Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terkena gunting reagan

Amerika melakukan pembatasan (kuota) impor pakaian jadi dari asia, termasuk Indonesia. masalah protek sionis dan perdagangan bebas Amerika Serikat dan negara-negara MEE. (eb)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULAI Juli kemarin, Washington rupanya merasa perlu untuk meningkatkan pembatasan impor pakaian jadi dari Asia, termasuk Indonesia. Beberapa pekan terakhir ini saja, kata Presiden Ronald Reagan dalam suratnya (29 Juni) kepada seorang senator, pemerintah telah membekukan impor 56 kategori pakaian jadi dari sejumlah negara Asia Tenggara. Tindakan proteksionis itu dilakukan sesudah Reagan didesak kalangan industri pakaian jadi Amerika, agar peningkatan impor barang jadi itu tak melebihi permintaan dalam negeri. Tahun lalu kenaikan konsumsi diduga hanya 1,5%, tapi persentase kenaikan impor ternyata lebih besar. Jika impor tak diperketat, membanjirnya arus barang itu dikhawatirkan akan mengancam industri pakaian jadi dan tekstil AS, yang melibatkan 2,2 juta buruh, dan 28% di ataranya golongan minoritas. Tapi mengingat volume pakaian jadi impor itu hanya 1% dari jumlah produksi nasional, seorang pejabat diWashington menilai tindakan Reagan bersifat politis. Reagan dituding ingm menghimpun slmpati kaum minoritas, dan terutama para pekerja tekstil yang umumnya wanita, menghadapi pemilihan umum tahun depan. Apa pun motivasinya, kalangan pengusaha di Indonesia tentu tidak mengira jika jas dan sweater wol yang belum kena kuota -- dan pasar keduanya cukup bagus bakal kena potong. Sebuah delegasi Departemen Perdagangan RI, minggu depan akan berunding di Washington. "Kami sudah usulkan agar pihak AS mau menjelaskan, apakah yang dimaksud coat itu jas, atau mencakup jaket juga, bahan dari katun atau wol saja," ujar Abdul Halim, direktur Indo Hinson eksportir pakaian jadi. Delegasi yang dipimpin Asyik Ali, direktur ekspor Departemen Perdagangan, rupanya sudah menghubungi kalangan eksportir. Ada juga eksportir yang cepat menghindar dari pukulan Reagan. Seperti, PT Busana Rama yang sampai November harus memenuhi pesanan 5.000 lusin jas wanita buat Amerika, sudah siap untuk membuat T Shirt pria dan wanita yang belum kena kuota. Perusahaan itu, yang 40% sahamnya dikuasai pabrik rokok Djarum, hari-hari ini sedang sibuk melayani permintaan, antara lain dari Toserba J.C. Penney, sebanyak 6.000 T Shirt setiap bulan. "Kebijaksanaan kami dalam menghadapi kuota adalah diversifikasi produk," ujar E.A. Pravinata, direktur Busana. Bagi Rusman Muthalib, direktur utama Cotexi Inas, langkah semacam itu dianggapnya tepat, mengingat dari lebih 100 kategori pakaian jadi, kuota baru dikenakan untuk tiga kategori. Tapi untuk perusahaan itu, yang tahun ini dapat pesanan dua juta potong kemeja buat AS dan Eropa, diversifikasi produk tak bisa dilakukan secepatnya. "Sulit cari mesin yang fleksibel, yang bisa menjahit tekstil dan beberapa kategori pakaian jadi," katanya. Karena itulah dia pernah menolak langganannya di AS yang minta dibikinkan celana jean. Sebagai produsen, demikian Pravinata pengusaha pakaian jadi memang harus selalu siap melayani aneka ragam permintaan. Jika mau dituruti terus, katanya, pesanan aneka ragam semacam itu jumlahnya bisa besar. Dalam kaitan itulah "pengusaha perlu jeli dalam menghitung kemampuan mesin yang dibelinya untuk membuat pakaian jadi," katanya. Sekarang Busana Rama sedang menjajaki pembuatan daster untuk konsumen di Amerika. Negara itu memang merupakan pasar yang subur buat pakaian jadi. Ekspor tahun lalu tercatat US$ 63 juta, tahun 1981 baru US$ 38 juta. Dari lebih 100 kategori pakaian jadi, para pengusaha di sini baru kena kuota untuk tiga kategori: 340 (kemeja pria dan anak lelaki yang terbuat dari kapas 51 (100%), kategori 347 dan 348 (celana panjang dan pendek untuk pria, wanita, sampai pun bayi, yang bahannya terbuat dari kapas). Seluruh kuota untuk kategori 340 dan 347 serta 348, tahun 1982/1983 berjumlah 890 ribu lusin lebih. "Jatah kuota untuk tahun 1982/1983 sudah habis terpakai semua, dan tahun ini kami akan sibuk membagi jatah lagi," kata sebuah sumber di Departemen Perdagangan. Untuk jatah sampai Juni tahun depan, kuota untuk ketiga kategori itu meliputi hampir 954 ribu lusin pakaian jadi. Itu berarti jumlah kuota hanya naik 7%. "Padahal yang diharapkan bisa mencapai minimal 20%," katanya. Dengan pihak Amerika itu perjanjian kuota bisanya ditandatangani setiap awal Juli. Jauh sebelum itu pihak pengekspor telah berunding ketat dengap pengimpor untuk menambah kuotanya. "Mudah-mudahan kami punya argumen kuat untuk mengelakkan usul kuota baru (bagi coat wanita dan sweater) itu," kata seorang pejabat. "Biasanya kuota bisa disetujui setelah dua tiga kali perundingan. Kami berharap kuota tidak tercapai dalam perundingan pertama di Washington itu," kata Abdul Halim, direktur Indo Hinson. Jika itu terjadi, eksportir tentu bisa mendongkrak volume penjualan, selama kesepakatan belum tercapai. Berapa sih saham pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika, hingga Reagan perlu mengenakan kuota untuk kategori baru? Abdul Halim, yang juga ketua Persatuan Industri Barang Jadi Tekstil Indonesia (PIBTI), sulit memperkirakannya. "Sebagai pendatang baru, ekspor pakaian jadi kita tak ada artinya dibandingkan Hong Kong, Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan," katanya. Kendati kalah dalam jumlah, pakaian jadi dari sini toh tetap diperhitungkan di negara itu mengingat "harga ekspornya lebih murah dibandingkan produk sana."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus