PARA pengebut di Hong Kong, di koloni yang terkenal banyak kemacetan lalu lintasnya, mulai tertarik pada ban radial produksi PT Intirub. Ban berlabel kuning Intirub Kijang Mas di atas warna dasar merah mulai dipromosikan Intirub lewat toko pameran sendiri di situ, sejak Maret lalu. Ternyata, sudah banyak pemesan, sehingga pertengahan Juni ini, Intirub hendak mengekspor bannya pertama kali ke sana sebanyak 1.000 buah. Kesultanan Brunei juga hendak digugah Intirub agar mengimpor ban berlabel Intirub Kijang Pusaka dengan label di atas dasar hijau. Pekan lalu, Intirub mengirim ban berbagai ukuran, terutama jenis untuk truk ringan, untuk dipamerkan di Brunei Fair 1984. Tentu saja bukan sekadar nama dan warna yang kecil mencolok di ban hitam itu yang diandalkan Intirub. Perusahaan itu, yang didirikan September 1954 dengan mula-mula membuat ban jip dan truk, meningkatkan kemampuannya menghasilkan ban berkualitas ekspor Intirub mulai memproduksikan ban radial sejak 1976, setelah lima tahun melakukan kontrak servis teknik dan manajemen dengan perusahaan ban internasional AS, Goodyear. Intirub mulai berani menjajaki ekspor, terutama seak perusahaan itu menandatangani kontrak 10 tahun kerja sama dengan BF Goodrich, perusahaan AS yang membuatkan ban untuk pesawat antariksa Columbia dan Challenger. Kontrak Intirub- Goodrich : ditandatangani Oktober tahun lalu. Bob Sediyono menjadi direktur utama perusahaan pesero pemerintah itu yakin, ban Intirub di Hong Kong bisa bersaing dengan produksi Korea Selatan atau AS, baik dalam mutu maupun, terutama, dalam harga. Untuk harga perkenalan di luar negeri, Intirub bahkan berani menjual 10%-15% lebih murah dari harga di pasar dalam negeri. Sebab, hal itu bisa ditutup dengan Sertifikat Ekspor (SE) 12% dari pemerintah. Misalnya jenis radial 165 SR 13, yang di pasar Jakarta sekitar Rp 26.000 per buah, akan dijual di Hong Kong, hampir sama dengan biaya produksi, yakni sekitar Rp 23.000. Intirub. sebagai perusahaan nasional (PMDN) yang mlakukan ekspor, tentu berharap masih akan menerima fasilitas-fasilitas keringanan lain dari pemerintah, antara lain berupa kredit atau impor bahan baku, yang 60%-65% masih diimpor. Lain halnya perusahaan ban patungan Indonesia-AS, PT Goodyear. Kendati telah mulai melakukan ekspor ban sejak tahun lalu, terutama ke ASEAN, Australia, Hong Kong, Fiji, dan Amerika Latin, perusahaan berstatus PMA itu hanya menikmati fasilitas SE. "Di pasar internasional, kami harus bersaing harga dengan ban-ban produksi Korea Selatan dan AS yang menjual 23% lebih murah," kata direktur utama Goodyear, Syahfiri Alim. Di pasar dalam negeri, memang Intirub masih kalah bcrsaing - khususnya di pasar perusahaan perakitan mobil yang dikuasai perusahaan ban PMA (Indonesia-Jepang), Bridgestone. Dari produksi 900.000 ban per tahun, hanya 6% produksi Intirub itu yang tersalur ke perusahaan perakitan (Isuzu, Datsun, Daihatsu, dan Hino). Pasar andalannya ialah bengkel-bengkel dan toko-toko penyalur ban pengganti (55%), dan lembaga pemerintah, seperti Pemda DKI dan Hankam, (35%). Sisanya (4%) diekspor. Bob Sediyono bermaksud meningkatkan persentase ekspor tadi. Hal itu sehubungan dengan rencana perluasan kapasitas produksi Intirub menjadi 1,2 juta ban sejak 1987. Promosi ban Intirub dibantu oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), perusahaan ekspor impor PT Tjipta Niaga, dan Menteri Perdagangan Rachmat Saleh. Lewat Tjipta Niaga datang pesanan 680 ban truk untuk Nigeria. Selain itu, Burma juga sudah memesan langsung 23.800 ban truk. "Masalahnya. tak ada angkutan langsung ke sana. Kami takut kiriman hilang, seperti ekspor ke Iran Februari lalu," kata manajer pemasaran Intirub, Azis Pane. Pesanan 5.000 ban truk oleh Belanda, lewat BPEN, juga sedang dipersiapkan secara serius. Berita terakhir dari Menteri Rachmat Saleh, menurut Azis, Korea, yang menjadi saingan Goodyear, malah menawarkan kerja sama pemasaran ban truk Intirub ke Amerika Latin. Selain itu, "Sebuah perusahaan di AS telah memesan 200.000 ban ukuran 1000-20, tapi kami khawatir ban ini akan di jual ke negara lain," tutur direktur pemasaran itu. Bersemangat sekali, rupanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini