PINJAMAN siaga (standby loan), yang sudah biasa diambil Bank Indonesia sejak awal dasawarsa lalu, menjadi berita besar di beberapa media cetak Ibu Kota akhir pekan silam. Soalnya, Bank Indonesia telah memberi mandat kepada enam bank internasional di Singapura untuk menyiapkan pinjaman sebanyak US$ 400 juta. Ini adalah langkah yang pertama kali diambil BI sejak tahun 1991. Jatah pinjaman komersial luar negeri yang diberikan tim PKLN (pinjaman komersial luar negeri) kepada BI adalah US$ 400 juta untuk tahun anggaran 1991-1992, kemudian US$ 500 juta untuk tahun 1992-1993 dan 1994-1995. Jatah BI untuk tahun 1991-1992 rupanya baru diambil sekarang. Maklum, ketika itu terlalu banyak bank swasta dan pemerintah yang berlomba-lomba mencari pinjaman komersial luar negeri, sehingga premi country risk Indonesia naik sampai 2% di atas LIBOR. Kebetulan pula cadangan devisa di BI sejak tahun 1991 terus meningkat. Pinjaman komersial yang diambil BI biasanya untuk berjaga- jaga terhadap kemungkinan terjadinya rush pembelian dolar oleh para spekulan. Jumlah pinjaman siaga yang disiapkan BI sekitar US$ 2 miliar. Keenam bank komersial yang ditunjuk BI kali ini adalah Banque National de Paris, Bank of Tokyo International Ltd., Chase Manhattan Asia Ltd., Dresdner Ltd., BoT International Ltd., serta IBJ Asia & LTCB Asia Ltd. Akad kredit tersebut, kabarnya, siap diteken pertengahan Maret mendatang. Menurut Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad, pinjaman siaga ini dibikin baru karena sebagian pinjaman lama sudah terpakai dan sebagian lagi sudah jatuh tempo. Yang agak mengejutkan, mengapa pinjaman ini diambil justru ketika BI sedang kebanjiran dolar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini