Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bekas Nigeria Untuk MNA

Mna membeli pesawat f-27 bekas dari nigeria dengan dana pmp (penyertaan modal pemerintah). seluruh penerbangan niaga dalam negeri 11% dikuasai mna & bisa untung rp 1,5 milyar tiap tahun. (eb)

9 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENTERI PAN/Wakil Ketua Bappenas J.B. Soemarlin geleng-geleng kepala ketika melihat harga kebutuhan pokok di Irian Jaya hampir 10 kali lipat harga di Jakarta. Misalnya semen. Ini disebabkan kurangnya angkutan yang menghubungkan kota dengan daerah pedalaman. Mengatasi keadaan, Menko Ekuin/ Ketua Bappenas Widjojo Nitisastro dan Soemarlin memanggil Dir-Ut Merpati Nusantara Airlines, R.A.J. Lumenta dan memerintahkan "supaya secepatnya mencari pesawat untuk angkutan di Indonesia Timur." Untuk pembelian pesawat pemerintah memberikan US$ 18 juta (sekitar Rp 11 milyar) sebagai Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) pada Merpati. Lumenta yang masih juga merangkap jabatan Sekretaris Perusahaan di Garuda itu cepat-cepat mencari akal untuk melaksanakan perintah tadi. Tapi uang yang semula direncanakan untuk memesan dua pesawat HS 748 ternyata dialihkan untuk membeli pesawat F-27. Alasan Lumenta: "Setelah mencari ke mana-mana, ternyata hanya pabrik Fokker yang bisa melayani." Sebagian dari dana PMP itu, sebesar US$ 9 juta ternyata dipergunakan untuk membeli empat buah F-27 bekas. "Saya bisa saja membeli yang baru. Tapi masalahnya sedang didesak kebutuhan untuk mendapat pesawat dengan segera," katanya menjelaskan. "Lagi pula kalau yang baru jauh lebih mahal: US$ 7 juta/buah." Keempat pesawat itu semula dipakai oleh perusahaan penerbangan Nigeria yang kemudian menjualnya ke perusahaan Swiss. Dari sini sebagai barang bekas pesawat tersebut dijual pula ke pabrik asalnya di Negeri Belanda. "Semua pesawat sudah datang dan sekarang sudah dioperasikan. Kondisi pesawat, meskipun bekas, baik. Pabrik sudah memberi jaminan," ucap Lumenta. Sisa uang PMP yang US$ 9 juta dipakai sebagai uang muka pembelian enam pesawat F-27 baru dengan kapasitas 56 tempat duduk yang akan datang tahun 1982. Harga seluruh pesawat itu US$ 42 juta. Menurut Lumenta yang menjabat Dir-Ut Merpati sejak 1979, kekurangan pembayaran menjadi pinjaman jangka panjang selama delapan tahun. Utang itu akan dibayar oleh Merpati sendiri. Untuk memperkaya armadanya tahun lalu Merpati membeli dua pesawat Casa dari Nurtanio. Yang kemudian ditambah lagi dengan 12 pesawat sejenis, lagi-lagi sebagai PMP untuk perusahaan penerbangan perintis itu. Harga sebuah Casa US$ 1,49 juta. Diakui pesawat tersebut bakalan kurang memuaskan penumpang, karena suara mesinnya bising, hingga mengganggu telinga. "Yang penting sarana angkutan terpenuhi. Kenyamanan prioritas berikumya," tangkis sang direktur. Kehadiran Lumenta di PT Merpati awal 1979 ditandai dengan pemberhentian karyawan secara massal dan perombakan susunan pimpinan. Semula banyak karyawan yang kaget melihat tindakannya yang dengan berani memberhentikan 700 karyawan pada masa awal jabatannya itu. "Tapi setelah berjalan dua tahun lebih, tindakan yang waktu itu dianggap sewenang-wenang, kini ternyata mendorong perusahaan untung," kata seorang perwira AURI yang dikaryakan di Merpati. Beberapa tenaga teknik yang dulu diberhentikan kabarnya sudah dipanggil untuk bekerja kembali. Ketika mula-mula menduduki kursi Merpati, tugas utama Lumenta adalah melunasi warisan utang Rp 8 milyar lebih. Utang itu ternyata memang berhasil ditekannya menjadi tinggal Rp 2,8 milyar pada Desember 1980, terutama berkat keuntungannya yang bisa diraihnya dari penerbangan niaga (komersial). Dari seluruh penerbangan niaga dalam negeri 80% dikuasai Garuda. Sedangkan Merpati cuma kebagian 11%, selebihnya diperebutkan perusahaan swasta. Menurut Lumenta, Merpati bisa untung Rp 1,5 milyar tiap tahun. "Diiihat dari segi ini MNA sekarang mulai mendapat kepercayaan. Karena sudah semakin pulih itu pulalah, MNA mulai berani membeli pesawat baru," katanya bangga. Pemulihan itu nampaknya bisa diraihnya dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang. Dan bantuan pemerintah dalam bentuk PMP untuk pembelian pesawat memang menolong. Satu hal yang tidak mungkin diperoleh perusahaan penerbangan swasta yang jadi saingannya. Mikrobis Belum lagi dihitung subsidi dari pemerintah untuk menutup kerugian yang dideritanya untuk melayani jalur penerbangan perintis. Juga grant (hibah) dari Program Pembangunan PBB (UNDP) yang masuk sejak Lumenta memimpin Merpati. Dana itu, menurut Lumenta digunakan untuk membangun hanggar di Medan dan engine shop di Ujungpandang. Engine shop ini katanya bisa menghemat pengeluaran untuk ongkos overhazll yang kalau dilaksanakan di luar negeri mencapai US$ 60.000 per buah. Tiap tahun 30 mesin yang harus diperiksa. Bagaimanapun niat untuk menyehatkan perusahaan milik pemerintah dan jadi "anak" Garuda itu memang cukup kuat. Ini terutama terlihat dari penghematan yang dilakukan secara besar-besaran. Semua mobil mewah yang dibeli dalam periode pimpinan Santoso dan Ramli Sumadi dijual. Pimpinan yang sekarang hanya memakai VW, Jeep. Paling keren Holden Gemini. Lumenta sendiri tetap memakai VW 1300 yang dibawanya dari Garuda. "Pola penghematan dilaksanakan persis seperti di Garuda," cerita seorang karyawan. Sebagian besar karyawan memperoleh sepeda motor dengan kredit. Yang tak kebagian diantarjemput. Untuk acara bersama, misalnya rapat kerja ke DPR, pimpinan Merpati berangkat bersama-sama dengan sebuah mikrobis dari kantor. "Ini tak pernah terjadi sebelumnya," kata seorang karyawan di bagian keamanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus