Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Asal bunyi

Proses curah pendapat atau brainstorming adalah tahap orang boleh mencurahkan apa saja yang ada dalam benaknya. gagasan paling aneh akan muncul. bila pikiran buntu ajaklah teman-teman melakukan curah pendapat.

18 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI salah satu tempat kerja saya dulu, ada satu proses perencanaan yang kami beri nama: asbun, alias asal bunyi. Proses ini sebenarnya punya nama yang lebih mentereng: brainstorming, atau curah pendapat. Pada tahap ini orang boleh mencurahkan apa saja yang ada dalam benaknya. Gagasan yang paling aneh pun bermunculan tanpa malu-malu. Karena itulah, secara bergurau, proses ini -- kami namai asbun sekalipun kami tahu juga bahwa nama itu bisa mempunyai konotasi negatif. Penamaan kocak itu sengaja diberikan untuk membuang kesan formal dan kaku dari istilah bramstorming. Apa, sih, perlunya proses brainstorming? Mengapa kita harus membuang-buang waktu untuk mempercakapkan hal-hal yang tak masuk akal? Dan, sungguhkah proses ini benar-benar asal bunyi -- suatu kegiatan yang tidak menuntut olah pikir? Baiklah, Anda seorang penggemar teka-teki silang. Sudah sejam Anda berkutat menyelesaikan satu teka-teki silang dengan derajat kerumitan berbintang empat. Tinggal satu soal lagi: siapa nama seorang pelukis dari zaman Renaissance? Beberapa nama sudah Anda coba masukkan ke dalam sepuluh kotak yang tersedia. Tetap salah. Anda pergi ke rak buku dan tak menemukan satu pun buku yang bisa memberikan referensi tentang pelukis Renaissance. Frustrasi. Anda lalu pergi ke rentang jendela dan memandang ke luar. Tiba-tiba ... seperti melihat bola lampu pijar yang tiba-tiba menyala dalam benak Anda, nama itu pun Anda temukan: Botticelli. Siapa yang menyediakan nama itu dalam benak Anda? Bukan jendela itu. Bukan pula pemandangan di luar jendela itu. Nama itu dikirimkan oleh otak kanan Anda. Organ intelek kita -- menurut para ahli sebenarnya merupakan dua belahan: kiri dan kanan. Struktur kedua belahan itu persis sama. Begitu pula kegunaannya: untuk berpikir. Tetapi, kedua belahan itu mempunyai cara dan bakat yang berlainan dalam melakukan proses berpikir itu. Para ahli berpendapat bahwa belahan otak kiri menghasilkan kemampuan verbal manusia. Seperti komputer, belahan otak kiri ini mengumpulkan informasi, membuat sistematisasinya, dan juga mengolah pikiran menjadi bahasa verbal. Sebaliknya, belahan otak kanan tidak mempunyai kemampuan verbal. Belahan otak kanan ini mempunyai kemampuan lebih dalam hal intuisi (kemampuan untuk mengetahui insight tanpa penalaran sadar), musik, puisi, seni, dan bentuk keindahan lainnya. Para ahli juga menemukan keunggulan belahan otak kanan ini dalam melakukan persepsi holistik, atau gestalt. Singkatnya, belahan otak kiri bertugas mengurai dan merakit kembali konsepkonsep dalam penalaran logis, sedangkan belahan otak kanan menangkap suatu situasi secara holistik, yaitu tanpa menguraikannya menjadi serpih-serpih gagasan. Dengan kata lain, belahan otak kanan memberi orang kemampuan untuk melihat kategori, sehingga orang melihat sekelompok atau sejumlah unsur, bukan unsur-unsur yang berdiri sendiri. Misalnya, ketika melihat sebuah gambar kebun binatang, orang langsung berpikir dalam konsep sebuah kebun binatang. Bukan tentang binatang-binatang dan sebuah taman yang terawat rapi secara terpisah. Sekalipun tampaknya kedua belahan itu bekerja berdasarkan kemampuannya masing-masing, keduanya bekerja secara bersama. Kalau tidak begitu, tentulah manusia tak bisa berpikir secara koheren. Belahan otak kanan menyalurkan gagasannya kepada belahan otak kiri untuk diverbalkan. Lalu, apa sebenarnya penyebab kilas yang tiba-tiba muncul dalam benak kita itu? Menurut para ahli, ini memang sebuah fenomena yang menyimpang dari pola relay gagasan dari otak kanan ke otak kiri. Kejadian yang menyimpang dari sistem logis itu terjadi karena yang muncul itu bukanlah gagasan yang di-encode ke bahasa verbal. Seolah-olah ia merupakan letupan intuitif dari belahan otak kanan tanpa sensur belahan otak kiri. Emosi-emosi yang kuat, seperti kegembiraan, kenikmatan, kepuasan, merupakan situasi-situasi yang memberi belahan otak kanan cukup umpan untuk menghasilkan kilas pikiran yang meletup dan menembus tirani otak kiri. Kilas seperti itu juga dapat muncul ketika seseorang bermimpi, bersantai, dan tidak melakukan kegiatan penalaran yang mengaktifkan otak kiri. Karena itu, bila kebuntuan menghambat pikiran Anda, cara yang terbaik justru meninggalkan jalan buntu itu. Berjalan-jalan sebentar, mendengar musik lembut, melamun sambil memandang ke luar jendela, semuanya memberi kesempatan bagi belahan otak kanan mengisi celah yang tak dapat diisi oleh otak kiri. Tak perlu gusar bila pikiran Anda tiba-tiba buntu. Biarlah pikiran Anda mengembara dan tunggulah sampai kilas itu tiba-tiba meletup. Atau, ajaklah orang lain melakukan curah pendapat. Biarlah letupan pikiran otak kanan teman-teman Anda memperkaya siasat mencapai sasaran yang akan dicapai. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus