Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bimantara menggulir ban

Swastanisasi PT Intirub. PT Bimantara Citra dan PT Astra International INC. membeli 70% saham (seharga 7 milyar) pabrik ban itu. Diduga, manajemennya akan dirombak. Konon, prospeknya bagus.

5 Mei 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SWASTANISASI BUMN, yang didengungkan pemerintah selepas melakukan penelitian terhadap 200 perusahaan pada 1988, akhirnya terealisasi juga. Langkah awal itu telah diayunkan PT Bimantara Citra bersama PT Astra International, dua perusahaan swasta nasional, pekan lalu dengan membeli 70% saham (seharga Rp 7 milyar) pabrik ban PT Intirub. Perhitungannya: setiap lembar saham Intirub (yang hanya diterbitkan 10 ribu lembar) dibayar Bimantara dan Astra seharga Rp 1 juta. Tapi beban pengambilalihan saham Intirub yang harus dibayar Bimantara dan Astra tentu saja tidak cuma segitu. Mereka juga diharuskan menanggung beban utang Intirub (hingga akhir 1989) Rp 24,7 milyar. Total biaya yang harus dikeluarkan kedua perusahaan swasta tersebut Rp 31,7 milyar. Rinciannya (berdasarkan kepemilikan): Bimantara, yang menguasai 37,5% saham, harus menanggung sekitar Rp 17 milyar. Sisanya merupakan tanggungan Astra. Keputusan Bimantara dan Astra untuk menggulirkan lagi ban Intirub boleh dibilang langkah yang cukup berani. Soalnya, di tahun-tahun terakhir, Intirub hanya mampu memproduksi 30 ribu ban per bulan -- 1/3 dari kapasitas mesin. Maka, sejak 1984 BUMN ini terus merugi. Selama dua tahun terakhir saja (1988 dan 1989) kerugian Intirub mencapai Rp 3,6 milyar. Tapi Bimantara dan Astra rupanya punya perhitungan lain. "Kami yakin, kalau dikelola secara profesional, Intirub akan mendatangkan keuntungan," kata Bob Hippy, Kepala Divisi Business Development & Investment Bimantara. Perhitungan Bob, dengan technical assistance dari Goodrich, pabrik ban di Amerika, kemungkinan memasarkan produk Intirub ke Eropa dan Amerika menjadi semakin besar. Sebab, di Goodrich juga terkandung saham Michelin, pabrik ban yang cukup terkemuka di Prancis. Kendati untuk semua itu Intirub harus membayar royalti 2,5% dari hasil total penjualan. Hal lain yang juga cukup melegakan Intirub adalah masuknya Astra. Sebab bukan mustahil, perakit otomotif terbesar di Indonesia ini akan menggunakan ban produksi Intirub. Seperti dikemukakan Palgunadi Setyawan, Wakil Presiden Astra International, "Pertimbangan kami membeli saham Intirub, karena Astra memiliki perkebunan karet, sekaligus perakitan mobil." Hanya saja, tidak seperti halnya Bimantara, Astra International tidak akan terjun langsung ke dalam pemilikan saham Intirub tersebut. Konglomerat ini akan mengutus salah satu anak perusahaannya. "Mungkin saja, pengambilalihan saham itu akan dilakukan oleh PT National Astra Motor," kata Palgunadi. Berdasarkan alasan-alasan di atas itulah kedua perusahaan swasta tersebut berani melangkah. Bahkan rencana kerja telah pula disusun. Sebagai langkah pertama, untuk menyehatkan Intirub, Bimantara dan Astra akan menyuntikkan dana tambahan Rp 12 milyar. Jumlah itu, kata Harry Kuntoro, yang menjabat sebagai sekretaris perusahaan, akan disalurkan dalam jangka 12 bulan. Untuk jangka panjang, investasi tambahan direncanakan US$ 40 juta. Untuk "mengamankan" investasi yang cukup besar itu, Bimantara dan Astra kelihatan akan merombak manajemen Intirub secara besar-besaran. Posisi kunci, seperti direktur utama, direktur keuangan, dan direktur pemasaran, disebut-sebut akan dipegang oleh orang-orang mereka. "Manajemen Intirub yang baru kelak akan didominasi oleh swasta," kata Bob Hippy. Langkah-langkah agresif itu diyakini Bimantara maupun Astra akan membuat Intirub bisa mencapai titik impas dalam waktu tiga tahun. Budi Kusumah, Moebanoe Moera, Yopie Hidayat, dan Bambang Aji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus