Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN diperkirakan bakal merugi jika komponen harga batu bara dimasukkan ke hitungan penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment). Penyesuaian tarif ini dilakukan bersamaan dengan masuknya tiga komponen lain dalam perhitungan, yakni harga minyak, inflasi bulanan, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Ketua Umum Serikat Pekerja PLN Jumadis Abda memperkirakan momentum kenaikan harga batu bara saat ini malah akan memukul produsen setrum negara tersebut. Bukan hanya masyarakat yang rugi, PLN juga rugi karena sekarang ini pembangkit sudah surplus," katanya, dalam jumpa pers di Kantor Pusat PLN di Jakarta, Rabu, 7 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan format penghitungan yang baru itu, menurut Jumadis, kenaikan harga batu bara akan membuat tarif listrik naik dan menambah beban rakyat. Walhasil, serapan listrik di masyarakat diperkirakan akan turun dan PLN terbebani dengan banyaknya pembangkit yang harus tetap dibayar. "Sementara pemakaian masyarakat turun, itu akan menambah beban PLN. Jadi masyarakat rugi, PLN juga rugi kala tarif listrik naik," katanya.
Jumadis meminta pemerintah mengendalikan harga batu bara yang kian merangkak naik sehingga mengganggu kinerja keuangan perusahaan. "Kami menuntut pemerintah, Presiden RI, dan jajarannya di Kementerian ESDM mengendalikan dan menurunkan harga batu bara untuk domestik, khususnya untuk pembangkit listrik yang berdampak terhadap kenaikan tarif listrik," katanya.
Serikat Pekerja PLN khawatir dimasukkannya komponen harga batu bara ke formula penyesuaian tarif justru membuat konsumen listrik dirugikan karena pemasukan harga batu bara acuan (HBA) dalam penghitungan tarif hanya akan menaikkan biaya pokok produksi (BPP) listrik. "Kita minta tarif turun. BPP bisa turun dengan cara menurunkan biaya energi primernya, yaitu batu bara dan gas alam," katanya.
Selain itu, menurut Jumadis, pengendalian harga energi primer, terutama batu bara, diperlukan demi kinerja BUMN listrik itu. Bila energi primer bisa dikelola dengan baik, PLN akan dapat melakukan penghematan hingga Rp 40 triliun.
Penghematan itu belum menghitung efisiensi lain, seperti proyek di Belawan yang menggerus keuangan PLN. "Tarif listrik tidak perlu naik kalau BPP di-manage," ujar Jumadis.
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebelumnya diketahui tengah menggodok aturan penyesuaian tarif listrik berdasarkan harga batu bara yang belakangan melonjak tinggi. Dengan dimasukkannya batu bara sebagai komponen penyesuaian tarif listrik, tarif listrik akan mengikuti fluktuasi harga batu bara.
ANTARA