Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Danamon Indonesia Tbk. telah menetapkan nilai pembagian dividen bagi pemegang saham. Rapat tersebut menyetujui pembayaran dividen tahun buku 2017 sebesar 35 persen dari laba bersih (konsolidasi) Perseroan setelah pajak. "Atau Rp 134,44 per lembar saham," seperti dikutiop dari siaran pers, Selasa, 20 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laba bersih yang berhasil dibukukan oleh Bank Danamon pada 2017 setelah pajak sebesar Rp 3,7 triliun. Angka itu tumbuh 38 persen dari tahun sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, 1 persen dari laba bersih perusahaan akan dialokasikan sebagai cadangan umum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Sisa dari laba akan dibukukan sebagai laba ditahan Perseroan.
Berdasarkan struktur pemegang saham Bank Danamon pada 31 Januari 2018 disebutkan Asia Financial (Indonesia) Pte. Ltd masih menjadi pemegang saham utama dengan jumlah 52,93 persen. Di samping itu, BTMU memiliki 19,9 persen saham perseroan melalui akuisisi yang dilakukan pada akhir tahun lalu, kemudian JPMCB-Franklin Templeton Investment Funds memiliki 6,18 persen saham perseroan dan porsi saham publik sebesar 20,99 persen.
Direktur Utama Bank Danamon, Sng Seow Wah, sebelumnya mengatakan pertumbuhan laba tersebut didorong oleh biaya dana yang lebih rendah, pengelolaan biaya operasional yang disiplin serta kualitas aset yang lebih baik. "Pertumbuhan laba berkelanjutan ini merupakan hasil dari upaya kami dalam melakukan diversifikasi sumber pendapatan, memperkuat layanan nasabah, dan penerapan solusi berbasis teknologi dan digital secara komprehensif," kata dia dalam Konferensi Pers di gedung Danamon, Jakarta, Senin, 12 Februari 2018.
Direktur Bisnis Mikro Bank Danamon, Satinder Ahluwalia, mengatakan pertumbuhan kredit pada segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebesar 10 persen atau setara dengan Rp 28,5 triliun. Sementara itu, untuk Enterprise yang terdiri dari perbankan korporasi, komersial dan institusi keuangan tumbuh sebesar 4 persen atau Rp 37,6 triliun. "Untuk kredit consumer mortage tumbuh 36 persen setara dengan Rp 6 triliun," ucap dia.