Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Banjir, 13.234 Hektare Sawah di Jawa Barat Terancam Puso

Apabila banjir tak surut dalam tiga hari ini, dikhawatirkan padi akan rusak dan seluruh sawah puso.

27 Februari 2020 | 11.52 WIB

Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Desa Karangasem, Demak, Jawa Tengah, 14 Februari 2018. Menurut data dari Kantor Kecamatan Sayung, sekitar 300 hektar areal persawahan terendam air dan terancam gagal panen. ANTARA
Perbesar
Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Desa Karangasem, Demak, Jawa Tengah, 14 Februari 2018. Menurut data dari Kantor Kecamatan Sayung, sekitar 300 hektar areal persawahan terendam air dan terancam gagal panen. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bandung - Ribuan hektare sawah di 16 kabupaten di Jawa Barat terancam puso karena terendam banjir yang melanda daerah lumbung padi nasional ini. Dari 17 kabupaten di Jawa Barat yang dilanda banjir, sawah di 16 kabupaten di antaranya terendam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Dari total 166.715 hektare lahan sawah, sebanyak 13.234 hektare sudah terkena banjir. Catatan kami, dari sekian yang terdampak sebanyak 391 hektare sawah puso,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Holtikultura Jawa Barat Hendy Jatnika kepada Bisnis, Kamis 27 Februari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hendy merinci, sawah puso terjadi di daerah Kabupaten Bandung seluas 70 hektare, lalu Kabupaten Bogor 311 hektare, Subang 5 hektare dan Majalengka 2 hektare. Lahan yang terkena banjir paling banyak sendiri tercatat berada di Kabupaten Cirebon 3.917 hektare, kemudian Subang 3.051 hektare, lalu Bekasi seluas 2.567 hektare dan Karawang 1.522 hektare.

Dinas Pertanian khawatir, jika banjir tidak kunjung surut di daerah terdampak dalam tiga hari, maka bisa menyebabkan kerusakan padi dan puso. “Yang dikhawatirkan apabila tidak surut dalam tiga hari tanaman padi akan rusak dan puso,” kata Hendy.

Hendy memastikan pihaknya masih menerjunkan petugas penyuluh pertanian lapangan dan Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) untuk terus mendata luasan yang terkena banjir dan terancam puso. “Apabila memungkinan dinas provinsi dan kabupaten akan membantu petani dalam pengadaan benih padi untuk tanam ulang,” ujarnya.

BISNIS

 
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus