Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Begini Konsep Jakarta-Bandung Menyatu di 2045 Versi Bappenas

Saat ini dokumen visi Indonesia tahun 2045 tengah disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas.

23 Januari 2018 | 09.41 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Menteri Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) mengikuti rapat tentang evaluasi Tingkat Komponen Dalam Negeri di Kantor Presiden, Jakarta, 1 Agustus 2017. Dalam arahannya, Presiden menyinggung tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN). ANTARA/Puspa Perwitasari
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Menteri Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) mengikuti rapat tentang evaluasi Tingkat Komponen Dalam Negeri di Kantor Presiden, Jakarta, 1 Agustus 2017. Dalam arahannya, Presiden menyinggung tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN). ANTARA/Puspa Perwitasari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tengah menyusun dokumen visi Indonesia tahun 2045. Salah satu konsep yang sedang diproyeksikan adalah perkembangan Jakarta dan Bandung yang diperkirakan bakal makin menarik di 27 tahun yang akan datang itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan, saat ini Jakarta merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia yang terus berkembang ke arah timur-selatan, menuju tenggara. "Kalau dulu Jabodetabek, itu Bekasi ujungnya. Kalau lewat tol Ckampek hari ini akan tidak sadar belum meninggalkan Jakarta, bahkan ketika sudah sampai Cikarang," ujarnya di Gedung Negara Pakuan, di Bandung, Senin, 22 Januari 2018. "Sebenarnya the real Jakarta sudah berkembang tidak hanya ke Cikarang, bahkan sudah hampir ke Karawang. Ini tahun 2018."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bambang meyakini, perkembangan Jakarta akan terus menuju timurnya Cikarang, lalu membelok menuju selatan. Sementara Bandung Raya, atau daerah yang berada di Cekungan Bandung berkembang tidak ke arah selatan. “Cekungan Bandung ini berkembang lebih banyak ke utara, sehingga perkiraannya tahun 2045 nanti, megapolitan Jakarta dan Bandung akan ketemu menjadi satu menjadi Jakarta-Bandung Megapolitan Urban Area,” katanya.

Menurut Bambang, pada tahun 2045 itu Jakarta-Bandung Megapolitan akan menampung 80 juta penduduk. “Untuk daerah dengan 80 juta penduduk itu, hanya 1 bandara sangat tidak reliable. Saat itu income per kapita akan lebih baik dari sekarang. Kemampuan masyarakat makin besar. Perkiraan saat itu penduduk Indonesia 320 juta orang, dengan kelas menengah sekitar 240 juta orang,” kata dia.

Kelas menengah adalah kelompok konsumtif, kelompok yang membutuhkan salah satunya jasa angkutan udara. “Dengan visi ini maka Jakarta-Bandung megapolitan tidak akan bergantung pada 1 bandara, tapi 2 bandara. Sukarno Hatta di wilayah Jakarta dan Kertajati di timur, dan itu akan memungkinkan mobilitas penduduk lebih baik karena Jakarta-Bandung dibutuhkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ucap Bambang.

Pekerjaan rumah pemerintah saat ini untuk memastikan agar konektivitas Sukarno-Hatta menuju Kertajati di Majalengka. “Soekarno Hatta sudah sulit untuk ekspansi. Angkasa Pura II saat ini lagi membangun Runway 3, membebaskan begitu banyak rumah yang biayanya jauh dari murah. Itu baru landasan 3. Padahal di Instanbul, Turki, bandara internasionalnya saat ini sedang dibangun 5 runway, dan Istanbul itu jumlah penduduknya saat ini gak jauh dengan Jakarta,” kata Bambang.  

Ke depan, Bambang menyarankan agar PT Angkasa Pura II memaksimalkan kerja sama dengan bandara Kertajati di Majalengka untuk mengantisipasi perkembangan itu. “Saran kami dari segi perencanaan dengan melihat ke depan, maksimalkan Kertajati ini sebagai komplemen dari Soekarno Hatta. Ini bukan persaingan, ini komplemen,” kata dia.

Lebih jauh Bambang juga memuji ide pengembangan kawasan Aerocity sebagai penunjang bandara Kertajati di Majalengka yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan baru di Jawa Barat. “Jawa Barat jangan hanya bertumpu ke Bandung, Bogor, Cirebon saja, tapi antara Bandung sama Cirebon, Kertajati ini akan menjadi sumber pertumbuhan baru, bisa menjadi kota baru yang tidak hanay mengurangi beban kota, tapi juga menjadi sumber pertumbuhan baru,” katanya.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, bandara Kertajati tidak hanya dimanfaatkan oleh warga Jawa Barat di bagian barat, di kawasan seputaran Cirebon, tapi juga warga Jawa Tengah di bagian barat mulai diantaranya Pekalongan, Tegal, Cilacap, hingga Brebes. “Tanpa hitungan detil, dari kasat mata saja bandara ini secara ekonomi bakal menguntungkan, dan sebagai kawasan akan berkembang dengan baik,” katanya.

Menanggapi visi Jakarta-Bandung yang dimatangkan oleh Bappenas, Aher, sapaan Ahmad Heryawan mengatakan, Jawa Barat membutuhkan pengembangan kawasan baru agar pembangunan tidak bertumpuk di satu tempat. Ia menyebutkan, di bagian barat nanti ada Bodebekarpur, dari Bogor-Depok-Cianjur-Karawang-Purwakarta, kemudian dengan kereta api cepat nanti  ada kawasan baru di Walini di antaranya. "Kalau tidak ada pertumbuhan kawasan baru akan jadi persoalan. Maka diperlukan daerah pertumbuhan baru untuk memecah kepadatan penduduk, dan mengembangkan perekonomian,” kata dia.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus