Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jayapura – Kementerian Perhubungan sedang mengkaji kebutuhan alat navigasi penerbangan ADS-B di Papua. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso memperkirakan Papua memerlukan 20 ADS-B.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Akan kita tambah, kebutuhannya 20 ADS-B, kita akan perbanyak di Papua," kata dia di Jayapura, Jumat 12 Januari 2018. Saat ini ADS-B yang sudah terpasang di seluruh Indonesia sebanyak 30 unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk tahun ini, pemerintah menargetkan pemasangan 7 ADS-B di Papua. Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan nilai investasi ketujuh alat tersebut mencapai Rp 125 miliar. Nilai tersebut termasuk pemasangan dan penempatan properti di BTS telekomunikasi. Untuk satu ADS-B seharga sekitar Rp 7 miliar.
Kementerian Perhubungan menggelar jalur penerbangan Trans-Udara di Papua dan Papua Barat agar penerbangan di daerah tersebut bisa lebih lancar dengan aksesibilitas yang lebih terjangkau di tahun 2018.
"Hari ini Trans Udara di Papua dimulai," kata Agus. Pembuatan Trans-Udara Papua di antaranya dengan memasang peralatan navigasi penerbangan lebih canggih di 109 bandara udara yang tersebar di Papua dan Papua Barat.
Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono mengatakan ADS-B adalah teknologi penginderaan canggih yang juga digunakan di Alaska dan Amerika. Pemasangan 7 lokasi ADS-B di Papua, akan tersebar di Sentani, Wamena, Oksibil, Dekai, Borome, Senggeh dan Elilim. ADS-B ini kemudian akan digunakan sebagai tools bagi pemanduan lalu lintas penerbangan.
Sebelumnya, Bandara Sentani memanfaatkan radar untuk melakukan penginderaan pergerakan pesawat. Radar memerlukan ribuat watt listrik dalam pengoperasiannya, sedangkan navigasi penerbangan ADSB hanya membutuhkan 50 watt listrik karena memanfaatkan tenaga matahari (solar cell).