Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pemerintah terus mempromosikan sistem sertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) kepada pasar internasional. Saat ini, Indonesia berpeluang meningkatkan pangsa pasar minyak sawit ke pasar internasional setelah terjadi perang Rusia-Ukraina yang mengganggu pasokan minyak nabati dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sertifikasi ISPO merupakan rangkaian kegiatan penilaian usaha perkebunan kelapa sawit yang menjamin produk dan pengelolaan kebun kelapa sawit telah memenuhi prinsip layak ekonomi, layak sosial-budaya, serta ramah lingkungan. Sertifikasi ini dinilai bisa meyakinkan pasar global bahwa produk minyak kelapa sawit Indonesia telah memenuhi ketentuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kelapa sawit Indonesia berkontribusi sebesar 45 persen dari kebutuhan minyak nabati dunia. Jadi, kita perlu mempromosikan kelebihan minyak sawit sebagai salah satu jenis minyak nabati yang dapat memenuhi kebutuhan global,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud, dalam konferensi pers persiapan G20 Sustainable Vegetable Oils Conference (G20 SVOC), kemarin.
Dalam perhelatan yang digelar di Bali itu, pemerintah akan mengangkat sejumlah topik yang berkaitan dengan kondisi terbaru pasar minyak nabati global. “Kami akan mempromosikan manfaat minyak sawit yang bisa digunakan pada berbagai segmen, seperti untuk energi, pangan, dan produksi barang-barang kebutuhan harian,” kata Musdhalifah.
Pada tingkat teknis, Musdhalifah menjelaskan, G20 SVOC bertujuan merumuskan rencana aksi tiap stakeholder untuk meningkatkan produktivitas, menjamin pemenuhan kebutuhan global, dan menguatkan rantai pasok minyak nabati. Acara ini juga akan menjadi sarana untuk mendorong pengembangan minyak nabati secara berkelanjutan, baik di tingkat domestik maupun global.
Lahan perkebunan kelapa sawit di Jambi, 10 Agustus 2022. ANTARA/Wahdi Septiawan
“Momentum ini juga menjadi aktualisasi peran Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini untuk mendorong peran aktif negara-negara G20 dalam menyelesaikan tantangan pengembangan minyak nabati dunia,” ujarnya.
Konferensi ini akan dihadiri sejumlah pejabat setingkat menteri dari negara-negara penghasil minyak nabati. Sekretaris Jenderal Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Rizal Affandi Lukman, mengatakan acara ini akan menjadi platform untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara produsen dan konsumen minyak nabati lainnya dalam penyediaan berkelanjutan untuk dunia di tengah berbagai tantangan global.
Menurut Rizal, Indonesia berpeluang memperluas pasar minyak sawitnya. Sebab, saat ini sebanyak 40 persen populasi global tinggal di negara yang tidak menghasilkan minyak nabati. Namun mereka membutuhkan dan mengkonsumsi produk-produk minyak nabati.
Minyak kelapa sawit Indonesia pun dianggap dapat mengisi kekurangan minyak nabati global. “Ukraina dan Rusia penghasil 79 persen pasokan minyak bunga matahari di dunia. Ketika perang, 30-40 persen pasokan minyak ekspor dari mereka terganggu. Di sinilah fungsi minyak kelapa sawit sebagai pengisi kekurangan minyak nabati dunia,” ucap Rizal.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, mengatakan saat ini 78 persen anggota Gapki sudah mendapat sertifikasi ISPO. Ia menilai keberadaan sertifikasi ini dapat membantu pengusaha perkebunan sawit meningkatkan penjualan mereka. “Saat ini sertifikasi ISPO terus berjalan karena ini kan mandatori,” ujar Eddy.
M. IDHAM VIRYAWAN (MAGANG) | NOVA YUSTIKA (MAGANG) | ERLITA NOVITANIA (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo