Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Operator bandar udara berlomba menggenjot layanan sejumlah bandara besar yang digadang-gadang layak menjadi super-hub internasional alias pintu utama jalur penerbangan asing dari dan menuju Indonesia. Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I (Persero) Handy Heryudhitiawan mengatakan enam dari delapan bandara yang ditonjolkan sebagai calon super-hub, baik hub asing maupun domestik, dikelola oleh entitasnya. “Semua keunggulannya memiliki benang merah yang berhubungan satu sama lain,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wacana penataan jalur penerbangan didengungkan Presiden Joko Widodo dalam salah satu rapat kabinet pada awal bulan ini. Dia memerintahkan adanya pembenahan terhadap dunia penerbangan dan pariwisata, dua sektor yang mendapat catatan buruk dari Badan Pusat Statistik pada triwulan II tahun ini. Dia menginginkan agar bandara internasional yang jumlahnya puluhan dirampingkan karena 90 persen lalu lintas aviasi hanya terpusat di 4-5 bandara. “Apakah perlu sebanyak ini? Negara lain saya kira tidak melakukan ini,” kata Jokowi.
Sejumlah lembaga teknis, termasuk Kementerian Perhubungan, kini harus menentukan bandara-bandara yang akan menjadi pintu utama penerbangan asing—diistilahkan sebagai super-hub—termasuk penghubung atau poros domestik. Terdapat delapan bandara yang dianggap potensial oleh Jokowi. Dua di antaranya dikelola Angkasa Pura II, yaitu Bandara Soekarno-Hatta di Banten serta Bandara Kualanamu di Medan. Sisanya berada di lingkup Angkasa Pura I.
Menurut Handy, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali dan Bandara Sam Ratulangi di Manado adalah dua bandara yang unggul dari segi posisi geografis karena secara langsung menunjang destinasi pariwisata prioritas. Ada juga Bandara Kulon Progo yang bisa dicalonkan sebagai super-hub dengan lahan seluas 583 hektare dan kesiapan menampung 8,8 juta penumpang per tahun di Yogyakarta.
Bandara Juanda di Surabaya pun tak kalah karena menjadi jalur bisnis kota terbesar kedua di Indonesia. Selain itu, Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar merupakan hub penerbangan domestik menuju wilayah timur Indonesia. “Sedangkan Bandara Sepinggan di Balikpapan juga berada di Kalimantan Timur yang menjadi calon ibu kota negara,” tutur Handy. Dia memastikan perusahaan akan memenuhi kebutuhan di tiap bandara yang menjadi calon super-hub.
Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menolak berkomentar ihwal kebijakan penataan bandara hingga adanya penjelasan teknis dari pemerintah. “Tanya ke regulator saja,” katanya kepada Tempo.
Meski begitu, dalam rencana korporasi, Angkasa Pura II berencana menempatkan Bandara Kualanamu sebagai hub internasional wilayah barat Indonesia. Perusahaan mencari rekanan pemodal sambil mempelajari pengembangan rute hub di antara Eropa, Asia, dan negara kawasan Pasifik. Saat ini, Kualanamu sudah bisa menampung total pergerakan 8-9 juta penumpang per tahun, baik domestik maupun asing.
Berpendapat senada, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memilih tak berkomentar dulu. “Tentu kami akan menyesuaikan operasi seperlunya kalau memang sudah menjadi keputusan,” ujarnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, mengatakan masih akan membahas arahan Presiden tersebut dengan lembaga negara lainnya. Dia membenarkan bahwa Kementerian sudah sempat mempelajari potensi pembuatan hub udara. “Tentu kami siapkan berbagai skenario, tapi saat ini langkah itu masih dibahas.”
Adapun Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Prawiraatmadja, mengatakan maskapai penerbangan menyambut penataan tersebut. Namun ia meminta pemerintah lebih saksama dalam mempersiapkan aksesibilitas dan infrastruktur untuk keperluan hub. “Untuk diketahui, bandara super-hub itu idealnya berkapasitas penumpang minimal 38 juta penumpang per tahun,”
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
22
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo