Dari US$ 147 juta harga Koja, cuma US$ 47 juta yang akan masuk ke kantong Grup Humpuss. Selebihnya, US$ 100 juga akan dipakai Koja untuk bayar utang. Cuma, mumpung lagi dijadikan rebutan, kenapa nawarinnya kekecilan? M. Taufiqurohman, Dwi Arjanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus