Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, pesona bunga deposito mulai mengendur karena bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mulai bergerak turun. Empat minggu lalu, SBI dilelang dengan bunga 72 persen dan pekan lalu 64 persen. Gejala penurunan ini diramalkan terus berlanjut. Kongres Luar Biasa Perhimpunan Bank Swasta Nasional (Perbanas) belum lama ini, misalnya, mengancam akan menyerahkan "kunci" semua bank swasta jika suku bunga SBI yang dilelang untuk umum terus dipatok tinggi.
Bank Dunia pun menyerukan agar negara-negara Asia menurunkan suku bunga. Dana Moneter Internasional (IMF) tak ketinggalan merekomendasikan penurunan suku bunga secara global. Tentu saja IMF terkesan plin-plan. Sebab, dulu IMF justru memberi resep mendongkrak suku bunga setinggi mungkin untuk mencegah anjloknya rupiah. Meski seruan makin gencar, BI tak mudah menurunkan bunga begitu saja. Gubernur BI Sjahril Sabirin beralasan, "Kita coba berangsur-angsur. Kalau situasinya stabil dan harga barang juga stabil, akan kita turunkan terus."
Lalu, berapa bulan deposito yang paling menguntungkan? Safir Senduk, konsultan keuangan di Jakarta, menganggap deposito satu tahun sebagai investasi yang bagus. "Sebab, uang kita sudah diikat dengan bunga sekarang, tidak terpengaruh turunnya bunga setahun mendatang," katanya.
Namun, untuk mereka yang suka bermain-main dengan risiko, deposito satu bulan yang selalu di-roll over (diperbarui) merupakan pilihan terbaik. Maklum, deposito satu bulan berbunga lebih tinggi ketimbang lainnya. Bandingkan saja. Bunga rata-rata (per tahun) deposito sebulan adalah 62 persen, 55 persen untuk 3 bulan, 45 persen untuk 6 bulan, dan 44 persen untuk yang berjangka setahun. "Risikonya, simpanan kita akan dikenai suku bunga sesuai dengan tingkat yang berlaku saat roll over," kata Safir. Dengan jumlah deposito yang sama, dengan asumsi penurunan bunga empat sampai lima persen per bulan, ternyata deposito setahun yang paling banyak mendatangkan bunga.
Pardy Kendy, Manajer Keuangan Bank Buana Indonesia, berpendapat, "Saya lebih memilih deposito tiga bulan." Mengapa bukan pilih yang setahun? Menurut Pardy, penurunan bunga tidak bakal terjadi terus-menerus. Mungkin saja, setelah tiga bulan, suku bunga terlalu rendah dan orang pun tak tertarik lagi menyimpan dalam bentuk rupiah. Jika begitu, orang akan kembali menabrak dolar dan akibatnya kurs dolar naik. Diduga, otoritas moneter tak akan diam saja. "Jadi, penurunan suku bunga akan dihentikan, malah mungkin kembali dinaikkan," katanya.
Suara lain berasal dari Hasan Zein Mahmud. Mantan direktur utama Bursa Efek Jakarta ini berpendapat, deposito satu bulan lebih menguntungkan. "Kita lebih gampang mengambil kembali investasi," katanya memberi alasan. Memang, Hasan juga mempertimbangkan kemungkinan turunnya bunga pada bulan-bulan mendatang. Tapi, ia beranggapan deposito bukanlah lahan investasi yang menarik. Sebab, "Inflasi sekarang sudah 70 persen, suku bunga masih 65 persen. Kalau suku bunga 75 persen atau lebih, itu baru menarik," katanya. Untuk itu, ia lebih suka mengajak orang berinvestasi di sektor riil. "Bahaya kalau semua orang berpikir tidak ada usaha yang mengalahkan bunga deposito, ekonomi bisa hancur," kata Hasan.
Jika Anda suka "main-main" dengan risiko, saran Hasan mungkin cocok untuk Anda. Tapi, jika Anda seorang pensiunan atau pegawai negeri yang "gajian" dari bunga deposito, yang jangka panjang jelas lebih memberi kepastian.
Mardiyah Chamim dan Dwi Arjanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo