Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Astra Khawatir Krisis Global Menjalar ke Indonesia

Pembiayaan modal dari luar negeri bakal seret.

20 Desember 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANDUNG - Penguasa pasar otomotif nasional, PT Astra International Tbk, khawatir krisis Eropa bakal menjalar ke Indonesia. Krisis akan berimbas kepada industri otomotif di Tanah Air.

Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan tidak ada negara yang kebal terhadap krisis ekonomi yang melanda sebagian wilayah dunia. India, kata dia, yang disebut-sebut kebal terhadap krisis, juga terkena imbas krisis. "Bulan lalu manufaktur India jatuh," ujarnya kemarin.

Prijono memprediksi, Indonesia juga bakal terkena dampak krisis ekonomi global. Namun, seberapa besar dampaknya, belum diketahui secara pasti.

Indikasi krisis mulai merambat, kata dia, terlihat pada saat mencari pembiayaan operasional dari luar negeri. "Kami butuh pemberi modal. Dalam beberapa bulan terakhir, pemberi modal dari luar seret," ujarnya.

Untuk mengatasi krisis, peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam membuat kebijakan. Khususnya, kebijakan yang ramah kepada investor. Jaminan kepastian investasi, kata dia, sangat penting bagi investor untuk bertahan di Indonesia.

Pasar otomotif di Indonesia dinilai masih memiliki potensi untuk berkembang. Hal ini, kata Prijono, bisa dilihat dari data tingkat persentase penduduk kelas menengah yang terus melonjak. "Saat ini saja sudah 56 persen, dalam beberapa tahun akan menjadi 63 persen. Pasar ini sangat menjanjikan," ujarnya.

Apalagi, dia melanjutkan, ada kabar baik untuk kondisi ekonomi Indonesia. Pertama, masuknya Indonesia ke dalam level investment grade setelah Fitch menaikkan peringkat utang Indonesia satu notch menjadi BBB--dari posisi sebelumnya BB+--dengan prospek stabil.

Selain itu, Undang-Undang Pembebasan Lahan sudah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat. Beleid baru ini dipastikan bakal mendorong iklim investasi di Indonesia.

Kondisi ini masih ditambah dengan rezim bunga rendah oleh bank sentral dan membaiknya cadangan devisa. Semua ini menjadi harapan kalangan pengusaha agar dampak krisis ekonomi Eropa tidak terlalu besar. "Kami berdoa, mudah-mudahan bisa bertahan," kata Prijono.

Dampak krisis keuangan global, kata analis PT Batavia Prosperindo Sekuritas, Julio Parningotan, bakal menyulitkan beberapa industri mencari dana dari luar negeri. Kondisi ini akibat banyak lembaga pembiayaan global masih harus memperbaiki struktur permodalan di negaranya.

Sebenarnya, kata dia, prospek pasar otomotif Indonesia masih sangat cerah. Hal ini terlihat dari terus tumbuhnya penjualan mobil domestik. Dengan turunnya suku bunga, bunga kredit otomotif juga turun. Dampaknya, harga jual mobil bisa dijangkau konsumen. "Apalagi jumlah orang kelas menengah di Indonesia terus bertambah seiring tumbuhnya ekonomi Indonesia," Julio memaparkan.

Namun analis PT Panin Sekuritas Tbk, Purwoko Sartono, menyatakan krisis di Eropa tak banyak mempengaruhi pasar otomotif nasional. "Pangsa pasar otomotif Indonesia adalah domestik dan bukan ekspor. Dampak krisis Eropa tidak banyak berpengaruh."

Kenaikan peringkat utang Indonesia ke level investment grade dinilai sangat menguntungkan. Dengan kenaikan ini, premi risiko investasi jadi rendah. GUSTIDHA BUDIARTIE | VIVA B KUSNANDAR


Belanja Modal Naik Tipis

Meski masih dibayangi krisis keuangan global, PT Astra International Tbk menaikkan target belanja modalnya pada tahun depan. Perusahaan otomotif ini menaikkan belanja modal Rp 14-15 triliun dari tahun ini sekitar Rp 13 triliun.

Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto menyatakan target yang dipasang memang tidak terlalu tinggi. Alasannya, perusahaan masih mengamati perkembangan krisis Eropa. Selain itu, dampak dari krisis terhadap pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia masih samar-samar.

Dari alokasi tersebut, Rp 2 triliun digunakan untuk pengembangan jaringan, semisal pembangunan pusat bisnis. Alokasi lainnya untuk belanja modal grup usaha, seperti United Tractor sebesar Rp 6 triliun."Sisanya, pengembangan infrastruktur," kata Prijono kemarin.

Sebagian besar dana tersebut disiapkan dari kas internal perseroan, dukungan prinsipal, dan pinjaman perbankan. Astra International menguasai 51 persen saham di PT Toyota Astra Motor, yang memimpin pasar mobil di Indonesia. Astra sendiri dengan grup usaha lainnya menguasai sekitar 55-56 pasar penjualan mobil nasional.

Prijono memaparkan, dalam waktu dekat Astra akan menanamkan modal sebesar Rp 6 triliun. Dana tersebut untuk pengembangan sektor manufaktur, seperti perluasan lahan dan kapasitas pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Pabrik ini diperkirakan menelan dana Rp 1-2 triliun.

Pendapatan Astra sepanjang 2010 tercatat mencapai Rp 130 triliun. Sedangkan laba bersih mencapai sekitar Rp 14,366 triliun atau naik sebesar 43 persen dari laba 2009 yang sebesar Rp 10 triliun.GUSTIDHA


ASTRA INTERNATIONAL dan ANAK PERUSAHAAN
(dalam miliaran rupiah)

Desember 2009 Desember 2010 September 2011

PENDAPATAN BERSIH 98.526129.991119.530

KEWAJIBAN40.00654.16879.161

EKUITAS 39.89449.31070.681

ASET88.939112.857149.842

Sumber Diolah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus