Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Atas Untung, Bawah Buntung

Bisnis semacam multilevel marketing kini marak. Biaya pendaftaran selangit, iming-iming komisi membelalakkan mata. Penipuan?

3 Oktober 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"SELAMAT datang jutawan dan calon jutawan". Spanduk seperti ini sekarang mudah dijumpai di hotel atau tempat pertemuan di berbagai kota Indonesia. Spanduk itu milik Yoshihiro, perusahaan yang mengaku menjalankan sistem multilevel marketing atau pemasaran barang secara bertingkat. Dengan biaya pendaftaran awal "hanya" Rp 1,5 juta, perusahaan itu menawarkan pendapatan jutaan rupiah, bahkan ratusan juta dalam waktu sekejap. Sebuah jalan pintas pada masa sulit ini?

"Mimpi" yang ditawarkan Yoshi itu terbukti ampuh. Acara presentasinya selalu dikunjungi banyak orang. TEMPO, yang melongok markas Yoshi di bilangan Pluit, melihat puluhan orang datang tiap hari mendengarkan para leader--sebutan anggota yang dianggap sukses--menjual "mimpi" jutaan itu. Ada yang berapi-api bak penjual obat di kaki lima, ada yang kalem seperti bankir menawarkan kreditnya.

Di sana TEMPO bertemu dengan Edward Hutapea, 34 tahun, yang mengaku sebagai salah satu manajer operasional sebuah bank asing di Jakarta. Ia berhenti bekerja dan bergabung dengan Yoshi sejak perusahaan itu berdiri pada Februari 1998. Minggu pertama, cerita Edward, ia sudah menyabet Rp 3 juta, sebulan kemudian sudah Rp 40 juta, dan kini rata-rata komisinya Rp 25 juta sebulan.

Menarik? Jangan kepincut dulu karena tak jarang yang nasibnya tak semengkilap Edward--itu pun kalau cerita Edward benar. Maria Supomo mengaku ditipu usaha serupa yang bernama Manfaat Network. Karyawati sebuah perusahaan di Jakarta itu melapor ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Sudah puluhan orang yang mengadu ke YLKI, kata Tini Hadad, Ketua YLKI. Bahkan, ada yang uangnya kegaet sampai Rp 4 juta dan tak jelas nasibnya. Di Pinrang, Sulawesi Selatan, beberapa koperasi simpan pinjam yang menerapkan sistem serupa telah memicu kerusuhan besar yang menghanguskan kota itu (lihat boks).

YLKI menyebut bisnis "mimpi" tadi arisan berantai. Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI)--lembaga yang mengurusi pemasaran multilevel yang beneran--menyebutnya binari alias dua sekawan. Ada juga yang menyebutnya sistem piramida. Biasanya, bisnis ini memungut biaya keanggotaan sangat tinggi, peserta boleh tidak membeli barang, peserta wajib merekrut anggota dua orang atau kelipatan dua, satu orang boleh "membeli" lebih dari satu keanggotaan.

Komisi jutaan adalah "jualan" utama. Lihat saja tawaran Yoshihiro. Jika Anda bergabung, Anda harus membayar biaya anggota Rp 1,5 juta dan Anda akan menerima satu paket barang buatan Jepang, misalnya kosmetik atau makanan kesehatan. Hanya sekali itulah Anda membeli produk. Selebihnya, tugas Anda merekrut anggota saja.

Awalnya, Anda harus mencari dua orang downline. Lalu, dua orang itu harus merekrut dua orang lagi. Nah, setiap orang yang direkrut itu harus membayar Rp 1,5 juta. Ketika anggota jaringan Anda mencapai enam orang, Anda akan mendapat bonus Rp 1 juta. Bonus terus bertambah ketika anggota juga bertambah. Puncaknya, jika 51 orang dapat dijaring, bonus untuk Anda Rp 3,5 juta. Jika ditotal dari awal, bonus Anda mencapai Rp 10 juta. Permainan selesai, game. Anda bisa mulai dari awal lagi.

Jika dihitung-hitung, perusahaan meraup untung paling besar. Sebab, jika Anda merekrut 51 orang, plus Anda sendiri, yang Rp 78 juta masuk ke kas perusahaan. Dipotong bonus untuk Anda sebesar Rp 10 juta, berarti jatah perusahaan adalah Rp 68 juta. Sebuah sumber mengungkapkan, harga barang paling tinggi 40 persen dari biaya pendaftaran setiap anggota. Lalu, jika Anda gagal mengumpulkan 51 orang, ya, bonus masuk kantong perusahaan.

Sejak Yoshihiro berdiri Februari 1998, cerita Buyung Pramunsyie, Staf Humas Yoshihiro, telah bergabung sekitar 40 ribu anggota. Katanya, sudah ada anggota andalan (top leader) yang pernah meraih Rp 600 juta. Bila angka Buyung benar, berarti Yoshi ini sudah meraup dana masyarakat Rp 60 miliar. Bahkan, menurut Buyung, sistem Yoshihiro telah diteliti Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Badan Koordinasi Stabilitas Nasional dan dinyatakan sah secara hukum. Kutipan hasil penelitian dua lembaga itu dimuat di majalah internal Yoshihiro, yaitu buletin Sukses edisi Agustus 1998.

Usaha serupa Yoshi ini menjamur, antara lain Uni Beauty Shop International (UBS), yang "hanya" memungut Rp 500 ribu untuk pendaftaran dan paket barang. Menurut Abdoellah Oely Situmeang, kepala divisi perusahaan yang berkantor di Jakarta Barat itu, paket barang yang katanya dari Jerman itu bisa dijual Rp 600 ribu. Setelah itu, "Menjual atau mengonsumsi produk tak diwajibkan. Bayangkan, betapa susahnya menjual barang pada saat krisis. Itu bedanya sistem binari dengan multilevel marketing," kata Abdoellah lagi. Dalam tempo hanya tujuh bulan, UBS mengklaim punya 80 ribu anggota. Kalau benar, artinya sudah Rp 40 miliar diraih UBS pada saat krismon ini.

Bila anggota tak harus membeli barang, bonus jutaan anggota binari pastilah datang dari biaya pendaftaran anggota baru yang mahal itu. Adapun dalam pemasaran multilevel yang sebenarnya, komisi distributor sangat bergantung pada penjualan produk setiap bulan, seperti halnya jual-beli barang yang lazim. Biaya pendaftaran untuk anggota pemasaran multilevel yang sesungguhnya juga terhitung "murah" daripada yang "berjut-jut" tadi. Amway Indonesia--perintis pemasaran multilevel di Amerika sejak awal 1960--misalnya, menarik biaya anggota Rp 125 ribu, dan Centranusa Insancemerlang (CNI) menarik Rp 60 ribu.

Sistem binari, menurut Aris Adimulia dari APLI, mengarah kepada permainan uang (money game). Sistem ini mengingatkan orang pada arisan berantai Yayasan Kesejahteraan Adil Makmur (YKAM) milik Ongkowijoyo dulu atau arisan Danasonic--keduanya dilarang pemerintah. Selama ada anggota baru mau bergabung, sistem itu akan berjalan. Namun, jika rekrutmen macet, sistem akan ambruk. Yang di atas (upline) telah menangguk untung, yang masuk belakangan (downline) boleh gigit jari karena kehilangan biaya daftar yang mahal tadi. Karena itu, Aris dari APLI tadi tegas-tegas mengatakan, "Sistem binari atau piramida itu adalah serigala berbulu domba."

Nah, selanjutnya, terserah Anda.

TH, IS, WMA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus