Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang bagus buat sendiri

Secara bertahap ekspor kayu ramin jenis papan pendek dan papan sempit, bahan baku mebel, akan dihentikan. untuk menggalakkan industri mebel dalam negeri agar bisa bersaing di pasar luar negeri.(eb)

18 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABAR baik untuk pengusaha industri mebel setelah berulang kali gigit jari menyaksikan keberhasilan Taiwan menembus pasar Amerika Serikat. Kesulitan bahan baku kayu ramin, yang selama ini menjadi alasan repotnya bersaing dengan Taiwan dalam ekspor mebel, tentunya tak bakal terdengar lagi. Secara bertahap, menurut Menteri Kehutanan Soedjarwo, ekspor kayu ramin jenis papan pendek dan papan sempit akan dihentikan. Sedangkan jenis papan lebar boleh tetap diteruskan. Tujuannya bukan untuk menghantam Taiwan. Tapi, "Kita harus menunjang industri mebel dalam negeri," katanya pada TEMPO. Kayu ramin boleh dibilang primadona ekspor kayu Indonesia. Setidaknya 21 persen total devisa ekspor kayu berasal dari kayu jenis ini. Nilainya US$ 85 juta. Dan hampir sebagian besar porsi ekspor itu masuk ke Taiwan, sisanya ke Jepang, Kanada, Inggris, Italia, dan Singapura, yang jumlahnya relatif kecil. Lewat Taiwan kayu berwarna kuning itu biasanya diolah kembali menjadi mebel yang lebih bermutu, lalu dijual ke pasaran AS dengan harga yang jauh lebih murah dari mebel buatan Indonesia. Taiwan, yang terkenal sebagai eksportir mebel kayu ramin terkemuka di Asia, rata-rata mengimpor 50 ribu m3 per tahun bahan bakunya dari Indonesia. Sofyan Siambaton, Wakil Ketua Asosiasi Industri Perkayuan (ISA), mengharapkan penghentian ekspor dilakukan secara bertahap setiap satu semester 20 persen. "Agar para sawmiller punya waktu untuk bernapas," katanya pada Budi Kusumah dari TEMPO. Ia khawatir penghentian ekspor kayu ramin bisa menimbulkan ekses. Maklum, di belakang dia setidaknya ada 50 perusahaan yang terancam gulung tikar, "karena daya serap perusahaan mebel di sini tidak besar," tambahnya. Sedangkan untuk tetap hidup, berarti harus meningkatkan produksi jenis papan lebar, sehingga perlu menambah investasi baru. Dengan kebijaksanaan itu, berarti pemerintah akan kehilangan US$ 50 juta dari hasil ekspor komoditi itu. Pengorbanan pemerintah yang berkepentingan menggalakkan ekspor komoditi nonminyak setidaknya menjadi obat kuat untuk para pengusaha mebel. "Kita 'kan berusaha meningkatkan daya saing produk mebel kita di luar negeri," kata A. Gani Abu, Direktur Tertib Peredaran Hasil Hutan. DI Jawa Timur saja ada 10 perusahaan mebel yang mengonsumsikan kayu ramin. Malah kini, "Sudah ada permintaan barang jadi dari kayu ramin dari luar negeri," kata Untung Wasiadji, dari Kanwil Perdagangan Jawa Timur. PT Macrowood, yang selama ini sulit memperoleh kayu ramin berkualitas tinggi, kini boleh bernapas lega. "Sering kami hanya mendapat kayu ramin mutu kelas dua atau yang sebetulnya sudah ditolak di luar negeri," tutur M.E. Kamal, perancang perusahaan itu, kendati kini lebih banyak mengekspor mebel rotan. Perusahaan lain yang merasa beruntung karena kebijaksanaan pemerintah adalah produsen mebel knocked down Ligna. Tak kurang dari 6.000 m3 kayu ramin yang diperlukan PT Hadinata & Brothers itu setiap tahunnya. "Itu pun dibeli dengan harga ekspor," kata Hendra Sutarto, direktur utama perusahaan itu, yang sejak tiga tahun berselang melakukan ekspor. Perusahaan yang telah mengekspor 15% dari seluruh produksinya itu kemudian mencari alternatif dengan memakai jenis kayu sonokeling. Selama ini kayu ramin memang diorientasikan ke ekspor. Sehingga, pada saat mdustri mebel di dalam negeri melonjak, pemasok cuma bisa menyediakan bahan berkualitas rendah. Setelah ada suntikan dari pemerintah, Soedjarwo mengharapkan industri mebel bisa mengail dolar lebih banyak. Memang perlu waktu. "Kurang lebih lima tahun kemudian," kata Soedjarwo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus