PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia selama 1987 diperkirakan masih rendah sekalipun angkanya akan sedikit lebih baik dari pertumbuhan pada 1986 dan 1985. Di depan Japan Club pekan lalu, Menko Ekuin Ali Wardhana mengungkapkan bahwa perhitungan sementara menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 1987 adalah 3,5%. Ini sedikit lebih tinggi dari angka pertumbuhan pada 1986 (3,2%) dan pada 1985 (2,3%). Kesimpulannya, selama lima tahun terakhir - kecuali pada 1984 yang angka PDB (Produk Domestik Bruto)-nya 6,6% ekonomi Indonesia tumbuh di bawah sasaran Repelita IV yaitu 5%. Dengan sendirinya, bisa diperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata selama Repelita IV berada di sekitar 3%-4% satu prestasi yang sebenarnya tidak buruk, mengingat bahwa dalam periode tersebut Indonesia mengalami masa yang sulit dengan jatuhnya harga minyak, yang sebagian besar merupakan pendapatan pemerintah. Prestasi sektor industri manufaktur di luar minyak dan meningkatnya hasil pertanian, telah mengurangi dampak yang diakibatkan oleh merosotnya penghasilan sektor minyak. Sektor industri manufaktur, yang menyumbang 14% dalam PDB, masih mencatat pertumbuhan yang cukup besar, sekalipun beberapa sektor industri lainnya mengalami penurunan produksi. Angka yang diumumkan Biro Pusat Statistik menunjukkan, indeks produksi hasil industri antara semester satu 1987 dan semester yang sama 1986 naik 4,5%. Kenaikan produksi yang cukup besar dialami oleh beberapa industri seperti pemintalan benang (18%), kayu lapis (21%), dan kendaraan bermotor roda empat (10%). Dan bisa diperkirakan bahwa trend yang terjadi pada semester satu ini akan berlangsung selama semester dua. Angka kenaikan produksi sebenarnya bisa lebih tinggi, seandainya beberapa sektor industri tidak mengalami penurunan, seperti yang dialami oleh misalnya produksi rokok putih (turun 3%), produksi TV, radio, kaset, dan baran konsumsi elektronik lainnya (26%), serta perakitan sepeda motor dan kendaraan roda tiga (turun 18%). Di samping itu, beberapa industri dasar yang diproduksi oleh beberapa BUMN, seperti semen pupuk, besi baja, mengalami pe- ningkatan produksi, baik karena adanya tambahan permintaan dalam negeri maupun peningkatan ekspor. Ini berarti bahwa industri dasar BUMN, yang belakangan ini mengalami kelebihan kapasitas, akan mendapat kesempatan untuk memanfaatkannya dengan lebih penuh, yang akan bisa mengurangi beban biaya penghapusan mereka. Investasi dan perluasan kapasitas dalam industri ini masih terus berlangsung, dan bila produksi mereka naik tahun depan? peranan sektor manufaktur dalam PDB akan naik. Sektor pertanian? yang selama ini mempunyai sumbangan paling besar dalam PDB (24%), selama 1987 diperkirakan tidak mencatat kenaikan berarti. Tingkat kenaikan produksi beras diperkirakan tidak akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Selama 1987, produksi beras dihambat oleh kemarau yang panjang, dan penciutan areal yang ditanami, akibat makin banyaknya penggunaan sawah untuk keperluan komersial lain dan permukiman. Sebaliknya, harga beberapa komoditi ekspor hasil pertanian selama 1987 mengalami perbaikan, dan akan menghasilkan tambahan penghasilan bagi sektor ini. Angka PDB dari sektor pertambangan - yang selama ini menyumbang 18% - pada 1987 akan banyak dipengaruhi oleh produksi minyak yang lebih rendah dari produksi pada 1986. Seperti diketahui, produksi minyak Indonesia harus mengikuti kuota yang ditentukan oleh OPEC. Di pihak lain, beberapa hasil pertambangan, seperti batu bara dan emas, pada 1987 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Tabungan pemerintah dalam APBN yang makin kecil akan mempengaruhi pertumbuhan sektor konstruksi, yang selama tiga tahun terakhir tidak mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini akan tergantung investasi sektor swasta dalam bangunan-bangunan komersial, seperti yang selama ini tampak di kota-kota besar. Sekalipun demikian, selama tahun 1984 dan 1985, sektor ini mengalami penciutan dengan 1,5% dan 1,3%. Dengan pertumbuhan yang rendah ini maka jelaslah bahwa penyerapan tenaga kerja akan merupakan masalah yang kritis di tahun-tahun mendatang. Bank Dunia memperkirakan bahwa untuk menyerap seluruh pertambahan tenaga kerja yang 1,5 juta tiap tahun itu, maka ekonomi Indonesia harus tumbuh dengan 6%-7% setahun. Sementara itu, pakar ekonomi Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo menegaskan? laju pertumbuhan ekonomi Indonesia harus 4% selama periode 1988-1990, dan 5%-6% untuk periode 1991-1995. Dengan demikian barulah masalah lapangan kerja bisa ditanggulangi, produksi nasional lebih merata, dan stabilitas terpelihara. Masalahnya, apakah angka-angka itu bisa dikongkretkan pada Repelita V. Winarno Zain
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini