KAMPANYE "ke IBT (Indonesia Bagian Timur)" semakin gencar, dan seiring dengan itu minat para pengusaha swasta mulai terarah ke Irian Jaya (Ir-Ja). Pekan silam, Gubernur Ir-Ja Barnabas Suebu mengungkapkan bahwa dalam tahun fiskal 1989-1990, modal yang ditanamkan pengusaha di wilayah itu, untuk pertama kalinya melampaui US$ 150 juta (sekitar Rp 250 milyar). Mereka membuka usaha di bidang peternakan, perkebunan, pertambangan, perkayuan, dan pariwisata. Beberapa dari proyek tersebut akan diresmikan oleh Wakil Presiden Sudharmono pertengahan Mei ini. Kendati ada seberkas kecerahan, Pemda Ir-Ja mengkhawatirkan bahwa kesenjangan antara gaya hidup ekonomi modern dan kehidupan tradisional masyarakat setempat bisa menimbulkan "bahaya besar". Gubernur Barnabas Suebu mengharapkan agar para investor melibatkan penduduk setempat dalam proyek yang akan dibangun. "Jika masyarakat yang menjual tanahnya hanya diberi uang, nanti uang itu habis dan mereka akan menjadi miskin di tanahnya sendiri," kata Barnabas. Diakuinya, sampai sekarang Ir-Ja masih sangat kekurangan prasarana, khususnya jalan darat. Ini mengharuskan Pemda mengeluarkan anggaran besar tiap tahun -- terutama buat angkutan logistik. Untuk mengangkut beras bagi seluruh pegawai negeri di provinsi itu, misalnya, Pemda harus menganggarkan sekitar Rp 1,5 trilyun setiap tahun, padahal harga berasnya hanya Rp 500 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini