Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muli Muliawati, 32 tahun, mendatangi kantor cabang Perum Pegadaian di Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur, Kamis pekan lalu. Hari itu dia berniat menggadaikan perhiasan emasnya lewat produk Ar-Rahn atau Gadai Syariah. Setelah mengisi secarik formulir bertulisan "permintaan kredit", dia serahkan kertas itu berikut perhiasannya ke loket penaksir.
Tak sampai 10 menit, penaksir memanggil namanya untuk memastikan berat dan harga perhiasannya. Muli setuju perhiasannya tertimbang 21 gram dan digadai seharga Rp 5,4 juta. Sejurus kemudian, perempuan berkerudung ini sudah mengantongi uang hasil gadai. "Ini buat modal dagang," tutur Muli kepada Tempo.
Setiap Ramadan, Muli, yang sudah tiga tahun menjadi nasabah Pegadaian Syariah, mengaku selalu kebanjiran pesanan baju muslim. Pesanan itu antara lain datang dari Bali, Pontianak, dan Banyuwangi. Lantaran pembayaran dari konsumen biasanya telat, agen asuransi ini menggadaikan perhiasan emasnya. "Selain karena pakai prinsip syariah, prosesnya cepat dan harganya lumayan tinggi karena biayanya kecil," kata Muli.
Muli tak sendirian. Sedikitnya ada 10 ibu-ibu berpenampilan mentereng mengisi kursi tunggu di lantai satu kantor yang cuma berukuran 70 meter persegi itu Kamis lalu. Di balik loket ada tujuh pegawai, termasuk kepala cabangnya, Murni. Mereka berbagi tugas melayani nasabah, dari menerima permohonan, memasukkan data nasabah, menimbang dan menaksir emas, hingga menjadi kasir.
Kebutuhan nasabah tak melulu modal dagang. Menurut Murni, nasabah menggadaikan barangnya antara lain untuk biaya sekolah, berobat, membangun atau merenovasi rumah, bahkan diinvestasikan lagi. "Kami tidak membatasi kebutuhan, yang penting jaminannya (emas) benar," ujarnya.
Di Pegadaian, gadai emas—pembiayaan dengan jaminan emas—tak melulu menggunakan prinsip syariah. Produk ini juga ditawarkan dengan prinsip konvensional. Nasabah tinggal memilih. Nasabah muslim umumnya memilih gadai syariah.
Perbedaannya, kata Murni, pada akad atau perjanjiannya. Gadai emas konvensional memakai akad kredit dengan bunga pinjaman, sedangkan gadai emas syariah menggunakan akad rahn (gadai) atau qardh (pinjaman). Nasabah hanya dikenai biaya administrasi dan ijarah—biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan. Dari ijarah inilah, berdasarkan prinsip syariah, institusi keuangan syariah boleh mencari keuntungan.
Murni menuturkan, Ar-Rahn diluncurkan pada 2003 karena animo masyarakat Indonesia, yang mayoritas muslim, begitu besar terhadap penerapan prinsip syariah dalam bertransaksi uang. Ini terlihat dalam laporan tahunan 2010 Perum Pegadaian yang mencatatkan rata-rata pertumbuhan pendapatan usaha Ar-Rahn dalam lima tahun terakhir mencapai 73,68 persen per tahun, dari 33,4 juta potong pada 2006 menjadi 296,6 juta potong emas pada 2010.
Selain menerima gadai emas, Pegadaian menawarkan produk investasi emas, baik secara konvensional maupun syariah, yang disebut Mulia, singkatan dari Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi. Pembelian emas ini tidak harus tunai alias bisa dicicil.
Lonjakan harga logam mulia hingga Rp 500 ribu per gram dalam beberapa pekan terakhir ternyata tidak menyurutkan konsumen "menimbun" emas. Hingga dua pekan lalu, investasi emas Pegadaian Syariah terhimpun 270 kilogram. Angka ini hampir menyamai total investasi emas tahun lalu sebesar 300 kilogram. "Saya kira sampai akhir tahun bisa 500 kilogram," ujar Manajer Divisi Gadai Syariah Perum Pegadaian Wartono kepada Gustidha Budiartie dari Tempo.
Dua tahun belakangan ini bisnis gadai emas berbasis syariah menjamur. Hampir semua bank syariah dan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah menawarkan gadai emas sebagai solusi pembiayaan.
Emas memang bukan barang asing untuk masyarakat Indonesia. Mengutip sebuah survei pegadaian 2007, Solusi Emas Syariah Head Bank Danamon M. Budi Utomo menuturkan, dari 36,2 juta keluarga, 97 persen memiliki emas. "Minimal maskawin," ujarnya.
Dari jumlah itu, baru 1 juta yang mencari pembiayaan (pinjaman) dengan agunan emas secara syariah. "Artinya, potensi pasar gadai emas syariah ini masih sangat besar," tuturnya saat meluncurkan produk Solusi Emas awal Agustus lalu.
Lantaran potensi itu, Bank Danamon Unit Syariah berani mematok keuntungan pada 2013. Dua hingga tiga tahun ke depan, kata Budi, Danamon akan berfokus pada penambahan cabang layanan syariah untuk Solusi Emas. Tahun ini ditargetkan terbentuk 131 cabang dan bertambah 169 cabang lagi tahun depan. "Kami menargetkan kelolaan Rp 56 miliar pada tahun ini, dan Rp 744 miliar pada akhir 2012," kata Budi.
Direktur Pembiayaan Kecil dan Mikro Bank Syariah Mandiri Hanawijaya membenarkan, selain potensi pasar yang masih besar, pertumbuhan gadai syariah Pegadaian yang sangat besar membuat bank-bank ikut masuk ke sana. Pada 2009, Bank Syariah Mandiri meluncurkan produk gadai emas. "Sejak diluncurkan hingga April lalu, outstanding kami sudah Rp 1,7 triliun," ujarnya.
Pada tahun yang sama, Bank BRI Syariah juga mengeluarkan produk gadai emas, yang disebut Gadai BRI Syariah iB. Menurut Chief of Retail Banking Bank BRI Syariah Khairullah, dari posisi akhir 2010 sebesar Rp 646,1 miliar, hingga pekan lalu pembiayaan sudah mencapai Rp 1,2 triliun. Padahal target awal ditetapkan Rp 1 triliun sampai akhir tahun. "Targetnya direvisi jadi Rp 1,5 triliun akhir tahun ini," tuturnya.
Kepemilikan Logam Mulia BRI Syariah iB yang baru diluncurkan Juni lalu, menurut Khairullah, sudah menggaet 500 nasabah dengan investasi Rp 70 miliar. Sampai akhir tahun ini, dia menargetkan investasi masyarakat mencapai Rp 200 miliar. Melalui produk ini, BRI Syariah membidik nasabah kelas menengah yang sudah akrab dengan produk perbankan, seperti tabungan dan deposito. Nasabah juga bisa membeli secara mencicil mulai 6 bulan hingga 180 bulan (15 tahun), dan cukup dengan uang muka 15 persen nilai emas.
Tak mau ketinggalan, Unit Usaha Syariah CIMB Niaga meluncurkan kembali produk Gadai Emas iB X-Tra untuk pembiayaan minimal Rp 200 ribu dan Gadai Emas iB Preferred untuk pembiayaan minimal Rp 10 juta. Keduanya berjangka waktu 15 hingga 120 hari atau empat bulan dengan jaminan perhiasan emas minimal 16 karat, logam mulia, koin emas, dan batangan emas.
Menurut Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid, minat masyarakat mengakses gadai emas terus meningkat. Dilihat secara year on year, pembiayaan tumbuh 320 persen dari Rp 4,13 miliar pada Juni 2010 menjadi Rp 17,3 miliar per Juni 2011. "Dari akhir Desember Rp 7,6 miliar, hingga Juni lalu sudah tumbuh 128 persen," katanya.
Meningkatnya pembiayaan ini, menurut Arwin, ikut mendorong perolehan pendapatan ujrah (fee) gadai hingga 510 persen dari Rp 179 juta pada Juni 2010 menjadi Rp 1,1 miliar pada Juni lalu.
Bank lain yang juga mengeluarkan produk gadai syariah adalah Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan BNI Syariah. Tahun ini Permata Bank Syariah akan meluncurkan produk gadai emas syariah, dan tahun depan giliran Bank Bukopin Syariah. Besarnya minat masyarakat pada pembiayaan gadai emas syariah, menurut Murni, lantaran mudahnya persyaratan.
"Cukup KTP dan jaminan emas yang cukup dan benar," ujarnya. Secara prinsip, kata dia, tak ada yang berbeda gadai emas atau investasi emas yang ditawarkan Pegadaian dengan bank atau unit usaha syariah. "Yang membedakan mungkin kecepatan, biaya, besaran taksiran, dan layanannya," katanya.
Di Pegadaian, kata dia, tidak lebih dari 15 menit, duit sudah cair. Pembiayaan dengan maksimal waktu 120 hari ini bisa diperpanjang sebelum jatuh tempo dan nasabah hanya membayar biaya sewa simpan dan pemeliharaan, serta biaya administrasi. "Tidak ada biaya lain," kata Murni.
Kedekatan kekeluargaan antara staf dan nasabah, dikatakan Murni, juga sebagai keunggulan Pegadaian. Dia pun mengaku sering menjadi tempat naÂsabah berkeluh-kesah. "Kalau di bank mungkin tidak seperti itu, bisa curhat mengenai urusan rumah tangga," Âujarnya.
Itu sebabnya, kata Direktur Utama Perum Pegadaian Suwhono, menjamurnya bisnis gadai syariah tak perlu dikhawatirkan. Dia yakin perkembangan pasar itu tidak akan sampai menurunkan pangsa pasar Pegadaian, yang fokus pada level menengah ke bawah. Kini dia berkonsentrasi menambah outlet agar semakin mudah diakses masyarakat. Ia yakin pasarnya tak akan menciut, justru membesar.
Anne L. Handayani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo